Preloader logo

FATWA DEWAN HISBAH (6): JAMA’ TAQDIM MELEMPAR JUMRAH

BANDUNG (sigabah.com)—Sekitar pukul 21.10 WIB, sidang keenam yang mengangkat tema Jamak Taqdim Melempar Jamarot baru dimulai. Tema ini menghadirkan KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiyat sebagai pemakalah dengan dipandu oleh Sekretaris Dewan Hisbah, KH. Zae Nandang sebagai moderator.

Setelah menyampaikan satu dan dua hal terkait pembahasan, KH. Zae Nandang menyerahkan hak bicara kepada pemakalah, KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiyat. Permasalahan ini disidangkan, kata beliau, mengingat adanya jamaah haji yang mengalami udzur syar’i sehingga mengalami kesulitan dalam melempar tiga jamarot pada ayyam al-tasyriq. Begitupun dengan kondisi Mina saat ini yang di antaranya memiliki cuaca yang ekstrim sehingga para jamaah meminta kejelasan baik dari segi landasan maupun kaifiyyat.

Kemudian, KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiyat mengemukakan, melontar jamarot itu adalah ibadah mahdlah yang sudah dicontohkan pelaksanaannya oleh Rasulullah Saw, baik waktunya, jumlahnya, tempat, dan kaifiyyatnya.

Hal ini beliau sampaikan bersandar kepada sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, bahwa Rasulullah Saw. melontar jamarot aqabah di hari nahar pada waktu duha dan beliau juga melontar di hari-hari tasyriq setelah tergelincir matahari (ba’da zawal). Mengenai jumlahnya, KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiat membacakan sebuah hadis dari Ibn Umar yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari bahwa ia melempar jamarot menggunakan tujuh kerikil.

Dari kedua hadis tersebut, menurut beliau, melontar jamarot merupakan ibadah muwaqqatah yang mesti dilaksanakan sesuai dengan manasik Rasulullah Saw., yang berarti kita tidak diperbolehkan melaksanakan hal tersebut selain dari yang dicontohkan Rasulullah Saw.

Sebagai pengingat, KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiat menyampaikan hasil keputusan sidang Dewan Hisbah ke-XI tahun 1994, tepatnya pada hari Senin 12 Desember yang disampaikan oleh KH. M. Romli mengenai Tidak Mabit di Mina dan Menjama’ Melontar Jamarat Bagi Jamaah Haji yang Udzur.

Dari sidang tahun 1994 tersebut, tercatat tiga poin istinbath hukum. Pertama, bagi yang udzur diizinkan (diberi rukhsah) untuk tidak mabit di Mina pada ayamu at-tasyriq. Kedua, melontar Jamarat pada tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah bagi yang udzur bisa dijama pada salah satu harinya (taqdim atau ta’khir). Ketiga, Kaifiyat menjama melontar jamarat bisa dilaksanakan dengan cara menyelesaikan tiga jamarat dulu untuk tanggal 11, kemudian diulang untuk tanggal 12-nya.

Setelah KH. Drs. Uus Muhammad Ruhiyat selesai menyampaikan makalahnya, hak bicara kemudian diserahkan kembali kepada moderator, KH. Zae Nandang. Sekitar pukul 21.23 WIB, beliau memberikan kesempatan kepada para anggota Dewan Hisbah untuk menyampaikan tanggapan dan masukan.

Setelah seluruh tanggapan dan masukan dari para anggota Dewan Hisbah disampaikan, akhirnya sidang Dewan Hisbah mengenai masalah Jamak Taqdim Melempar Jamarot menarik istinbath sebagai berikut:

Mengukuhkan Putusan Sidang Dewan Hisbah XI Tentang Menjama’ Melontar Jamarat bagi Jamaah Haji yang Udzur yaitu:

  1. Melontar Jamarat pada tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah bagi yang udzur bisa dijama pada salah satu harinya (taqdim atau ta’khir).
  2. Kaifiyat menjama melontar jamarat bisa dilaksanakan dengan cara menyelesaikan tiga jamarat dulu untuk tanggal 11, kemudian diulang untuk tanggal 12 nya.

By: Ikhwan Fahmi, Jurnalis sigabah.com

Adapun lampiran keputusan Dewan Hisbah tentang Jamak Taqdim Melempar Jamarot sebagai berikut:

KEPUTUSAN DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

No. 014 Tahun 1437 H. / 2016 M.

Tentang:

JAMA’ TAQDIM MELEMPAR JUMRAH

بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam Pada Sidang Lengkap, di gedung H2QM Pesantren Persis Ciganitri, Kabupaten Bandung tanggal 28-29 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 28-29 Desember 2016 M setelah:

MENIMBANG:

  1. Fenomena kondisi adanya uzur bagi jamaah haji sehingga tidak bisa melaksanakan melempar Jamarat pada waktunya
  2. Dewan Hisbah berkewajiban untuk menjawab persoalan tersebut.

MENGINGAT:

1. Hadis

 عَنْ جَابِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلى الله عَليه وسَلم رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ يَوْمَ النَّحْرِ ضُحًى وَرَمَى فِي سَائِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ بَعْدَ مَا زَالَتِ الشَّمْسُ

Dari Jabir bahwasanya Rasulullah SAW melontar Jamrot al aqabah di hari Nahar pada waktu dluha dan beliau melontar di hari – hari tasyriq setelah tergelincir matahari (bakda zawal). H.r. Ahmad

عن ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّهُ كَانَ يَرْمِي الْجَمْرَةَ الدُّنْيَا بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ يُكَبِّرُ عَلَى إِثْرِ كُلِّ حَصَاةٍ ثُمَّ يَتَقَدَّمُ حَتَّى يُسْهِلَ فَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ ثُمَّ يَرْمِي الْوُسْطَى ثُمَّ يَأْخُذُ ذَاتَ الشِّمَالِ فَيَسْتَهِلُّ وَيَقُومُ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَيَقُومُ طَوِيلًا وَيَدْعُو وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ وَيَقُومُ طَوِيلًا ثُمَّ يَرْمِي جَمْرَةَ ذَاتِ الْعَقَبَةِ مِنْ بَطْنِ الْوَادِي وَلَا يَقِفُ عِنْدَهَا ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُولُ: هَكَذَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ

Di dalam kitab Sahih al Bukhari rahimahullah terdapat hadis dari Ibnu Umar r.a bahwasanya ia melontar jamrot al dunya dengan tujuh kerikil, ia bertakbir setiap melemparkan batu, kemudian pergi ke tempat yang agak lenggang lalu berdiri lama menghadap kiblat ia berdo’a sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian ia melontar jamrot al wushtha, lalu pergi ke sebelah kiri berdiri lama menghadap kiblat dan berdo’a sambil mengangkat kedua tangannya, ia berdiri lama, kemudian ia melontar jamrot al aqabah di tengah lembah dan ia tidak berdiri di situ kemudian pergi dan berkata demikianlah aku melihat Rasulullah SAW melaksanakannya.

عَنْ عَاصِمِ بْنِ عَدِيٍّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ لِرُعَاءِ اْلاِبِلِ فِي الْبَيْتُوْتَةِ عَنْ مِنًى يَرْمُوْنَ يَوْمَ النَّحرِ ثُمَّ يَرْمُوْنَ لِلْغَدَاةِ وَ مِنْ بَعْدِ الْغَدِ لِيَوْمَيْنِ ثُمَّ يَرْمُوْنَ يَوْمَ النَّفَرِ. رواه أبو داود

Dari Ashim bin Adi bahwasanya Rasulullah SAW memberI rukhsoh ( kelonggaran ) bagi pengembala unta untuk tidak mabit di Mina. Mereka melontar pada hari nahar, kemudian mereka melontar untuk hari esoknya dan esok lusa , untuk dua hari kemudian mereka melontar lagi pada hari nafar. H.r. Abu Daud.

عَنْ أَبِي الْبَدَّاحِ بْنِ عَدِيٍّ  عَنْ أَبِيهِ  أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَخَّصَ لِلرِّعَاءِ أَنْ يَرْمُوا يَوْمًا  وَيَدَعُوا يَوْمًا.رواه أبو داود

Dari Abu al Baddah bin Adi, dari ayahnya bahwasanya Nabi SAW memberi kelonggaran ( rukhsoh ) bagi pengembala unta untuk melontar sehari dan meninggalkan sehari ( tidak melontar ). H.r. Abu Daud

عَنْ أَبِي الْبَدَّاحِ بْن ِ عاَصِمِ بْنِ عَدِىٍّ عَنْ أَبِيْهِ: أَنَّهُ قَالَ: أَرْخَصَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لِرِعَاءِ اِلإبِلِ فِى الْبَيْتُوْتَةِ أَنْ يَرْمُوْا يَوْمَ النَّحْرِ ثُمَّ يَجْمَعُوْا رَمْىَ يَوْمَيْنِ بَعْدَ النَّحْرِ فَيَرْمُوْنَهُ فِى أَحَدِهِمَا.رواه الترمذي

Dari Abu al Baddah bin Ashim bin Adi , dari ayahnya bahwasanya ia berkata, Rasulullah Saw memberi kelonggaran ( rukhsoh ) bagi pengembala unta untuk tidak mabit di Mina, melontar pada hari nahar, kemudian menjamak melontar pada dua hari setelah hari nahar lalu mereka melontarnya pada salah satu diantara keduanya. H.r. At Tirmidzi.

MEMPERHATIKAN:

  1. Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP.Persis KH. Aceng Zakaria yang menyarankan segera diputuskan masalah hukum tentang ‘Jama’ Taqdim Melempar Jamarat’, dan dituntut segera disosialisasikan.
  2. Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Muhammad Romli.
  3. Pemaparan dan pembahasan makalah tentang Jama’ Taqdim Melempar Jamarat’ yang disampaikan oleh KH. Uus M. Ruhiyat.
  4. Pengujian dan pandangan para peserta sidang terhadap dalil, wajh al-dilalah, metode istinbat serta kesimpulan makalah Jama’ Taqdim Melempar Jamarat’.

Atas dasar semua konsideran di atas, maka dengan bertawakkal kepada Allah, Dewan Hisbah Persatuan Islam

MENGISTINBATH:

Mengukuhkan Putusan Sidang Dewan Hisbah XI Tentang Menjama’ Melontar Jamarat bagi Jamaah Haji yang Udzur yaitu

  1. Melontar Jamarat pada tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah bagi yang udzur bisa dijama pada salah satu harinya (taqdim atau ta’khir).
  2. Kaifiyat menjama melontar jamarat bisa dilaksanakan dengan cara menyelesaikan tiga jamarat dulu untuk tanggal 11, kemudian diulang untuk tanggal 12 nya.

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.

الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين

Bandung, 28 Rabi’ul Awwal 1438 H/ 28 Desember 2016 M.

                 DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM

                 Ketua,                                                                                           Sekretaris,

MUHAMMAD ROMLI                                                                      KH.ZAE NANDANG

 NIAT : 01.02.08301.094                                                                   NIAT :01.02.13511.018