Ada darah yang bersimbah Menyatu dengan tanah Menyatu dengan sejarah Siapa tidak marah? Kematian menjadi permainan Sederhana sekali! Kau bilang, “Pembunuhan ini hanyalah kasus biasa” Gila, kau anggap semuanya gila!
ELEGI SUDUT AL-IKHLAS
Riuh suara anak-anak di setiap sudut masjid terdengar terbata-bata. Tangannya berusaha mengeja huruf demi huruf dalam buku Iqra, “Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an.” Sesekali teriakan-teriakan kecil terdengar dari pelataran masjid.
MIMBAR KOSONG
Hari Jum’at yang cerah, dipenuhi berkah. Saatnya bersiap-siap melaksanakan shalat Jum’at. Pakai koko dan kopiah, serta wangi-wangian, tidak lupa sarung Samarinda yang baru aku beli seminggu yang lalu. Jam menunjukan
SAUDARAKAH KITA?
Rumahku memang kejam, tidak lagi busur yang menikam Berjalan kaki tak peduli telapak legam menghitam Aku boleh saja berkilah, namun sebrang sana ada yang lupa kata indah Bukan lagi hari,
FISIKNYA BANYAK, TAPI ISINYA…
Oh, segarnya. Seperti biasa, udara pesawahan kembali melegakan dada. Kali ini aku menghirupnya sembari menutup mata dengan penuh penghayatan. Apakah Allah menciptakan alam ini hanya sekedar untuk dirasakan saja? Heummm,
GENERASI HAMPA
Musim silih berganti terbingkai dalam kalender kusam Seperti jiwa yang lirih bersenandung bait-bait hampa Menyaksikan tunas muda tumbuh tak tentu arah di tanah yang basah oleh darah Mengalirkan kerinduan pada
CURHAT “ORANG SHALEH”
“Kembali akan terpaut rasa rindu yang mendalam, saat keindahannya akan segera kutinggalkan. Tempat yang bersejarah. Tempat yang dirindukan umat Islam sedunia. Ya, aku harus kembali ke tempat itu. Untuk mencium
DI UJUNG BELATI
Tak ada suara, kecuali isakan tangis seorang pemuda yang lirih terdengar menggema ke seluruh ruangan kamarnya. Di kepalanya muncul bayangan sebuah memori, bukan masa lalu, tapi kini yang sedang ia
SURAT KEPADA MUHAMMAD
Sepucuk surat ini, aku tujukan kepada ia yang namanya telah malampaui usia. Kepada ia yang heningnya telah menutup semua gegap gempita pesta perayaan. Kepada ia yang cahayanya telah menembus batas-batas
TAKDIR
Takdir. Betapa patuhnya kau padaNya, hingga tak ada setitik kau khianat padaNya. Membayangkanmu bukan sebuah kepastian, tapi bersamamu adalah suratan. Saat takdir menaruhku jauh dari bahagia, justru bahagia itu bukanlah