Preloader logo

Ust. Zaitun: Berhenti Melanjutkan Perjuangan Adalah Aib Besar

BANDUNG (SIGABAH.COM) — Para pimpinan GNPF-MUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI pada hari Senin, 13 Februari 2017 mengawali safari dakwah di Kepulauan Seribu. Hadir dalam rangkaian safari tersebut diantaranya Ketua Dewan Pembina Habib Rizieq Syihab, Wakil Ketua GNPF-MUI Ust. Muhammad Zaitun Rasmin, KH Misbahul Anam, dll. Perwakilan dari berbagai ormas dan majelis taklim juga turut menyertai, antara lain FPI, Az Zikra, AQL, Wahdah Islamiyah, dan Lazis Wahdah.

Dalam salah satu ceramahnya Wakil Ketua GNPF-MUI Ust. Muhammad Zaitun Rasmin kembali mengingatkan tentang nikmat yang sedang Allah berikan kepada umat Islam di Indonesia hari ini. Karunia dari Allah yang beliau maksud adalah kembali menggeloranya ghirah untuk memperjuangkan kebenaran secara bersama-sama atau berjama’ah.

Menurut beliau, semangat umat Islam kembali membara sejak adanya kasus dugaan penistaan agama. Umat menuntut ditegakknannya keadilan dengan menggelar berbagai aksi damai. Sejak Aksi Damai 411, 212, hingga 212 Jilid II sejatinya adalah wujud perjuangan inkarul munkar dengan suara. Inkarul munkar bil lisan yang diajarkan dalam  agama Islam.

Ust. Zaitun meyakinkan para hadirin bahwa terduga penista agama in syaa Allah pasti dihukum. Umat Islam di Indonesia mayoritas sudah sepakat bahwa apa yang dilakukan oleh terdakwa adalah jelas sebuah penistaan yang tidak bisa dipungkiri. Namun di balik itu masih tersisa perjuangan panjang, yaitu mencegah kembalinya penista agama memimpin Jakarta.

Wasekjen MUI Pusat ini mengajak umat untuk mengambil ibrah dari kasus penistaan ini. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, yaitu kita kembali mendapat semangat juang yang tinggi. Menurut beliau ini adalah satu nikmat yang harus disyukuri dan tidak boleh disia-siakan.

Bentuk syukur itu adalah dengan melanjutkan perjuangan yang selama ini telah dimulai oleh para ulama. Perjuangan berikutnya adalah berupaya semaksimal mungkin agar jangan sampai terdakwa penista agama ini kembali memimpin ibu kota.

“Kalau kita tidak berusaha maksimal, artinya kita tidak mensyukuri nikmat, kita kufur nikmat. Padahal orang yang kufur nikmat diancam adzab yang pedih,” kata beliau. Hal ini senada dengan firman Allah dalam Al Qur’an.”La in syakartum la aziidannakum wa la in kafartum innaa adzaabii lasyadiid.” Yang artinya: “Sungguh jika kalian bersyukur kepada-Ku maka akan Aku tambah nikmat-Ku bagi kalian, dan jika kalian kufur (nikmat) kepada-Ku maka sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih.” Dan adzab ini bisa menimpa siapa saja dalam skala besar jika umat tidak bisa mensyukurinya.

Ketua Umum Wahdah Islamiyah ini mengajak umat untuk terus berjuang dan merasa bahwa ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya para ulama. “Ini tanggung jawab kita, 19 April adalah hari penentuan,” kata beliau.

Beliau menegaskan bahwa kesuksesan Pilkada dengan terpilihnya pemimpin muslim baru bisa terwujud jika umat bersatu. Beliau menyebut persatuan ini dengan istilah “gelombang kekuatan”, “Kita harus siap untuk melahirkan gelombang kekuatan pada umat kita.” kata beliau.

Tugas umat Islam saat ini, lanjut beliau, adalah dengan meneruskan perjuangan yang telah dimulai oleh para ulama. Menurut beliau sambil mengutip pepatah Arab, merupakan aib besar jika umat Islam tidak mau melanjutkan perjuangan padahal umat ini sebetulnya mampu. “Walam ara fii ‘uyuubin naasi ‘aiban kanaqshil qaadiriina ‘alat tamaam.” Kurang lebih arti pepatah ini, “Tidak pernah aku melihat aib yang lebih memalukan dibanding orang yang menghentikan pekerjaan padahal ia mampu menyempurnakan.”

Beliau akhiri ceramah singkat tersebut dengan mengajak masyarakat melakukan 2 hal dalam menyukseskan terpilihnya pemimpin muslim. Yaitu, memastikan agar semua yang memiliki hak pilih menggunakan hak pilihnya. Dan yang kedua dengan melakukan ajakan kepada seluruh warga untuk memilih pemimpin muslim. [ibw]

belaquran.com | sigabah.com

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}