KH Bachtiar Nasir Ketua GNPF MUI
Saya berada dalam episentrum gerakan ummat Islam saat ini. Saya melihat curahan nikmat dan karunia Allah bagi bangsa Indonesia. Saya juga menemukan bahwa harapan dunia Islam saat ini ada di Indonesia.
Namun, saya harus berhati-hati menyikapi ini semua agar kiblat bangsa yang berpedoman kepada Pancasila tidak bergeser sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa dan peletak dasar negeri ini yang telah berjuang dan bersikukuh menjadikan negeri ini sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Merekalah yang memperjuangkan negara ini menjadi negara yang berdaulat yang dimulai dari tingkat ideologi.
Dulu para pakar Islam dunia mengatakan bahwa secara teritorial, bangsa Melayu di Asia tengara belum pernah mendapatkan giliran sebagai pioner kebangkitan Islam. Kita lihat bangsa-bangsa sebelumnya sudah menjadi pionir kebangkitan Islam. Misalnya, runtuhnya Granada di Andalusia, maka bangkitlah Islam di Turki.
Kalau kita telusuri jejak Islam di Indonesia terkait dengan kebangkitan dan keruntuhan Islam di muka bumi ini, maka inilah momentum kebangkitan Islam dari Indonesia. Pada hari ini, getaran aksi 212, saya dengar langsung dari saudara-saudara kita di Nusantara, di Malaysia, Singapura, Brunei, dan sebagian di Philipina, bahwa ghiroh Islam mereka terinspirasi oleh sebuah gerakan ummat Islam Indonesia, Aksi Bela Islam 1, 2, dan 3.
Dulu, kita mungkin tidak percaya dan selalu skeptis terhadap wacana Indonesia akan menjadi episentrum kebangkitan Islam dunia abad ini. Wacana ini mengemuka di tahun 90-an. Namun diskursus ini diruntuhkan oleh peristiwa Krisis Moneter 1997. Wacana bahwa Indonesia akan menjadi raksasa ekonomi dunia karena kadaulatan politik, hukum, dan kekayaan alam, runtuh seketika. Yang terjadi, justru Indonesia saat itu terpuruk, krisis multidimensi, dan sistem ekonomi porak-poranda hingga masuk era reformasi yang sampai hari ini ternyata tidak jauh berbeda.
Begitu juga dengan sistem hukum. Hanya seorang gubernur yang dilindungi, hukum kita lumpuh. Yang lebih mengerikan lagi adalah fenomena kemunafikan dalam memilih pemimpin. Padahal memilih pemimpin muslim bagi ummat Islam sudah sangat tegas digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Maidah 51.
Dulu, saya juga ikut skeptis. Sekarang kalau ditanyakan, benarkah kebangkitan Islam akan lahir di Indonesia? Hari ini saya menjawab: iya. Dasarnya adalah given yakni pemberian dari Allah SWT. Fenomena saat ini bukan semata-mata karena usaha kita. Konkritnya, ormas apa, partai apa, presiden mana yang bisa mengumpulkan orang di Jakarta yang mencapai 7,3 juta? Makanya, jangan heran jika nanti ada penghargaan untuk ummat Islam yang mencatat rekor aksi terbesar di Indonesia, Shalat Jumat terbesar, dan massa terbanyak yang pernah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Aksi sebesar 212 ini, siapa panitianya? Tidak ada. Ini baru ada aksi pasca kemerdekaan yang berdasarkan pada ideologi. Putih dan damai. Saat itu massa yang datang sebenarnya banyak yang ingin melampiaskan kemarahan, tetapi mereka ternyata jauh lebih mudah diajak untuk berdamai.
Dari seluruh pelosok Indonesia yang datang sudah ditekan sejak awal keberangkatan mereka. Mereka datang untuk menuntut haknya yang tentunya jika diarahkan untuk marah sangat mudah, tetapi ini anugerah Allah. Ini adalah tadbir ribbani wa tanziiqul ilaahiyyah. Ini murni rekayasa Allah terjadi.
Jika ada yang bertanya kenapa gerakan ummat ini masih berlanjut? Jawabannya, ini adalah kemauan ummat. GNPF hanya mengarahkan agar langkah ummat terarah dan tidak keluar dari koridor NKRI.
Siapa yang memulai aksi boikot tv ini, boikot produk roti itu? Ummat dari bawah. Siapa yang menginisiasi membuat koperasi syariah 212 dan 212 mart? Itu semua kemauan dan gerakan ummat. Bahkan sudah banyak permintaan agar ummat Islam punya tv dan media sendiri dll. Inilah anugerah Allah SWT dan Fajar Kebangkitan Islam untuk dunia. Di sinilah ummat Islam terbesar di muka bumi ini.
[belaquran.com/sigabah.com]