Preloader logo

FATWA DEWAN HISBAH (3): MENJAMAK SALAT ASHAR DENGAN SALAT JUMAT

BANDUNG (sigabah.com)—Masalah ketiga yang akan dibahas di hari pertama, Rabu (28/12/16) pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap ke-1 masa jihad 2015-2020 ini ialah permasalahan Menjamak Shalat Ashar dengan Shalat Jum’at. Ustadz Suud Hasanuddin, Lc, MA kali ini ditunjuk sebagai pemandu persidangan tersebut.

Sebagaimana diketahui, tema yang membahas masalah ibadah tersebut seharusnya menghadirkan KH. Luthfi Abdullah Ismail, Lc sebagai pemakalah. Namun, karena sakit dan mesti menjalani operasi, beliau tidak bisa menghadiri persidangan.

“Dan alhamdulillah berita yang baru saja diterima baru selesai operasinya,” ungkap Ustadz Suud sekitar pukul 14.12 WIB.

Sebagai perwakilan, KH. Ad-Dailami Abu Hurairah dipilih sebagai pembaca makalah yang ditulis KH. Luthfi Abdullah Ismail, Lc. Menurut KH. Luthfi, sebagaimana dibacakan oleh KH. Ad-Dailami, tema Menjamak Shalat Ashar dengan Shalat Jum’at mengandung beberapa ihtimalat (kemungkinan). Dalam hal, KH. Luthfi Abdullah Ismail, Lc memilih dua poin kemungkinan.

“Artinya saya akan mencoba mendudukkan hukum sebenarnya menjamak shalat ashar dengan shalat jum’at, yang otomatis saya akan mengemukakan contoh-contoh sahih dari Nabi Saw. terkait dengan masalah ini,” ungkap KH. Ad-Dailami membacakan makalah anggota Dewan Hisbah dari Bangil itu.

Setelahnya, KH. Ad-Dailami menyampaikan beberapa pokok pemikiran KH. Luthfi Abdullah terkait tema yang disidangkan. Pertama, mengenai pengertian jamak. Menurutnya, jamak adalah mengumpulkan dua shalat dalam satu waktu atau dalam bahasa lain mengerjakan dua shalat dalam satu waktu.

Kedua, dalil-dalil tentang jamak. Dalam catatannya, KH. Luthfi Abdullah Ismail, Lc mencantumkan setidaknya tiga dalil yang berkaitan dengan permasalahan jamak. Menurutnya, dari dalil yang dicantumkan tidak ada satu riwayat pun yang menerangkan bahwa Nabi Saw. pernah menjamak taqdim ashar dan jum’at.

Ketiga, alasan yang membolehkan jamak antara ashar dengan jum’at. Sebagaimana yang pernah beliau dengar, orang yang berpendapat demikian ternyata berdasar kepada metode qiyas. Di mana mereka menganggap shalat jum’at sebagai pengganti shalat dzuhur.

Menurutnya, pendapat ini tidak bisa diterima. Pasalnya, status hukum pengganti tidak selalu sama dengan yang diganti. Artinya, shalat jum’at tidak bisa dikatakan sebagai pengganti shalat dzuhur secara keseluruhan mengingat terdapat berbagai perbedaan antara keduanya.

Setelah pembacaan makalah selesai, hak bicara diserahkan kembali kepada moderator, Ustadz Suud Hasanuddin, Lc, MA. Sekitar pukul 15.15 WIB, beliau memberikan kesempatan kepada para anggota Dewan Hisbah untuk menyampaikan pandangannya.

Setelah berlangsung diskusi dan penilaian pandangan dari para anggota Dewan Hisbah tentang Menjamak Shalat Ashar dengan Shalat Jum’at, akhirnya Dewan Hisbah menetapkan hukum sebagai berikut:

  1. Menjamak shalat ashar dan shalat jum’at tidak disyari’atkan.
  2. Melaksanakan shalat ashar di waktu dzuhur diperbolehkan.

By: Ikhwan Fahmi, Jurnalis sigabah.com

KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

No. 011 Tahun 1437 H. / 2016 M.

Tentang:

MENJAMAK SALAT ASHAR DENGAN SALAT JUMAT

بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam Pada Sidang Lengkap, di gedung H2QM Pesantren Persis Ciganitri, Kabupaten Bandung tanggal 28-29 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 28-29 Desember 2016 M setelah:

MENIMBANG:

  1. Perbedaan kaifiyat yang dipraktikan umat terkait menjama’ Ashar dengan Jumat
  2. Terdapat perbedaan pemahaman dikalangan para ulama terkait boleh tidaknya menjama’ salat Ashar dengan Jumat.
  3. Tidak ada dalil menjama’ salat Ashar dengan salat Jumat
  4. Terdapat dalil salat Ashar di waktu Zuhur.
  5. Dewan Hisbah merasa perlu untuk menjawab persoalan tersebut

MENGINGAT:

1. Al-Quran

فَإِذَا قَضَيۡتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمۡۚ فَإِذَا ٱطۡمَأۡنَنتُمۡ فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتۡ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ كِتَٰبٗا مَّوۡقُوتٗا

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS an-Nisa’ : 103)

2. Hadis

فَأَجَازَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهَا حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِي فَخَطَبَ النَّاسَ …ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا…

… Selanjutnya beliau berangkat hingga sampai di Arafah, maka beliau menemukan tenda yang telah dibangun untuknya di Namirah, kemudian beliau singgah di Namirah, sehingga tatkala tergelincir matahari, beliau menyuruh dibawakan Qaswa (unta beliau), kemudian unta itu diserahkan padanya. Selanjutnya beliau sampai di lembah, terus beliau memberi khutbah pada orang-orang…(kemudian dikumandangkan adzan) selanjutnya iqamat, terus beliau salat Zuhur, kemudian iqamat, dan terus salat Ashar, serta beliau tidak salat apapun di antara kedua salat itu.” (HR. Muslim, Shahih Muslim II: 886)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: ” جَمَعَ النَّبِيُّ  ص بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِالْمَدِينَةِ، فِي غَيْرِ سَفَرٍ وَلَا خَوْفٍ ” قَالَ: قُلْتُ: يَا أَبَا الْعَبَّاسِ، وَلِمَ فَعَلَ ذَلِكَ؟ قَالَ: أَرَادَ أَنْ لَا يُحْرِجَ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِهِ

Dari Ibn Abbas berkata : “Nabi saw menjama’ antara shalat Zhuhur dan shalat Ashar tidak dalam keadaan safar atau ketakutan”. Ibnu Abbas ditanya : “Kenapa beliau lakukan seperti itu ?”Ibn Abbas menjawab “(karena) Beliau tidak ingin memberatkan seseorang dari ummatnya”. (HR. Ahmad, Musnad Ahmad III:421; Muslim, Shahih Muslim I:49; Abu Dawud, Sunan Abi Daud II:6; At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi I:258; An-Nasaa’i, Sunan An-Nasa’i I:290; Al-Bazzar, Musnad Al-Bazzar XI:58; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah II:85; Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban IV:471; Ibnu Abi Syaibah, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah II:220; At-Thabrani, Mu’jamul Al-Aushath V:113, Mu’jamul Al-Kabiir X:326 dan Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra III:237)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: ” جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِجَمْعٍ، صَلَّى الْمَغْرِبَ ثَلَاثًا، وَالْعِشَاءَ رَكْعَتَيْنِ بِإِقَامَةٍ وَاحِدَةٍ “

Nabi saw mwnjama’ antara shalat Maghrib dan Isya’ di Muzdalifah, beliau shalat Maghrib 3 rak’at dan shalat Isya’ 2 rak’at dengan satu kali iqamat. (HR. Muslim, Shahih Muslim II:937; Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari II:164; Ahmad, Musnad Ahmad VIII:496; Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi II:950; Abu Dawud, Sunan Abi Daud II:186; At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi III:226; An-Nasaa’i, Sunan An-Nasa’i II:16; Al-Bazzar, Musnad Al-Bazzar VII:28; Abu Ya’la, Musnad Abi Ya’la X:19; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah IV:267; Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban IX:171; Abu ‘Awanah, Mustakhraj Abi ‘Awwanah II:379; At-Thabrani, Mu’jamul Kabiir IV:123 dan Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra I:589)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِرْتَحَلَ قَبْلَ أَنْ تَزِيغَ اَلشَّمْسُ أَخَّرَ اَلظُّهْرَ إِلَى وَقْتِ اَلْعَصْرِ, ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيْنَهُمَا, فَإِنْ زَاغَتْ اَلشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَرْتَحِلَ صَلَّى اَلظُّهْرَ, ثُمَّ رَكِبَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah Saw. apabila berangkat dalam safarnya sebelum tergelincir matahari, beliau akhirkan Zuhur hingga waktu Ashar, kemudian beliau singgah dan menjamak keduanya. Jika mahahari sudah tergelincir sebelum berangkat, beliau salat Zuhur kemudian berangkat.” (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari II:47, Muslim, Shahih Muslim I: 489, Ahmad, Musnad Ahmad IV: 632, 676, Abu Daud, Sunan Abi Daud II: 452, An-Nasa’i, Sunan An-Nasai I: 321, 325, As-Sunan Al-Kubra I: 497, 589, At-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath VIII: 80,Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Daraquthni I : 376, Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra III: 230, Abu Ya’la Al-Mushili, Musnad Abi Ya’la Al-Mushili III: 276, Ibnu hibban, Shahih Ibnu Hibban IV: 463, Abu ‘Awwanah, Mustakhraj Abi Awwanah II: 80)

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَجْمَعَ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي السَّفَرِ أَخَّرَ الظُّهْرَ حَتَّى يَدْخُلَ أَوَّلَ وَقْتِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَجْمَعُ بَيْنَهُمَا. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Anas, ia berkata, ”Nabi saw. itu apabila hendak menjamak antara dua salat pada waktu safar, maka beliau mengakhirkan Zhuhur hingga masuk awal waktu Ashar kemudian menjamak keduanya.” (HR. Muslim, Shahih Muslim I: 489, Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah I: 479, Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban IV: 309, Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Daraquthni I: 376, 236, Al-Baihaqi, As-Sunan As-Shaghir I : 227, 228, As-Sunan Al-Kubra III: 230, 231, Abu ‘Awwanah, Mustakhraj Abi Awwanah II: 79)

3. Kaidah Fiqhiyyah

اَلأَصْلُ فِي اْلعِبَادَاتِ اَلتَّحْرِيْمُ

Asal dalam ibadah adalah haram

اَلأَصْلُ فِي  اْلعِبَادَاتِ اَلْحَظْرُ اِلاَّ بِنَصٍّ

Asal dalam ibadah adalah terlarang kecuali ada nash

لاَ قِيَاسَ فِي اْلعِبَادَةِ

Tidak ada qiyas dalam ibadah

MEMPERHATIKAN:

  1. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP.Persis KH. Aceng Zakaria yang menyarankan segera diputuskan masalah hukum tentang ‘Jama’ Salat Ashar dengan Salat Jumat’, dan untuk segera disosialisasikan.
  2. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Muhammad Romli.
  3. Pemaparan dan pembahasan makalah tentang ‘Jama’ Salat Ashar dengan Salat Jumat’ yang disampaikan oleh H. Dailami.
  4. Pandangan para peserta Sidang Dewan Hisbah terkait dalil, wajh al-Dilalah, metode istinbath dan kesimpulan hukum makalah ‘Jama’ Salat Ashar dengan Salat Jumat’.

Atas dasar semua konsideran di atas, maka dengan bertawakkal kepada Allah, Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH:

  1. Menjama’ salat Ashar dan salat Jum’at tidak disyariatkan
  2. Bagi musafir melaksanakan salat Ashar di waktu Zuhur diperbolehkan

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung, 28 Safar 1438 H/ 28 Desember 2016 M.

                 DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

                  Ketua,                                                                                          Sekretaris,

MUHAMMAD ROMLI                                                                              KH.ZAE NANDANG

   NIAT : 01.02.08301.094                                                                   NIAT :01.02.13511.018