BANDUNG (sigabah.com)—Relawan kemanusiaan ACT di Rakhine State, Faisol Amrullah mengungkapkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar hingga saat ini masih berlangsung terhadap etnis Muslim minoritas Rohingya.
Berdasarkan keterangannya, pada Jumat (08/09), militer Myanmar masih melakukan penyisiran di daerah pemukiman Rohingya. Bahkan, pada Sabtu malam (09/09), militer kembali membakar rumah-rumah milik Rohingya di Maungdaw, Buthidaung dan Rethatong.
“Hingga minggu ini masih ada sekitar 100 ribu lebih etnis Rohingya yang terisolasi di dalam kawasan Rakhine state. 300 ribu lebih sudah berhasil menyeberang ke Bangladesh serta puluhan ribu lainnya masih terjebak dalam perjalanan dari Rakhine menuju Bangladesh,” ungkap Faisol yang disampaikan melalui rekannya kepada Kiblat.net, Ahad (10/09) siang.
Banyaknya yang terjebak dalam perjalanan menuju perbatasan Bangladesh. Pasalnya, para pengungsi tersebut masih belum sampai di titik aman. Mereka harus menembus hutan dengan berjalan kaki selama tujuh hari untuk sampai ke perbatasan Bangladesh.
“Mereka melakukannya harus sangat hati-hati guna menghindari berpapasan dengan patroli militer atau polisi Myanmar,” ungkap Faisol.
Untuk 100 ribu jiwa yang terisolasi di kawasan Rakhine State, sebagian besar sudah ada di pengungsian yang tak bisa disebutkan karena alasan keamanan. Sedangkan, ACT juga telah telah menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada sejumlah pengungsi.
“Alhamdulillah, bantuan kami sudah dua kali masuk untuk pengungsi yang terisolasi ini, yaitu Rabu dan Jumat kemarin (6 dan 8 Agustus),” tandas Faisol.
kiblat.net | sigabah.com