Preloader logo

FATWA DEWAN HISBAH (7): HUKUM MENAKWIL MIMPI

BANDUNG (sigabah.com)—Sidang terakhir pada hari pertama, Rabu (28/12/16) dimulai pukul 21.46 WIB membahas mengenai Hukum Menakwil Mimpi. Pembahasan ini akan dipandu oleh KH. A. Daeroby, M.Ag sebagai moderator dengan menghadirkan KH. Drs. Uu Suhendar, M.Pd.I sebagai pemakalah.

Setelah menyampaikan latar belakang disidangkannya masalah Hukum Menakwil Mimpi, KH. Drs. Uu Suhendar, M.Ag kemudian mengutarakan pokok-pokok pemikiran dari permasalahan tersebut. Pertama, pengertian mimpi. Menurut beliau, dalam penggunaan bahasa Arab terdapat dua istilah yang digunakan untuk kata mimpi, yaitu al-hulum atau ahlam yang sering diartikan sebagai mimpi yang berkonotasi negatif serta ar-ru’ya yang bermakna dasar melihat (banyak digunakan pada mimpi yang positif).

Kedua, proses mimpi. Dari perspektif NLP, kata beliau, proses mimpi terjadi dalam lima tahap. Kemudian beliau menyampaikan proses tersebut, mulai dari seseorang menutup mata sampai masuk ke tahap (REM) Rapid Eye Movment.

Ketiga, jenis-jenis mimpi. Mengenai hal ini, KH. Drs. Uu Suhendar, M.Pd.I mengungkapkan jenis-jenis mimpi sebagaimana pendapat seorang tokoh tasawuf, Abu Bakar bin Ali Muhyidin Al-Hatimi, atau lebih populer dengan sebutan Ibnu Arabi. Menurut beliau, mimpi terbagi kepada tiga jenis; mimpi refleksi, mimpi simbolik, dan mimpi spiritual non simbolik.

Keempat, mimpi dalam perspektif Islam. Dengan mendasarkan kepada hadis-hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim, beliau memaparkan apa saja jenis dan sifat mimpi, cara menyikapi mimpi; mimpi baik dan mimpi buruk, menakwil mimpi, serta perihal mimpi simbolik.

Setelah pemaparan makalah selesai, hak bicara diserahkan kembali kepada KH. A. Daeroby, M.Ag. Kemudian beliau memberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan dan pendapat kepada para anggota Dewan Hisbah.

Setelah berbagai tanggapan dan pendapat dilontarkan, sidang Dewan Hisbah terkait masalah Hukum Menakwil Mimpi mengistinbath sebagai berikut:

  1. Menakwil mimpi adalah khususiyah para Nabi.
  2. Menakwil mimpi dengan merujuk pada buku paririmbon atau pendapat pribadi termasuk prilaku thiyaroh (ramalan) hukumnya haram.

By: Ikhwan Fahmi, Jurnalis sigabah.com

Adapun lampiran keputusan Dewan Hisbah tentang Hukum Menakwil Mimpi sebagai berikut:

KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

No. 015 Tahun 1437 H. / 2016 M.

Tentang:

HUKUM MENAKWIL MIMPI

بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam Pada Sidang Lengkap, di gedung H2QM Pesantren Persis Ciganitri, Kabupaten Bandung tanggal 28-29 Rabiul Awwal 1438 H/ 28-29 Desember 2016 M setelah:

MENIMBANG:

  1. Telah terjadi penakwilan mimpi baik secara psikologis atau mitos yang dipercaya oleh masyarakat.
  2. Adanya perbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait hukum menakwil mimpi.
  3. Dewan Hisbah berkewajiban untuk menjawab persoalan tersebut.

MENGINGAT:

1. Al-Quran

قُل لَّا يَعۡلَمُ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ٱلۡغَيۡبَ إِلَّا ٱللَّهُۚ وَمَا يَشۡعُرُونَ أَيَّانَ يُبۡعَثُونَ ٦٥

Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS . an-Naml : 65)

إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ ٤ قَالَ يَٰبُنَيَّ لَا تَقۡصُصۡ رُءۡيَاكَ عَلَىٰٓ إِخۡوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيۡدًاۖ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لِلۡإِنسَٰنِ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٥

Dan ingatlah ketika Yusuf bercerita kepada bapaknya: “Ya Abi ! Sesungguhnya aku melihat (dalam mimpi) sebelas bintang, matahari dan bulan mereka bersujud kepadaku”. Bapaknya menjawab: “Ananda jangan engkau ceritakan mimpi tersebut kepada saudara-saudaramu lantaran dikhawatirkan mereka mencelakakan kamu lantaran syetan bagi manusia adalah musuh nyata. (QS Yusuf: 4-5)

۞رَبِّ قَدۡ ءَاتَيۡتَنِي مِنَ ٱلۡمُلۡكِ وَعَلَّمۡتَنِي مِن تَأۡوِيلِ ٱلۡأَحَادِيثِۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِيِّۦ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ تَوَفَّنِي مُسۡلِمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ ١٠١

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101)

2. Hadis

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ. –رواه البخاري والنسائي-

Dari Ubadah bin Ash Shamit dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “mimpi seorang mukmin adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian kenabian.” (Hr. Bukhari, Shahih Al-Bukhari 6/2563 dan An-Nasai, Sunan An-Nasai 4/383)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَمْ يَبْقَ مِنْ النُّبُوَّةِ إِلاَّ الْمُبَشِّرَاتُ قَالُوا وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ. -رواه البخاري-

Dari Abu Hurairah menuturkan:”Aku mendengar, Rasulullah Saw. bersabda: Kenabian tidak ada lagi selain berita gembira, ” para sahabat bertanya; ‘apa maksud kabar gembira? ‘ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “mimpi yang baik.” (Hr. Bukhari, Shahih Al-Bukhari 9/31)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ… وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنْ اللهِ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ. –رواه مسلم-

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian Shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.” (Hr. Muslim, Shahih Muslim 7/52)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ اللهِ فَلْيَحْمَدْ اللهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلاَ يَذْكُرْهَا لأَحَدٍ فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ. –رواه البخاري-

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia mendengar Nabi Saw. bersabda: “Jika salah seorang diantara kalian bermimpi yang ia sukai, sebenarnya mimpi tersebut berasal dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah karenanya dan ceritakanlah, adapun jika ia bermimpi selainnya yang tidak disukai, maka itu berasal dari setan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari keburukannya, dan jangan menceritakannya kepada orang lain, sehingga tidak membahayakannya.” (Hr. Bukhari, Shahih Al-Bukhari 9/30)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ فِي يَدِي سَرَقَةً مِنْ حَرِيرٍ لاَ أَهْوِي بِهَا إِلَى مَكَانٍ فِي الْجَنَّةِ إِلاَّ طَارَتْ بِي إِلَيْهِ فَقَصَصْتُهَا عَلَى حَفْصَةَ فَقَصَّتْهَا حَفْصَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَخَاكِ رَجُلٌ صَالِحٌ أَوْ قَالَ إِنَّ عَبْدَ اللهِ رَجُلٌ صَالِحٌ. –رواه البخاري-

Dari Ibnu Umar r.a, mengatakan; aku bermimpi dalam tidur, seolah-olah di tanganku ada sehelai kain sutera, tidaklah aku berkeinginan menuju suatu tempat dalam surga dengan membawanya melainkan kain itu menerbangkan aku. Maka kukisahkan mimpiku kepada Hafshah, dan Hafshah mengisahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau bersabda: “Saudaramu adalah laki-laki Shalih, ” atau beliau bersabda: “Sesungguhnya Abdullah laki-laki Shalih.” (Hr. Bukhari, Shahih Al-Bukhari 9/37)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ –ثَلاَثًا- وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah saw , beliau bersabda: thiyarah (ramalan mujur atau sial) adalah syirik, thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik -tiga kali-. Tidaklah di antara kita (mengetahui symbol itu) kecuali beranggapan seperti itu, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakal.” (Hr. Abu Daud, Sunan Abi Daud 6/54, Ibnu Majah, Sunan Ibni Majah 4/561, Ahmad, Musnad Ahmad 6/213, Ibnu Hibban, Shahih Ibni Hibban 13/491, dan Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la 9/140).

MEMPERHATIKAN:

  1. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP. Persis KH. Aceng Zakaria yang menyarankan segera diputuskan masalah hukum tentang ‘Hukum Menakwil Mimpi’, dan untuk segera disosialisasikan.
  2. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH. Muhammad Romli.
  3. Pemaparan dan pembahasan makalah tentang ‘Hukum Menakwil Mimpi’ yang disampaikan oleh KH. Uu Suhendar, M.M.Pd.
  4. Pengujian dan pandangan para peserta sidang terhadap dalil, wajh al-dilalah, metode istinbat serta kesimpulan makalah ‘Hukum Menakwil Mimpi’

Atas dasar semua konsideran di atas, maka dengan bertawakal kepada Allah, Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH:

  1. Menakwil mimpi adalah khususiyah para Nabi.
  2. Menakwil mimpi dengan merujuk pada buku paririmbon atau pendapat pribadi termasuk prilaku thiyaroh (ramalan) hukumnya haram.

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung, 28 Rabiul Awwal 1438 H/ 28 Desember 2016 M.

                 DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

            Ketua,                                                                                                   Sekretaris,

MUHAMMAD ROMLI                                                                         KH.ZAE NANDANG

   NIAT : 01.02.08301.094                                                                   NIAT :01.02.13511.018