BANDUNG (sigabah.com)—Spanduk-spanduk anti Syiah beberapa pekan terakhir banyak bertebaran di Makassar. Di antara isi tulisan di spanduk itu menyamakan Syiah dengan komunis yang mengancam keutuhan NKRI.
Spanduk itu rata-rata di pasang di titik-titik persimpangan jalan. Spanduk dengan ukuran besar dan panjang itu, mudah terbaca meski dari kejauhan. Seperti yang terlihat di persimpangan Jalan Toddopuli Raya-Jalan Borong dan Jalan Batua Raya-Jalan Abdullah Daeng Sirua.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, spanduk-spanduk itu memuat tulisan ‘tolak Syiah tolak komunis PKI mengancam NKRI, mengancam NKRI menurut fatwa MUI pusat, Syiah bukan Islam’.
Untuk mengantisipasi konflik horizontal di tengah masyarakat karena adanya spanduk tersebut, pihak Polrestabes Makassar melakukan penggalangan ke tingkat Polsek untuk intens menjaga stabilitas Kamtibmas. Memonitor rencana-rencana kegiatan sekiranya berpotensi gejolak di tengah masyarakat.
“Kita juga telah mendorong lembaga yang berkompoten, lembaga terkait antara lain MUI dan pemerintah setempat supaya bisa mengelola kondisi ini dengan baik. Beberapa hari yang lalu Kapolrestabes Makassar sudah ke Wali Kota Makassar supaya meminimalisir potensi-potensi gesekan itu melalui SKPD nya bersama pihak kepolisian supaya tidak ada kekerasan dalam menyikapi perbedaan,” kata AKBP Hotman Sirait, Wakapolrestabes Makassar yang dikonfirmasi, Senin, (2/10).
Dia mengungkapkan, pengawasan lebih optimal lagi terhadap ancaman terjadinya gesekan antar warga setelah terjadi insiden di Hotel Clarion, Makassar, Minggu siang, (1/10) pukul 13.00 Wita.
Kala itu, di salah satu ball room Hotel Clarion, sekitar 200 orang yang bermaksud mengikuti kegiatan peringatan hari asyura yang dimotori Ikatan Jamaah Ahlul Bait (Ijabi) dipulangkan paksa.
Kegiatannya dihentikan oleh pihak kepolisian dari Polsek Tamalate dan Polrestabes Makassar karena tidak mengantongi izin keramaian. Selain itu juga karena kegiatan peringatan hari asyura ini tanpa sepengetahuan pihak hotel.
“Pihak hotel tidak tahu kalau itu kegiatan Ijabi untuk peringatan Hari Asyura karena yang memesan tempat itu atas nama perorangan bukan organisasi. Pihak hotel juga terkejut kenapa ada kegiatan seperti itu karena jika tahu jenis kegiatannya maka akan dimintai surat izin keramaian. Bahkan juga rekomendasi dari Kementerian Agama,” tandas Hotman Sirait.
merdeka.com | sigabah.com