Bandung (sigabah.com) – Dikeluarkannya 5 resolusi oleh 6 gerakan mahasiswa yang diberi nama Resolusi 2017 Mahasiswa Indonesia, menarik perhatian tim dakwahmedia untuk mewawancarai seorang Direktur NPW (Nusantara Politics Watch) yaitu Ezufatrin. 5 resolusi ini nampaknya berlawanan dengan isu yang selama ini berkembang ditengah-tengah masyarakat, dimana masyarakat dengan sangat antusiasnya melakukan pengawalan terhadap kasus Ahok serta melindungi segala macam bentuk kriminalisasi terhadap ulama, hal ini dapat dibuktikan dengan besarnya jumlah masa aksi yang dilakukan oleh masa umat Islam bahkan hingga 7 juta lebih, dan sangat sedikitnya masa aksi tandingan yang mengatasnamakan rakyat meski sejatinya hanya sekumpulan orang dengan jumlah yang tak seberapa.
“Saya melihat apa yang dilakukan oleh kawan-kawan pergerakan mahasiswa ini adalah kelanjutan dari usaha pemerintah untuk menghancurkan kekuatan umat Islam, coba kita lihat bagaimana gagalnya mereka menggerakkan ormas preman GMBI, benturan yang dilakukan justru membuat umat makin solid makin kuat, dan malah menambah rentetan catatan hitam pemerintah dalam hal ini kepolisian” kata Ezu.
“jika kita lihat 5 resolusi yang dikeluarkan adalah bentuk pemaksaan yang sangat memalukan, karena antara resolusi dan fakta sangat teramat jauh, contohnya saja didalam resolusi disebutkan yang melanggar hukum adalah Habib Rizieq Syihab, helloooo… ente kemana aje bung… jelas-jelas kemarahan umat Islam akibat mulut kotor Ahok Sehingga membuat bising se-nusantara, kenapa malah Habib Rizieq yang ente usut? Siapa ente? Pengadilan saja tak mampu menjerat beliau” ledek Ezu
“saya melihat terdapat usaha yang sangat serius dilakukan untuk membungkam dan mengkriminalisasi umat Islam, terutama para ulamanya, usaha yang dilakukan untuk membenturkan antara masyarakat terbukti gagal, nah sekarang mahasiswa yang diterjunkan, meskipun kalo mau jujur saya lihat gerakan mahasiswa yang ditejunkan adalah gerakan mahasiswa yang memng dari sono-nya sudah anti kepada Islam, anti pada perjuangan umat. Lalu dengan seenaknya sendiri ngasi label mahasiswa indonesia” sambung Ezu
Ezu juga mengkritik salah satu poin dalam resolusi tersebut “sangat banyak kritik terhadap resolusi ini, contoh saja point 4, disana dikatakan Menyerukan kepada seluruh anak bangsa untuk bersatu menjaga kedamaian dan keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila, sekarang coba kita lihat yang tidak pancasilais itu gerakan seperti FPI, HTI, MUI atau malah GMBI? Masa’ gerakan untuk menuntut ditegakkanya keadilan, aksi-aksi damai, sering bantu korban bencana dibilang gak pancasilais? Lalu yang seperti apa yang dibilang pancasilais? Apa gerakan para preman, pemabok, tubuh penuh tatoan itu yg dikatakan pancasilais?, ini kan aneh, mahasiswa kok gak bisa mikir sampe kesini”
“ini hanya perwakilan kecil dari gerakan mahasiswa yang sangat minoritas di negeri ini, saya berharap gerakan mahasiswa Islam harus bersatu menghadapi klaim-klaim resolusi sampah seperti ini, kan masih ada Gema Pembebasan, HMI, IMM, KAMMI, BKLDK, FSLDK dan masih banyak lagi gerakan mahasiswa Islam yang dari sisi jumlah jauh lebih layak dikatakan mewakili suara mahasiswa. Harus ada resolusi tandingan untuk melibas resolusi sampah mereka”Pungkas Ezu
Reporter : Joko Aktivis
Editor : Fatah Fajtani
Sumber: DakwahMedia.id