Preloader logo

Pernyataan Trump berpotensi Jadi Momentum Persatuan Islam seluruh Dunia

BANDUNG (sigabah.com)—Sikap jamiyyah Persatuan Islam (Persis) secara nasional sangat mendukung keputusan pemerintah RI yang dengan tegas menolak keputusan Donald Trump.

Hal tersebut diutarakan oleh wakil Ketua Umum PP Persis, Dr. Jeje Zaenudin, menurutnya amanat konstitusi Indonesia dengan gamblang menyatakan segala bentuk penjajahan di dunia ini harus dihapuskan dan pendudukan Israel atas Palestina adalah bentuk nyata penjajahan.

“Keputusan Trump bertentangan dengan resolusi dan prinsip-prinsip HAM PBB yang dipegang serta jadi acuan seluruh negara di dunia”, ujar Dr. Jeje, jumat (08/12/2017).

Dr. Jeje mengajak bangsa Indonesia untuk mengapresiasi penolakan yang dilakukan oleh negara-negara Eropa seperti Jerman dan Prancis serta yang lainnya, serta mengecam negara yang ikut mendukung keputusan keji Donald Trump, semisal Filipina.

“Kita berharap semoga pernyataan Trump itu menjadi pembangkit spirit negara Arab dan dunia Islam pada umumnya untuk mengukuhkan persatuan dan menghentikan konflik internal yang berkepanjangan dan telah menghancurkan segala kekayaan serta kekuatan umat”, ungkapnya.

Wakil ketua umum PP Persis itu memandang, tidaklah mungkin Trump mengambil sikap frontal dan terang-terangan mendukung Israel untuk menjadikan Al Quds sebagai Ibukotanya, kecuali Trump melihat itulah saatnya sudah tepat.

Di saat dunia Islam sudah kehabisan jiwa, raga, harta, benda, kekayaan, dan kekuatannya disebabkan peperangan yang membinasakan bangsa dan negaranya sendiri.

Menurut Dr. Jeje, hal-hal tersebut tidak mungkin lepas dari skenario dan konspirasi yang melibatkan Amerika dan Zionis Israel.

Pandangan tersebut, dinilai Dr. Jeje terlihat dari indikasi mencari momentum yang tepat. Pernyataan Trump diumumkan setelah Irak, Suriah, Yaman, hancur lebur dengan perang sektarian. Bahkan memancing Saudi membangun koalisi Arab dan terjerumus ke dalam perang yang menghancurkan kekuatan dunia Islam itu.

Dia pun menambahkan, terlebih lagi ketika kekuatan perlawanan rakyat Palestina melalui gerakan Hamas telah dihancurkan secara psikologis dengan ditetapkannya sebagai Organisasi teroris.

“Lebih dalam dari itu, mereka ditekan dengan kekuatan politik internasional untuk mau berkoalisi dengan Fatah dan seluruh persenjataannya harus dilucuti”, terangnya.

Terakhir, Dr. Jeje menyebutkan, sekarang kekuatan itu tinggal ada di hati nurani masyarakat dunia.

“Akankah penduduk bumi ini bersekutu dalam pengkhianatan terhadap keadilan dan kemanusiaan dengan membiarkan bangsa Palestina menghadapi penderitaannya sendirian tanpa ada yang membelanya”, pungkasnya.

persis.or.id | sigabah.com