Preloader logo

SEJARAH INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pendahuluan

Sejarah. Kata yang mungkin udah engga asing lagi buat kita, soalnya kata ini sering banget  kita denger; baik saat kita masih di bangku sekolahan atau dalam interaksi keseharian. Terus apa sih sebetulnya pengertian dari sejarah itu?

Sejarah, secara sederhana bisa diartikan sebagai peristiwa atau kejadian yang udah terjadi di masa lalu dalam hidup manusia. Sementara kalau kita liat definisi para ahli semisal Muhammad Yamin, beliau mendefinisikan sejarah sebagai “ ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan”. Lain lagi dengan Moh. Hatta yang mendefinisikan sejarah lebih spesifik lagi, yakni “Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan kriteria dari kejadian di masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekedar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang didalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematik pelajaran bagi manusia berikutnya”.

Dari beberapa pengertian yang ada, bisa kita ambil benang merahnya. Apa itu? waktu kita bicara soal sejarah, maka kita sedang berbicara soal hal-hal yang udah terjadi di masa lampau. Dan seperti kata Moh.Hatta, kejadian masa lalu itu bukan cuma untuk kita ketahui saja, melainkan harus bisa dijadiin pelajaran untuk masa yang akan datang. Disinilah yang perlu menjadi perhatian, bahwa pemahaman sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar ia mengetahui dan memahami makna dari peristiwa yang telah terjadi masa lampau sehingga dapat ia gunakan sebagai landasan sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta menentukan masa yang akan datang.

B. Sejarah Indonesia

Dalam kapasitas kita sebagai manusia yang lahir, tumbuh besar, serta tinggal di negara Indonesia, maka sudah sepatutnya kita mengenal sejarah perjalanan bangsa ini.

Dan inilah yang telah dilakukan oleh negara. Dalam upaya “memahamkan” anak bangsa tentang sejarah, maka diatur sedemikian rupa agar pelajaran sejarah menjadi bagian kurikulum pendidikan. Tentu kita masih ingat betul bagaimana guru sejarah kita semasa sekolah bercerita banyak tentang  perjalanan atau peristiwa di masa lampau. Dari mulai pra sejarah, masa kerajaan-kerajaan, masa penjajahan, lalu sampai kemerdekaan, semua dibahas.

Akan tetapi, konsep pendidikan sejarah yang dipakai bangsa kita hari ini, bukan dirumuskan oleh bangsa kita sendiri (yang mayoritas muslim) melainkan memakai konsep-konsep yang diwariskan saat era kolonialisme yang notabene dibuat sama non muslim. Disinilah yang kemudian menjadi persoalan. Pengetahuan sejarah yang kita terima menjadi tidak utuh, sebab ada bagian yang “sengaja” disembunyikan, utamanya yang berkaitan dengan Islam. Terlihat ada upaya untuk menghapuskan peran Islam dalam sejarah Indonesia. Seakan-akan Islam itu gaada kontribusinya sama sekali.

C. Sejarah Indonesia Dalam Perspektif Islam

Bagaimana contoh sejarah Indonesia yang mencoba menghapus peran Islam?

Pertama:

Dalam pelajaran sejarah di sekolahan kita diajarkan bahwa yang menyatukan Nusantara ini adalah kerajaan Majapahit, kemudian datang kerajaan-kerajaan Islam yang justru dikesankan menjadi penyebab perpecahan. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Nusantara bisa bersatu oleh sebab perjuangan para santri dan ulama, yang tidak rela jika mereka harus tunduk kepada penjajah kafir.

Kedua:

Contoh kedua, berkaitan dengan penokohan orang-orang yang dianggap berjasa. Semisal tokoh pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara, tokoh emansipasi wanita adalah R.A Kartini, dan lainnya.

Kalau Ki Hajar Dewantara ditokohkan karena mendirikan Taman Siswa yang dianggap sebagai pelopor pendidikan, kenapa bukan KH. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah? Kenapa bukan KH. Hasyim Asya’ri yang mendirikan NU? Atau KH.Zamzam dan KH.Muhamad Yunus yang mendirikan Persis?

Kalau Kartini ditokohkan karena dianggap telah bersumbangsih bagi bangsa, kenapa bukan Dewi Sartika? Kenapa bukan Rohana Kudus? Dan wanita-wanita hebat yang lainnya? Disaat Kartini hanya bisa “curhat” kepada temannya, tokoh-tokoh wanita yang lain justru telah melakukan action, bukan sekedar wacana.

Dan masih banyak lagi fakta-fakta sejarah yang disembunyikan. Tentu ini semua menjadi tanda tanya besar, ada apa sebetulnya?

Para pelajar kita diberikan pendidikan sejarah Indonesia yang sekuler. Terlihat ada upaya untuk menyembunyikan atau bahkan menghapuskan peran umat Islam, peran para ulama dalam sejarah perjalanan bangsa ini.

D. Kesimpulan

Sejarah merupakan hasil rekonstruksi masa lampau dalam suatu perspektif tertentu. Dan hasil karya sejarah, sangat tergantung kepada kesadaran penulis, pandangan dunia, ideologi, keyakinan, serta kepentingan tertentu. Penulisan sejarah Islam di Indonesia banyak menggunakan sumber-sumber dari arsip kolonial yang tentu banyak bersebrangan dengan perspektif Islam. Maka kita lihat hari ini, konsep pendidikan sejarah yang diajarkan kepada pelajar kita cenderung sekuler. Disembunyikan atau bahkan dihapuskan peran Islam dalam perjalanan bangsa, sehingga para pelajar muslim sekalipun, tidak mengetahui besarnya peran umat Islam dalam perjalanan bangsa. Mereka lebih tahu Ki Hajar Dewantara ketimbang K.H. Ahmad Dahlan, mereka lebih kenal Kartini ketimbang Rohana Kudus.

Padahal, fakta sejarah membuktikan, Nusantara yang demikian luas ini dapat “terjaga” tidak terlepas dari peran para ulama. Betapa besarnya peran Islam dalam perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa dalam menjawab serangan imperialisme Barat. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh E.F.E. Douwes Dekker dari Indische Partij: “Djika tidak karena sikap dan semangat perdjuangan para Ulama, sudah lama patriotisme di kalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.”

By Azmi Fathul Umam

Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}