Preloader logo

HABIB RIZIEQ: SAYA TIDAK MENGHINA PANCASILA, SAYA TIDAK MENGKRITIK PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

BANDUNG (sigabah.com)—Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq, merasa terkejut atas pemeriksaan yang dilakukan penyidik Polda Jabar terkait kasus dugaan penistaan Pancasila yang dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri beberapa bulan lalu. Pasalnya, pengaduan yang dilakukan Sukmawati tersebut ialah mempersoalkan tesis magister Habib Rizieq ketika beliau menimba ilmu di University Malaya.

Dalam tesis berjudul “Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariat Islam di Indonesia” tersebut, Habib mengungkapkan, terdapat satu bab yang membahas mengenai sejarah pancasila. Di dalamnya berisikan kritikan terhadap kelompok yang menyatakan 1 Juni 1945 sebagai tanggal kelahiran pancasila.

“Di situ saya melakukan kritik kepada kelompok-kelompok yang mengatakan pancasila itu lahir tanggal 1 Juni 1945. Saya memperkuat pendapat bahwa pancasila itu lahir sebagai konsensus nasional pada tanggal 22 Juni 1945. Tapi kita tidak pungkiri, bahwa pada tanggal 1 Juni 1945 Insinyur Soekarno mengusulkan nama pancasila sebagai dasar negara,” terang beliau, di Markas Polda Jabar, Kamis (12/1/17).

Selain itu, Habib Rizieq juga mengkritik usulan Soekarno terkait rumusan redaksi pancasila. Di mana presiden Indonesia paling awal itu menempatkan sila ketuhanan pada urutan terakhir sehingga ditolak oleh para ulama yang hadir pada sidang BPUPKI.

“Redaksi usulan yang diajukan oleh Bung Karno itu di dalam pancasila yang disusun oleh Bung Karno, sila ketuhanan itu ada di sila terakhir, sila kelima. Dan ini ditolak oleh ulama yang ikut serta dalam sidang BPUPKI. Di sana ada KH Wahid Hasyim Asy’ari, Pimpinan NU, ada KH Abdul Qahar Mudzakir, Pimpinan Muhamadiyyah, ada KH Agus Salim, Pimpinan Syarikat Islam,” lanjut Imam Besar FPI itu.

Setelah melalui perdebatan, lanjut Habib, akhirnya Soekarno dan seluruh anggota BPUPKI menempatkan sila ketuhanan pada urutan pertama. Habib menegaskan, mengkritik usulan dari Soekarno tersebut tidak bisa dikatakan sebagai penghinaan terhadap pancasila sebagai dasar negara sekaligus.

“Yang saya kritik adalah rumusan pancasila yang diajukan, yang diusulkan oleh Bung Karno. Saya tidak menghina pancasila, saya tidak mengkritik pancasila sebagai dasar negara,” kata Habib.

Setelah mengutarakan dua masalah yang dikritik, kemudian Habib menyampaikan bahwa tesis magister tersebut disosialisasikan melalui tablig dan semisalnya.

“Dengan tesis tersebut, maka saya melakukan sosialisasi melalui tablig-tablig, melalui tausiyah dan seterusnya. Yang kemudian ceramah saya tersebut diedit, dipotong, kemudian dilaporkan oleh Sukmawati sebagai penistaan, pencemaran nama baik Bung Karno dan penistaan kepada pancasila. Ini gak betul,” ungkap beliau kepada wartawan.

“Saya tidak pernah menghina Bung Karno, saya tidak pernah merendahkan Bung Karno, bahkan saya termasuk Bung Karno. Tapi seorang pengagum bukan berarti gak boleh mengkritik orang yang mengaguminya,” lanjut beliau.

Rencananya, Habib akan melaporkan balik terkait kasus tersebut. Namun, Imam Besar FPI itu masih bermurah hati untuk tidak melaporkan bila Sukmawati mencabut laporan dan meminta maaf.

“Lebih baik Sukmawati mencabut laporan dan minta maaf, kami maafkan, selesai. Tapi kalau yang bersangkutan mau mengkriminalisasi dari pada tesis ilmiah, ya kita akan lapor balik. Jadi kembali kepada Sukmawati nya,” pungkas beliau.

By Ikhwan Fahmi, Jurnalis sigabah.com

There is 1 comment
  1. Saya Indonesia Saya Pancasila….

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}