Preloader logo

HABIB RIZIEQ: KITA INJAK SEMUT, SEMUTPUN SEKARANG DIGIRING POLISI UNTUK MELAPORKAN

Bandung (sigabah.com) – Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Shihab mengatakan  saat ini ada fenomena fitnah dan adu domba serta mencari-cari kesalahan para ulama dan tokoh nasionalis.

Begitu kuatnya kesan tersebut, bahkan jika dirinya melintas di tengah jalan  menginjak semut, semutpun akan didorong untuk segera melaporkan pada aparat hukum.

“Kondisi kita saat ini –baik yang agamis atau yang nasionalis–  berhadapan dengan rezim penguasa yang sedang mencari cela-cela kesalahan. Mereka bukan membuka pintu dialog, tetapi berusaha mengkriminalisasi ulama atau tokoh nasionalis. Andaikan kita menginjak semut, semutpun akan digiring polisi untuk melaporkan kita,” jelasnya yang langsung disambut gelak tawa ratusan peserta dalam acara diskusi bertajuk ‘Kedaulatan NKRI Tanggung Jawab Kita Semua’ di Gedung Joeang 45, Jakarta Pusat, Jumat (20/1/2017).

Menurutnya,  saat ini gerakan Islam, tokoh Islam, difitnah anti NKRI, anti Pancasila, anti UUD 1945, anti kepada Bhineka Tunggal Ika. Menurutnya hal itu adalah sebuah fitnah yang keji. Sementara gerakan-gerakan Islam sudah berdiskusi dan masuk pada wacara bagaimana mengembalikan nilai-nilai peninggalan pendiri bangsa tentang UUD 1945 yang asli, yang kini sedang dikhianati.

“Maka gerakan-gerakan Islam sudah sepakat, saat ini bukan berdebat pada tataran pada soal dasar negara, bukan berdebat soal NKRI, bukan berdebat Tunggal Ika, bahkan saat ini kita masuk pada tataran bagaimana cara kita mengembalikan peninggalan para founding father kita UUD 45 yang sudah dikhianati dan diobok-obok,” ujarnya.

Ia mengaku, seharusnya pemerintah menguatkan peran intelijennya untuk mengawawi bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sudah jelas-jelas nyata. Karena itulah dirinya mengaku sangat keras mengkritik pemerintah terkait dugaan logo PKI di uang kertas yang baru keluaran Bank Indonesia (BI).

“Justru kita kembali bertanya, kenapa justru yang muncul bentuk logo itu, bukan dalam bentuk-bentuk yang lainnya? Mestinya, protes kita itu ditangkap pemerintah dengan sinyal yang positif. Tapi tidak, polisi mendorong Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk melaporkan saya. Begitu Bank Indonesia (BI) tidak melaporkan, dimunculkan LSM-LSM binaan Polri untuk melaporkan saya dalam persoalan tersebut,” tambah Habib Rizieq.

 “Inilah keprihatinan saat ini saudara, manakala intelijen digunakan untuk memata-matai ulama dan tokoh nasionalis. Mestinya fungsi intelijen ditingkatkan fungsinya untuk memata-matai kebangkitan PKI. Bukan memata-mati yang cinta pada negeri ini. Kemudian kepolisian dijadikan alat untuk mengriminalisasi ulama dan tokoh-tokoh nasionalis. Bahkan bukan lagi mengkriminalisasi, tetapi menterorisasi ulama dan me’makar’isasi tokoh-tokoh yang cinta pada bangsa ini, saudara,” tambahnya.

Acara yang digagas oleh  CSIL (Centre Studies for Indonesian Leadership) ikut menghadirkan Jendreal TNI (Purn) Tyasno Sudarto, Dr. Firdaus Syam, Permadi, SH, Habib Muhammad Rizieq Shihab, Mayjen TNI (Purn) Prijanto, Bambang Wibowo, Batara R. Hutagalung, adik kandung Gus Dur Lily Chodidjah Wahid, Letjen Merinir (Purn) Suharto, Usamah Hisyam dan lain sebagainya.*/Fajar (INA)

[hidayatullah.com/sigabah.com]