Preloader logo

FATWA DEWAN HISBAH (9): MENGAKHIRKAN UMRAH KARENA SAKIT PADA HAJI TAMATTU

BANDUNG (sigabah.com)—Permasalahan tentang Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu yang dipaparkan oleh Ustadz H. Haris Muslim, Lc, MA disidangkan pada hari kedua (Kamis, 29/12/16) Sidang Dewan Hisbah Lengkap ke-1 masa jihad 2015-2020 setelah masalah Hukum Akad Nikah Diwakilkan.

Dalam pembahasannya, Ustadz H. Haris Muslim, Lc, MA memaparkan beberapa poin pokok terkait masalah Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu tersebut. Pertama, mukadimah. Pelaksanaan ibadah haji, menurut beliau, sering kali memiliki beberapa persoalan. Di antaranya ialah seseorang yang sedang sakit di awal kedatangan ke Makkah sedangkan dia sudah berihram untuk umrah sebagai rangkaian ibadah haji tamattu. Namun, karena kondisi tersebut, umrah yang mestinya dilaksanakan setiba di Makkah terpaksa tertunda. Hal ini yang menjadi salah satu alasan permasalahan ini disidangkan.

Kedua, pembahasan mengenai haji tamattu. Menurut beliau, haji tamattu adalah berihlal untuk umrah saja dibulan haji, sambil mengucapkan, “Labbaika umratan”, kemudian jika sudah selesai melaksanakan umrah, bertahalul, kemudian berihram untuk haji di tahun yang sama.

Adapun tertib pelaksanaan haji tamattu adalah berihram dari miqat makani dengan niat umrah. Kemudian ketika sampai di Makkah dilanjutkan dengan thawaf, sa’i lalu tahalul. Setelah tahalul, segala larangan ihram menjadi boleh, sambil menunggu waktu pelaksanaan ibadah haji. Inilah yang disebut dengan tamattu (bersenang-senang). Kemudian, ketika tiba waktu pelaksanaan haji, yaitu tanggal 8 Dzulhijjah atau hari tarwiyah, kembali berihram untuk haji dengan mengucapkan niat “Labbaika hajjan” yang dilanjutkan dengan melaksanakan seluruh rangkaian prosesi ibadah haji.

Ketiga, perihal perbuatan sahabat. Peristiwa pengakhiran umrah ternyata pernah terjadi di zaman Nabi Saw. sendiri. Dalam riwayat Imam al-Bukhari, istri Nabi, Aisyah r.a pernah mengakhirkan ibadah umrah karena ketika tiba di Makkah beliau sedang haid. Padahal, beliau sudah datang dalam keadaan ihram.

Keempat, terkait prinsip. Dalam hal ini, Ustadz H. Haris Muslim, Lc, MA mengemukakan dua prinsip yang berkaitan, yakni prinsip at-taysir wa raf’ul haraj dan prinsip dharurah.

Setelah pembacaan makalah selesai, moderator mempersilahkan kepada seluruh anggota Dewan Hisbah untuk memberikan tanggapan dan pendapat. Dari sesi tersebut, masalah Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu memunculkan istinbath sebagai berikut:

Mengakhirkan umrah karena sakit pada haji tamattu’ hukumnya boleh dan sah hajinya.

By: Ikhwan Fahmi, Jurnalis sigabah.com

Adapun lampiran keputusan Dewan Hisbah tentang Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu sebagai berikut:

KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

No. 017 Tahun 1438 H. / 2016 M.

Tentang:

MENGAKHIRKAN UMRAH KARENA SAKIT PADA HAJI TAMATTU

بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam Pada Sidang Lengkap, di gedung H2QM Pesantren Persis Ciganitri, Kabupaten Bandung tanggal 28-29 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 28-29 Desember 2016 M setelah:

MENIMBANG:

  1. Fenomena tertundanya umrah pada haji tamattu’ pada awal kedatangan ke Makkah karena sakit
  2. Dewan Hisbah berkewajiban untuk menjawab persoalan tersebut

MENGINGAT:

1. Al-Quran

فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَلِكَ لِمَنْ لَمْ يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (البقرة :196)

Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ´umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya (QS Al-Baqarah : 196)

2. Hadis

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: قَدِمْتُ مَكَّةَ وَأَنَا حَائِضٌ، وَلَمْ أَطُفْ بِالْبَيْتِ وَلاَ بَيْنَ الصَّفَا وَالمَرْوَةِ قَالَتْ: فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «افْعَلِي كَمَا يَفْعَلُ الحَاجُّ غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي» رواه البخاري

Dari Aisyah RA sesungguhya ia berkata : Aku tiba di Mekkah dalam keadaan haid, sehingga tidak bias thawaf di baitullah dan (sa’i) antara shafa dan marwah, ia berkata : Kemudian aku mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab : “Lakukanlah seperti apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji selain thawaf di baitullah sehingga engkau suci”  (H.r. Bukhari)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، مُوَافِينَ لِهِلَالِ ذِي الْحِجَّةِ، قَالَتْ: فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ أَنْ يُهِلَّ بِعُمْرَةٍ فَلْيُهِلَّ، فَلَوْلَا أَنِّي أَهْدَيْتُ لَأَهْلَلْتُ بِعُمْرَةٍ» قَالَتْ: فَكَانَ مِنَ الْقَوْمِ مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ، وَمِنْهُمْ مَنْ أَهَلَّ بِالْحَجِّ، قَالَتْ: فَكُنْتُ أَنَا مِمَّنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ، فَخَرَجْنَا حَتَّى قَدِمْنَا مَكَّةَ، فَأَدْرَكَنِي يَوْمُ عَرَفَةَ وَأَنَا حَائِضٌ، لَمْ أَحِلَّ مِنْ عُمْرَتِي، فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «دَعِي عُمْرَتَكِ، وَانْقُضِي رَأْسَكِ وَامْتَشِطِي، وَأَهِلِّي بِالْحَجِّ» قَالَتْ: فَفَعَلْتُ، فَلَمَّا كَانَتْ لَيْلَةُ الْحَصْبَةِ وَقَدْ قَضَى اللهُ حَجَّنَا، أَرْسَلَ مَعِي عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرٍ، فَأَرْدَفَنِي وَخَرَجَ بِي إِلَى التَّنْعِيمِ، فَأَهْلَلْتُ بِعُمْرَةٍ، فَقَضَى اللهُ حَجَّنَا وَعُمْرَتَنَا، وَلَمْ يَكُنْ فِي ذَلِكَ هَدْيٌ وَلَا صَدَقَةٌ وَلَا صَوْمٌ (رواه البخاري ومسلم).

Dari Aisyah RA ia berkata : kami keluar bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan untuk melaksanakan haji wada bertepatan dengan hilal bulan Dzulhijjah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa diantara kalian yang hendak berihlal untuk umrah maka berihlallah, kalaulah aku tidak membawa hadyu aku pun akan berihlal untuk umrah” aisyah berkata : maka diantara rombongan ada yang berihlal untuk umrah, ada juga yang berihlal untuk haji, ia berkata, dan aku diantara yang berihlal untuk umrah, kemudian kami pergi sampai tiba di Makkah, dan ketika hari Arafah ku masih haid dan belum tahallul dari umrahku, kemudian aku mengadu kepada Rasulullah SAW dan beliau bersabda, “Tinggalkanlah umrahmu, uraikan dan sisirlah rambutmu dan berihlallah untuk haji” ia berkata, kemudian aku melakukannya, dan ketika tiba malam hasbah (malam setelah selesai hari tasyriq) dan Allah telah menyesaikan haji kami, Rasul mengutus Abdurrahman bin Abu Bakar untuk menemaiku dan ia memboncengku pergi ke tan’im, kemudian aku berihlal umrah sehingaa Allah menyempurnakan haji dan umrah kami, dan tidak ada dalam hal yang demikian hadyu, shadaqah, juga shaum. (H.r. Bukhari, Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّهَا أَهَلَّتْ بِعُمْرَةٍ، فَقَدِمَتْ وَلَمْ تَطُفْ بِالْبَيْتِ حَتَّى حَاضَتْ، فَنَسَكَتِ الْمَنَاسِكَ كُلَّهَا، وَقَدْ أَهَلَّتْ بِالْحَجِّ، فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَوْمَ النَّفْرِ «يَسَعُكِ طَوَافُكِ لِحَجِّكِ وَعُمْرَتِكِ» فَأَبَتْ، فَبَعَثَ بِهَا مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِلَى التَّنْعِيمِ، فَاعْتَمَرَتْ بَعْدَ الْحَجِّ

Dari Aisyah RA, sesungguhnya ia berihlal untuk umrah, kemudian ia tiba belum melaksanakan thawaf sehingga haid, kemudian melaksanakan semua manasik dan telah berihlal untuk haji, kemudian Nabi SAW bersabda padanya pada hari nafar (keluar dari Mina) : “Cukuplah thawafmu untuk haji dan umrahmu” akan tetapi Aisyah RA enggan, kemudian Nabi mengutusnya bersama Abdurrahman ke Tan’im, kemudian ia melaksanakan umrah setelah haji. (H.r. Muslim)

3. Kaidah Fiqhiyyah

المشقة تجلب التيسير

Kesulitan membawa kepada kemudahan

ما أبيح للضرورة يقدر بقدرها

Sesuatu yang dibolehkan karena dharurat, maka disesuaikan dengan kadar kedaruratannya

MEMPERHATIKAN:

  1. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP.Persis KH. Aceng Zakaria yang menyarankan segera diputuskan masalah hukum tentang ‘Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu’, dan dituntut segera disosialisasikan.
  2. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Muhammad Romli.
  3. Pemaparan dan pembahasan makalah tentang ‘Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu’ yang disampaikan oleh H. Haris Muslim, M.A.
  4. Pengujian dan pandangan para peserta sidang terhadap dalil, wajh al-dilalah, metode istinbat serta kesimpulan makalah ‘Mengakhirkan Umrah Karena Sakit pada Haji Tamattu’.

Atas dasar semua konsideran di atas, maka dengan bertawakal kepada Allah, Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH:

Mengakhirkan umrah karena sakit pada haji tamattu’ hukumnya boleh dan sah hajinya.

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung, 29 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 29 Desember 2016 M.

                 DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

                        Ketua,                                                                                    Sekretaris,

MUHAMMAD ROMLI                                                                         KH.ZAE NANDANG

   NIAT : 01.02.08301.094                                                                   NIAT :01.02.13511.018