Oleh: Ferdinand Hutahaean
Memasuki akhir bulan Januari 2017 yang akan segera beranjak memasuki bulan Pebruari, situasi bangsa ini justru semakin tidak mencerminkan bahwa Indonesia adalah negeri yang gemah ripah lohjinawi. Sebaliknya, semakin tidak menunjukkan bahwa kita adalah negara yang sedang menuju kearah Indonesia hebat. Justru bangsa ini terlihat dipimpin sebuah rezim yang semakin menciptakan permusuhan dengan rakyatnya. Demi sebuah kepentingan sesaat kekuasaan, maka segala hal dilakukan oleh rezim yang ternyata lebih mencintai jabatan kekuasaan daripada lebih mencintai rakyatnya.
Jakarta menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh rezim berkuasa saat ini karena Pilkada Jakarta melibatkan pihak-pihak yang juga terlibat dalam Pilpres 2014 yang menghantarkan Jokowi menjadi Presiden RI Ke 7.
Mengapa Jakarta menjadi sangat mencekam situasi politiknya? Jawabannya adalah karena patut diduga rezim berkuasa sedang berupaya keras dengan segala cara untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan segala cara halal maupun haram, legal maupun ilegal.
Ganjalan bagi rezim ini untuk memuluskan hasrat berkuasanya adalah keberadaan SBY yang putera sulungnya maju sebagai Calon Gubernur dan terus meraih dukungan paling tinggi dari publik Jakarta serta keberadaan Habib Rizieq yang tidak kenal takut membela iman dan ajaran agama Islam yang diyakininya dengan terus mengawal kasus penodaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok calon Gubernur yang didukung oleh PDIP, GOLKAR NASDEM dan HANURA.
Keberadaan SBY dan Habib Rizieq memang harus kita akui saat ini menjadi dua (2) tokoh sentral yang menjadi simbol perlawanan terhadap kesemena-menaan rezim berkuasa. Dua tokoh ini menjadi simbol yang menunjukkan bahwa masih ada tokoh bangsa yang membela nilai-nilai demokrasi, membela nilai kebenaran dan membela nilai kejujuran serta keadilan dari segala perilaku tidak demokratis, tidak baik dan tidak adil dari rejim berkuasa ini.
Keberadaan SBY dan Habib Rizieq yang menjadi epicentrum perlawanan kesemena-menaan rezim berkuasa ternyata harus menyita energi dan segala kemampuan rezim untuk melakukan segala cara demi merusak dan menghabisi karakter serta nama baik SBY dan Habib Rizieq. Mengapa SBY yang diserang? Mengapa bukan Agus? Jawabannya adalah karena Agus saat ini adalah sosok yang bersih dari segala kejahatan birokrasi, bersih dari hutang politik, bersih dari korupsi dan bersih dari kejahatan moral.
Maka untuk menyerang SBY dan Habib Rizieq, muncullah dan dimanfaatkanlah dua nama yang secara moral sangat diragukan, yaitu AA yang dipidana dengan hukuman penjara oleh pengadilan sebagai otak pembunuhan untuk menyerang SBY dan nama seorang wanita berinisial FH untuk menyerang nama baik Habib Rizieq dengan segala rekayasa jahat.
Lihatlah keberadaan AA yang tiba-tiba dapat panggung dari istana dan mendadak jadi Very Important Person (VIP) pada saat debat kedua Cagub DKI. Padahal kursi VIP dalam debat KPU tersebut adalah untuk para undangan khusus KPU dan bukan undangan partai pendukung serta sudah dilabeli nama oleh panitia. Dan atas pengakuan KPU, AA bukan undangan KPU tapi sebagai pendukung Cagub Ahok diundang PDIP. Lantas kenapa AA bisa duduk dikursi VIP yang sudah dilabeli nama oleh panitia? Moral tampaknya masih perlu kita pertanyakan setelah dibina bertahun-tahun dilapas.
AA terlihat berupaya menggiring opini bahwa SBY terlibat dalam rekayasa kasusnya, sebuah upaya yang sangat memalukan dan jauh dari kebenaran. Ini sama saja menuding Polri, Kejaksaan dan Pengadilan turut merekayasa kasus AA. Bukankah ini masuk kategori pencemaran nama baik? Sayangnya, ada pemimpin yang tampaknya sangat percaya kepada pengakuan dramatisasi dari seorang yang moralnya perlu dipertanyakan dan kejujurannya diragukan.
Demikian juga FH yang tiba-tiba dimunculkan sebagai sosok selingkuhan dan bermesum ria dengan Habib Rizieq yang hampir tidak pernah punya waktu sendirian. Pertanyaan saya, kapan kira-kira Habib Rizieq bisa melakukan hal seperti berita hoax yang disebar itu? 24 jam sehari Habib Rizieq tidak pernah sendirian sehingga sangat tidak mungkin melakukan seperti berita hoax yang disebar tersebut. Habib Rizieq sedang dihabisi nama baiknya oleh berita hoax yang lambat respon pemerintah untuk menutupnya, bahkan berita hoax itu dibiarkan pemerintah untuk disebar. Beda sekali perlakuan rezim andai itu menyerang pemerintah, pasti polisi dan Kemkominfo sudah bergerak cepat.
Tidak ada alasan apapun dan logika sehat tidak bisa menerima kebenaran drama yang sedang dimainkan pemeran AA dan FH. Politik telah menjadi jahat di bawah rezim ini. Kekuasaan telah membutakan nurani rejim ini. Tentu publik akan bangkit melawan ketika kejahatan dan ketidak adilan semakin berkuasa.
Tidak cukup lagi dengan keluh kesah, tidak cukup lagi dengan kata-kata, sekarang saatnya untuk mengepalkan tangan dan bangkit tegakkan keadilan dan kebenaran.
Sumber: teropongsenayan.com