BANDUNG (sigabah.com)—Ada tiga indikasi kekalahan Ahok pada Pemilihan Gubernur DKI putaran kedua pada 19 April besok. Indikasi pertama, bisa kita lihat dari bentuk pemaksaan penundaan Sidang Penistaan Agama dengan terdakwa Ahok yang dilakukan dengan intervensi partai pengusung dan pemerintah.
“Sidang yang seharusnya mengagendakan pembacaan tuntutan hukuman terhadap Ahok oleh JPU diyakini akan semakin menggerus elektabilitas Ahok-Djarot yang berada di bawah Anies-Sandi dari berbagai survey,” kata pengamat politik Ahmad Doli Kurnia kepada Panjimas.
Dikatakan Ahmad, kalau berjalan normal, objektif, dan memenuhi rasa keadilan, dapat dipastikan Ahok terkena tuntutan penjara, dan pasti akan menambah turun lagi elektabilitas Ahok-Djarot.
“Juga kalaupun direkayasa, dengan tekanan intervensi kekuasaan, dituntut bebas, maka akan memunculkan gelombang reaksi yang luar biasa besar dari umat Islam, yang juga pasti akan berpengaruh buruk lagi terhadap elektabilitas Ahok-Djarot. Memang satu-satunya cara untuk menghindari itu adalah ditunda pasca 19 April.”
Indikasi kedua, lanjut Ahmad Doli, adalah video kontroversial kampanye Ahok yang kembali mendeskreditkan Islam serta kental sekali unsur SARA nya. Video itu telah mengundang reaksi ketidaksimpatian dan kemarahan yang meluas serta menambah kembali melorotnya elektabilitas Ahok-Djarot.
Indikasi ketiga dapat dilihat dari acara-acara debat baik yang dilakukan oleh beberapa stasiun televisi dan termasuk yang diselenggarakan resmi oleh KPU. Hasil survey, polling, dan sejenisnya yang dipublish pasca debat kemarin, menunjukkan kemenangan mutlak pasangan Anies-Sandi.
“Tidak ada satupun survey lembaga atau individu yang menempatkan Ahok-Djarot unggul. Jadi dari ketiga indikasi itu, atas izin Allah, Ahok bisa dipastikan kalah. Sekali lagi atas izin Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.”
Namun, kemudian yang harus diwaspadai adalah bahwa tentu situasi itu tidaklah akan membuat Ahok, partai pendukungnya, tim sukses, bahkan pemerintah akan berdiam diri dan pasrah. Mereka akan terus berupaya sekuat tenaga melakukan segala cara.
“Dan seperti yang sudah saya sampaikan dua hari sebelum pencoblosan putaran pertama, sekali lagi saya tegaskan, Ahok hanya bisa menang dengan cara curang. “Money bombing” dan “playing power” akan semakin massif dilakukan. Kita bisa melihat dengan telanjang mata bagaimana paket-paket sembako dan sejumlah uang sudah mulai beredar di masyarakat,” kata Ahmad.
Di suatu kawasan daerah Pancoran misalnya, seorang anggota DPR RI dari salah satu partai pengusung yang tinggal di suatu perumahan, intensif ikut bagi-bagi beberapa jenis sembako. Bank DKI pun ikut dilibatkan. Penyelenggara pun dipaksa untuk ikut rapat tim sukses dan bekerja untuk memenangkan Ahok-Djarot.
“Dan semakin dekat tanggal 19, pasti cara, bentuk, pola, intensitas, dan frekuensinya semakin canggih, tinggi, dan massif lagi. Mereka ingin menciptakan “Fenomena Trump” yang mengalahkan Hillary pada Pilpres Amerika kemarin pada Ahok.”
“Oleh karena itu kita para pecinta demokrasi, para pecinta keadilan, para pecinta kebenaran, para pecinta kemerdekaan dan kedaulatan NKRI harus bersatu melawan kecurangan-kecurangan itu. Karena kekuatan yang luar biasa besar di belakang Ahok dan pertaruhannya bukan lagi hanya sekadar Jakarta, tapi Indonesia. Maka sangatlah wajar kemudian banyak warga di luar Jakarta yang akan hadir datang mengawal pada 19 April besok. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama orang-orang yang melawan kecurangan dan meraih kemenangan. Aamiin.”
panjimas.com | sigabah.com