Preloader logo

Sia-siakan Gerindra, akankah Ridwan hanya Dapat Bunga Duka Cita seperti Ahok?

BANDUNG (sigabah.com) — Bagi partai Gerindra, Ridwan Kamil dan Basuki Tjahaja Purnama memiliki satu kesamaan, yakni cacat etika politik. Kecacatan yang dimaksud adalah keduanya diusung partai besutan Prabowo Subianto saat naik tahta, tapi di tengah jalan mereka hengkang tanpa permisi.

Seperti diketahui, Ahok membelot ke PDIP saat maju Pilkada DKI 19 April lalu, dan akhirnya kalah telak dalam hitung cepat, melawan calon dukungan Gerindra-PKS dan kemudian PAN dan beberapa partai baru. Sementara itu, Ridwan secara mengejutkan menerima pinangan NasDem untuk Pilkada Jabar 2018, dengan memandang sebelah mata “perasaan” Gerindra dan PKS yang dulu mengusungnya saat belum dikenal publik.

Menerima pinangan NasDem, Ridwan harus menandatangani komitmen mendukung Presiden Joko Widodo di Pilpres 2019. Pada 19 Maret lalu, Ridwan menikmati arak-arakan di Lapangan Tegal Lega, Kota Bandung, sebagai bentuk dukungan dan deklarasi oleh NasDem untuk dirinya. Padahal, bukan tidak mungkin, Ridwan mendapat kesempatan bertarung dengan Jokowi di Pilpres, dengan menjadi Wapres misalnya.

Entah apa yang menjadi pertimbangan Ridwan. Jika melihat jumlah penduduk, Kota Bandung yang dipimpinnya hanya dihuni 2,536.649 juta penduduk, dari total warga Jawa Barat sebanyak 46.497.175 jiwa (data 2011) yang tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan.

Besarnya ambisi Ridwan Kamil sepertinya tak berkelindan dengan besarnya kalkulasi politik. Apalagi, dampak dari panasnya Pilkada DKI terbukti merembet ke sejumlah daerah: Rano Karno adalah korban paling dekat yang seharusnya Ridwan bisa lihat langsung. Sangat mungkin, Ridwan akan keok karena resonansi kebencian terhadap NasDem yang bersekutu dengan PDIP bisa merembet ke Jawa Barat, sisi timur dan selatan Jakarta.

Dengan suara yang minim, NasDem pasti membutuhkan koalisi untuk menjadikan pencalonan Ridwan terwujud. NasDem di Jabar adalah partai gurem yang menempati urutan ke-10 pada Pemilu 2014 lalu dengan suara hanya 4,89 persen.

Berkoalisi dengan PKS dan Gerindra pastinya hampir mustahil, sedangkan Golkar sudah mempunyai Dedi Mulyadi. Praktis, partai besar tinggal PDIP. Apabila berkoalisi dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, kita semua tahu bahwa pada Pilgub 2013 partai berlambang banteng tersebut kalah melawan PKS; padahal, calonnya saat itu adalah Rieke Diah Pitaloka yang cukup populer.

Selama ini, Ridwan yang sangat aktif di media sosial dan menjadi idola anak muda memang tampak sibuk menonjolkan citra dirinya semata, menanggalkan sama sekali peran kedua partai yang mengusungnya. Apabila cara ini dilakukan untuk Pilkada DKI, mungkin cukup masuk akal dengan persentase penduduk melek media yang tinggi. Di Jabar yang lebih luas, tidak banyak yang tahu siapa Ridwan Kamil. Jadi, pergerakan mesin partai akan sangat menentukan. Ridwan sepertinya bakal galau seperti jomblo menantikan jodoh, tak memenangkan apa pun selain ucapan terima kasih dan duka cita dalam bentuk karangan bunga seperti Ahok.

portalpiyungan.com | sigabah.com