Diliat dari segi penciptaanya, manusia adalah makhluk Bi-Dimensional alias makhluk yang memiliki dua dimensi, yakni (1) dimensi fisik/ jasadi dan (2) dimensi psikis/ruhani.
Pertama, Unsur fisik/ jasadi -> kualitas rendah
Dimensi yang pertama bisa disebut dimensi kerendahan. Kenapa? Karena ini terkait sama dimensi jasadiah, fisik. Jadi maknanya adalah, manusia yang mengandalkan kepada elemen-elemen fisik, sebetulnya dia sedang menuju kepada kerendahan. Fisik kita itu, alih-alih mengalami perbaikan kualitas, dari hari ke hari itu justru makin menurun. Mungkin sekarang kita belum ngerasain. Tapi cepat atau lambat, akan datang satu hari di mana tulang kita ga akan lagi sanggup menopang tubuh kita, sekeras apapun kita olahraga hari ini. Akan datang satu hari dimana kulit kita menjadi keriput, sesering apapun kita melakukan perawatan hari ini.
Singkat kata, fisik kita ini dibuat dari elemen bahan baku yang rendah, tanah. Makanya kemudian, manusia itu dihina sama iblis karena fisiknya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raaf: 11-12)
Jadi pesannya adalah, manusia yang mau meningkatkan kualitas dirinya dengan bermodalkan kepada elemen-elemen fisik, jasadi, duniawi, maka sesungguhnya dia sedang mengumpulkan kehampaan-kehampaan. Keduniaan itu ya, cuma gini-gini aja, fana; semua kebahagiaannya semu.
Kita mimpi pingin punya rumah mewah sekaligus kendaraannya, ga kebayang deh betapa bahagianya kita kalau bisa dapetin. Waktu berhasil dapet, wahh seneng bangett…. tapi cuma sesaat. Abis itu pusing gimana bayar cicilannya. Kita mimpi punya pasangan yang ideal sesuai kriteria kita masing-masing, abis dapet senang, tapi sesaat. Abis itu pusing gimana menghidupinya. Waktu kelulusan sekolah atau wisuda kuliah seneng, tapi sesaat. Abis itu pusing mau lanjut kemana atau mau kerja apa. Begitu seterusnya.
Semua yang berkaitan sama duniawi, itu fana. Itu adalah dimensi pertama manusia; dimensi kehinaan, apabila dia menumpukkan kebahagiaannya itu pada aspek yang bersifat fisik.
Kedua, Unsur psikis/rohani ->kualitas tinggi
Yang kedua adalah dimensi psikis atau dimensi rohani. Dimensi kedua inilah yang punya potensi bisa bawa manusia ke arah kemuliaan. Dalam aspek ini, manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang ditiupkan ruh kedalam dirinya. Ditiupkan kesana ruh ilahiyyah. Makanya sifat-sifat Allah ada juga dalam diri manusia.
Lalu apa yang bikin beda? Allah itu Maha Pengasih, Maha penyayang, manusia juga kayak gitu, tapi kasih sayang manusia itu kan terbatas. Inilah yang mesti kita maksimalin buat mencapai kesempurnaan sebagai manusia. Allah itu Maha Mengetahui, tapi manusia cuma mengetahui, terbatas. Maka optimalkanlah pengetahuan yang terbatas itu sama bimbingan wahyu, baru kemudian disitulah kita bakal optimal sebagai manusia.
Singkat kata, kemuliaan manusia itu ada pada dimensi-dimensi illahiyah dan itulah yang harus dioptimalisasi. Maka manusia insan kamil, manusia yang ideal, adalah manusia yang memiliki kecenderungan theomorfis. Manusia yang bisa merefleksikan dimensi-dimensi ilahiyyah.
Jadi kemuliaan manusia itu terletak pada unsur ruhani, dalam artian ketika ia mampu mengoptimalisasi dimensi ilahiyyah yang ada di dalam dirinya. Kenapa mesti dioptimalisasi?
Karena semua makhluk Allah Swt. itu sudah permanen, tetap, ga akan berubah. Cuma manusia satu-satunya makhluk yang bisa berubah; bisa berhenti sebagai manusia.
Maksudnya tuh gini, malaikat itu makhluk 1 dimensi. Ga akan pernah ada malaikat bikin maksiat. Begitu pula iblis yang sama-sama makhluk 1 dimensi, yaitu dimensi kebejatan. Ga akan penah ada cerita iblis insaf. Permanen, dari dulu sampe sekarang, perkerjaannya cuma menjerumuskan manusia pada kesesatan. Bumi, walaupun usianya udah ratusan juta bahkan milyaran tahun, kondisinya luarannya tetep sama, bundar. Matahari, masih tetep sama dengan fungsinya untuk menyinari. Cuma manusia yang bisa berubah. Kalau dia bisa optimalin dimensi ilahiyyah, dia sedang menuju kearah kemuliaan. Ketika dimensi ini hilang maka sebenarnya dia udah berhenti jadi seorang manusia.
By Azmi Fathul Umam
Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta