Pengertian Ruqyah
Ruqyah adalah bentuk mufrad (tunggal), bentuk jamaknya ruqaa, ruqyaat dan ruqayaat. Secara istilah, ruqyah mengandung dua pengertian; Pertama, at-ta’wiidz atau al-isti’aadzah, yakni berlindung kepada Allah dari hal buruk, yang sedang atau akan terjadi, termasuk doa meminta kesembuhan dari suatu penyakit. Kedua, dapat juga berarti jampi-jampi, mantera-mantera yang diucapkan agar sampainya kepada suatu urusan dengan kekuatan yang melebihi kekuatan biasa.
Ruqyah Masyru’ (dibenarkan menurut syariat)
Ruqyah yang dibenarkan syariat harus memenuhi dua unsur: Pertama, bersih keyakinan dari syirik. Yaitu harus meyakini bahwa yang menyembuhkan penyakit adalah Allah semata dan manusia disyariatkan untuk berobat sebagai bagian dari ibadah ikhtiariy. Kedua, pemilihan doa dan bacaan tertentu karena terdapat dalil yang mensyariatkannya, bukan semata-mata hasil olah pikir atau pengalaman manusiawi.
Berdasarkan pentunjuk syariat, Ruqyah dalam memohon perlindungan atau doa kesembuhan kepada Allah Swt. dapat dilakukan, di antaranya:
- Ruqyah untuk sesuatu yang belum terjadi
Rasulullah saw. meruqyah kedua cucu beliau: Hasan dan Husain.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَوِّذُ الحَسَنَ وَالحُسَيْنَ يَقُولُ : أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِ عَيْنٍ لاَمَّةٍ . وَيَقُولُ هكَذَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يُعَوِّذُ إِسْحَاقَ وَإِسْمَاعِيلَ.
Dari Ibnu Abas, ia mengatakan,”Keadaan Rasulullah saw. melindungkan Hasan dan Husen dan mengucapkan, ‘Aku lindungkan kamu berdua terhadap kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa dan dari setiap mata yang jahat.’ Dan beliau bersabda, ‘Beginilah Ibrahim melindungkan Ishaq dan Ismail’.” H.r. At-Tirmidzi[1]
- Ruqyah apabila singgah di sebuah rumah
عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً فَقَالَ : أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ شَرِّ ماَخَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْئٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذلِكَ
Dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyyah, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Barang siapa singgah di suatu rumah, lalu ia mengucapkan, ’A’uudzu bikalimatillaahit taammah min syarri maa khalaqa (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari keburukan yang telah Allah ciptakan) tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakannya sampai ia beranjak dari persinggahannya tersebut’.” H.r. Muslim[2]
- Disengat kalajengking lalu tidak dapat tidur semalaman
Abu Hurairah berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. melaporkan bahwa ia disengat kalajengking hingga tidak dapat tidur semalaman, maka Rasulullah saw. mengingatkan sahabat itu dengan nasehatnya:
أَمَّا إِنَّكَ لَوْ قُلْتَ حِيْنَ أَمْسَيْتَ : أَعُوُذ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَامَّةِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ تَضُرَّكَ
“Adapun sesungguhnya kamu jika mengucapkan pada sore harimu: ’A’uudzu bikalimatillaahit taammah min syarri maa khalaqa,’ maka kalajengking itu tidak akan memadaratkanmu’.” H.R. Muslim[3]
- Pada malam hari membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ قَرَأَ الآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ البَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, maka kedua ayat itu telah mencukupinya.” H.r. Al-Bukhari. [4]
- Mendatangi suatu tempat yang belum dikenali
Apabila mendatangi suatu tempat yang belum diketahui keadaannya, dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diingini, Rasulullah saw meruqyah sebagai berikut:
يَا أَرْضُ رَبَّيِ وَرَبُّكَ اللهُ، أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكَ وَشَرِّ مَا يَدُبُّ عَلَيْكَ، أَعُوذُ بِاللهِ مِنْ أَسَدٍ وَ أَسْوَدٍ وَ مِنَ الحَيَّةِ وَالعَقْرَبِ وَمِنْ سَاكِنِ البَلَدِ وَمِنْ وَالِدٍ وَمَا وُلِدَ
“Wahai bumi, Tuhanmu dan Tuhanku adalah Allah, Aku berlindung kepada Allah dari kejelekanmu dan kejelekan yang ada di dalammu, Aku berlindung kepada Allah dari singa, binatang yang hitam, ular, kalajengking, dan dari penduduk negeri ini serta dari yang melahirkan dan dilahirkan.” H.r. Ahmad[5] dan Abu Dawud[6]
- Ruqyah dengan al-Fatihah
Cukup banyak hadis-hadis sahih yang menerangkan ruqyah dengan bacaan al-Fatihah, antara lain:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنَّا فِي مَسِيرٍ لَنَا فَنَزَلْنَا فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ وَإِنَّ نَفَرَنَا غَيْبٌ فَهَلْ مِنْكُمْ رَاقٍ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مَا كُنَّا نَأْبُنُهُ بِرُقْيَةٍ فَرَقَاهُ فَبَرَأَ فَأَمَرَ لَهُ بِثَلَاثِينَ شَاةً وَسَقَانَا لَبَنًا فَلَمَّا رَجَعَ قُلْنَا لَهُ أَكُنْتَ تُحْسِنُ رُقْيَةً أَوْ كُنْتَ تَرْقِي قَالَ لَا مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِأُمِّ الْكِتَابِ قُلْنَا لَا تُحْدِثُوا شَيْئًا حَتَّى نَأْتِيَ أَوْ نَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ ذَكَرْنَاهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَمَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ
Dari Abu Said, ia berkata, “Beberapa sahabat Nabi saw. berangkat melakukan perjalanan, sehinggga ketika mereka singgah di suatu kaum, para sahabat meminta dijamu tetapi mereka menolaknya. Maka ketua kaum itu disengat kalajengking, dan mereka telah mengupayakan segala sesuatu untuk menyembuhkannya tetapi sebagian mereka mengatakan, ‘Tidak ada sesuatu pun yang bermanfaat, kalaulah datang kepada kamu kelompok yang meminta dijamu, semoga di antara mereka mempunyai sesuatu. Maka mereka mendatanginya dan berkata, ‘Wahai rombongan, Sesungguhnya ketua kami tesengat kalajengking, telah kami upayakan segala sesuatu tetapi tidak bermanfaat, Apakah ada di antara kamu yang mempunyai sesuatu?’ Di antara sahabat ada yang berkata, ‘Ya, Sesungguhnya aku dapat meruqyah, demi Allah, kami telah minta dijamu, tetapi kalian menolak, maka kami tidak akan meruqyah sehingga ditetapkan bayarannya untuk kami terlebih dahulu.’ Maka disetujuilah potongan daging kambing. Berangkatlah sahabat itu untuk meniup dan membaca Alfatihah. (setelah itu) Maka seolah-olah ia (kepala kaum) itu lepas dari ikatan, berjalan dan mondar mandir. Maka dibayarkanlah upah yang dijanjikan oleh mereka. Di antara para sahabat ada yang berkata, ‘Bagikanlah.’ Tetapi yang meruqyah itu berkata, ‘Janganlah kalian melakukannya sebelum kita mendatangi Rasulullah saw. dan menerangkan apa yang kita alami, lalu kita lihat apa titahnya kepada kita.’ Akhirnya mereka datang kepada Rasulullah saw. dan menerangkan hal itu kepada beliau. Lalu beliau bersabda:
وَمَا يُدْرِيكَ أَنَهَا رُقْيَةٌ ؟ ثُمَّ قَالَ : قَدْ أَصَبْتُمْ : إِقْسِمُوا وَاضْرِبُوا إِلَيَّ مَعَكُمْ سَهْمًا
‘Bagaimana kamu dapat tahu bahwa hal itu ruqyah?’ Lalu sabdanya, ‘Kamu telah tepat, tetapkanlah satu bagianku bersama-sama dengan kalian.’
فَضَحِكَ النَّبِيُّ
Maka Nabi pun tertawa’.” H.r. Al-Bukhari[7]
- Ruqyah dengan al-mu’awwidzat dan doa-doa
Al-mu’awwidzat maksudnya surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Di dalam riwayat Al-Bukhari, Aisyah menerangkan dengan redaksi sebagai berikut:
عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا – قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ – وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الفَلَقِ وَ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ – ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ – يَفْعَلُ ذَالِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Dari Aisyah bahwa sesunguhnya Nabi saw. apabila berbaring di tempat tidurnya setiap malam, beliau menggabungkan kedua tangannya dan meniup pada keduanya, maka beliau membaca pada kedua tangan itu: qul huwallaahu ahad, qul ‘auudzu birabbil falaq, dan qul ‘audzu birabbin naas, lalu mengusapkan kedua tangan itu kepada apa yang terjangkau dari badannya, beliau memulainya dari kepala dan wajahnya, beliau melakukannya tiga kali.” H.r. Al-Bukhari [8]
Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah Ra. bahwa Rasulullah saw. apabila salah seorang anggota keluarga beliau sakit, beliau meruqyahnya, tetapi ketika beliau sakit dan sakitnya semakin berat Aisyahlah yang melakukannya untuk beliau:
كَانَ رُسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالمُعَوِّذَاتِ . فَلَمَّا مَرِضَ مَرَضَهُ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، جَعَلْتُ أَنْفُثُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُهُ بِيَدِ نَفْسِهِ ِلأَنَّهَاكَانَتْ أَعْظَمَ بَرَكَةٍ مِنْ يَدِي .
“Rasulullah saw. apabila sakit salah seorang anggota keluarga beliau, beliau meniupkan dengan almuawwidzat. Maka ketika beliau sakit pada sakit yang beliau wafat padanya, mulailah saya meniupkan pada beliau dan mengusapkan tangan beliau, karena sesungguhnya hal itu merupkan berkah yang paling besar dari tanganku.” H.r. Muslim[9]
- Ruqyah dengan doa
Dari Abdurrahman bin as-Saib anak saudara laki-laki Maemunah bahwa Maemunah berkata kepadaku:
يَا بْنَ أَخِي أَلاَ أَرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قُلْتُ نَعَمْ: قَالَتْ: بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، وَاللهُ يَشْفِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ ، أَذْهِبِ البَأْسِ رَبَّ النَّاسِ إِشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ
“Wahai anak saudaraku, maukah engkau aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah saw.? Aku menjawab, ‘Ya.’ Ia berkata, ‘Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dan Allahlah yang akan menyembuhkanmu dari setiap penyakit yang ada padamu, Ya Allah Tuhan manusia, sembuhkanlah, hanya Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tidak ada penyembuh selain Engkau’.” H.r. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Hiban[10]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ الثَّقَفِيِّ: أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعًا يَجِدُهُ فِي جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللهِ ثَلاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Dari Usman bin Abu al ‘Ash, ia pernah mengadu kepada Rasulullah tentang suatu penyakit yang didapat pada dirinya, semenjak dia masuk Islam Rasulullah saw memberi nasihat kepadanya, ”Rabakanlah tanganmu pada badanmu yang terasa sakit. Kemudian baca tiga kali ‘Bismillaah’ Lalu bacalah tujuh kali, ‘AUUDZUBILLAH WAQUDRATIHI MIN SYARI MA AJIDU WA UHADZIRU (Aku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari segala mara bahaya yang aku dapati dan sangat aku hindari’.” H.r. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan Ahmad[11]
Diriwayatkan pula bahwa Malak Jibril ketika mendapatkan Rasulullah saw. sakit, ia meruqyahnya:
قَالَ جِبْرِيلُ: أَشَكَيْتَ: قَالَ: نَعَمْ ، قَالَ : بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كُلِّ شَيْئٍ يُؤْذِيكَ ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ وَعَيْنٍ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيكَ بِسْمِ اللهِ أَرْقِيكَ
Jibril berkata, ‘Wahai Muhammad, sakitkah engkau?’ Nabi menjawab, ‘Ya.’ Jibril mengucapkan, ‘Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari setiap sesutu yang menyakitimu, dari setiap kejahatan setiap jiwa dan mata yang hasud, dengan nama Allah aku meruqyahmu.’ H.r. Muslim[12]
Pembahasan ruqyah yang dilarang, akan disampaikan pada edisi selanjutnya.
[1] Tuhfatul Ahwadzi syarah Sunan at-Tirmidzi, VI : 220
[2] Shahih Muslim II:578 No. 2708
[3] Shahih Muslim II:578 No. 2708
[4] Shahih al-Bukhari, 1997:1090 No. 5009, 4008
[5] Musnad Imam Ahmad, X:301 No. 6161
[6] Sunan Abu Dawud, II:586 No. 2603
[7] Shahih al-Bukhari, 1997:1089, No. 5.007, dalam Kitab Fadhail al-Quran.
[8] Shahih al-Bukhari, 1997: 1091, No. 5017
[9] Shahih Muslim, II:355 No. 2191
[10]Musnad Imam Ahmad, XXXXIV:404 No. 26821; al-Sunan al-Kubra VI:253 No. 10860; Shahih Ibnu Hibban VII:632 No. 6063
[11]Shahih Muslim, II: 359; Sunan Abu Dawud, II: 231; Tuhfatul Ahwadzi, VII: 253, Sunan at-Tirmidzi, IV:356 No. 2080; Sunan Ibnu Majah, I: 267. Al- Sunan al-Kubra, IV: 367, Musnad Imam Ahmad, V :489.
[12] Shahih Muslim, II:352 No. 2186
postingan yang sangat bermanfaat Ruqyah Syari’ah bukan saja dikuasai oleh segelintir orang, namun siapa saja bisa menguasai ruqyah, Kehebatan ruqyah bukan didasari betapa saktinya orang tersebut atau betapa banyaknya hafalan surrah Alquraan yang di hafalnya, namun kehebatan Ruqyah dapat dimiliki oleh semua orang, yaitu orang-orang yang benar-benar yakin keapada kekuasaan Allah
Terima kasih atas komentarnya. Sip, pertama keyakinan kita harus kuat atas kekuasaan Allah.