Preloader logo

MAHKOTA SUNNAH (01): SHAHIH AL-BUKHARI (Bagian Ke-3)

3. Guru dan Murid

Pengembaraannya ke berbagai negeri telah mempertemukan Imam al-Bukhari dengan para guru terkemuka yang mencapai jumlah amat banyak. Al-Bukhari berkata, “Aku menulis hadis dari 1.080 orang guru, yang kesemuanya adalah ahli hadis dan berpendirian bahwa iman adalah ucapan dan perbuatan.”

Keterangan tentang para guru ini telah disusun oleh para ulama dengan sistematika yang berbeda. Ada yang disusun secara alfabetis, seperti dilakukan al-Mizzi (W. 742 H/) dalam kitabnya Tahdzib al-Kamal fi Asma al-Rijal. Sedangkan al-Dzahabi (W. 748 H/) menerangkan biografi mereka berdasarkan negeri , juga berdasarkan thabaqat. Demikian pula dengan Ibn Hajar (W. 852 H)

Berdasarkan tempat yang pernah dikunjunginya, para guru Imam al-Bukhari itu tersebar di enam belas kota sebagai berikut:
1. Bukhara, antara lain Abdullah bin Muhamad bin Abdullah bin Ja’far bin al-Yaman al-Ju’fi al-Musnadi (W. 229 H/843 M) dan Muhamad bin Salam al-Baikindi (W. 225 H/839 M)
2. Balkh , Makki bin Ibrahim (W. 214 H/829 M)
3. Marwa , antara lain ‘Abdan bin Usman (W. 221 H/835 M) dan Ali bin al-Husain bin Syaqiq (W. 215 H/830 M).
4. Ray , Ibrahim bin Musa (W. 220 H/835 M)
5. Naisabur , antara lain Yahya bin Yahya al-Taimi (W. 226 H/840 M), Ishaq bin Rahawaih (W. 238 H/852 M)
6. Baghdad , antara lain Ibn Ma’in (W. 233 H/847 M) dan Imam Ahmad (W. 241 H/856 M)
7. Bashrah , antara lain Yahya bin Said al-Qaththan (W. 198 H/813 M) dan Abu al-‘Ashim al-Nabil (W. 212 H/827 M)
8. Mekah, antara lain al-Humaidi (W. 219 H/834 M)
9. Madinah, antara lain Ibn al-Madini (W. 234 H/848 M) dan Ismail bin Abu Uwais (W. 226 H/841 M)
10. Mesir, antara lain Sa’id bin al-Hakam bin Abu Maryam (W. 224 H/838 M)
11. Syam , antara lain Muhamad bin Yusuf bin Waqid al-Dhabi al-Firyabi (W. 212 H/827 M)
12. Himhs , antara lain Ali bin ‘Ayas (W. 218 H/833 M)
13. Hirah [Herat] , antara lain Ahmad bin al-Walid al-Hanafi
14. Wasith , antara lain Sa’id bin Sulaiman (W. 225 H/839 M)
15. Kufah , antara lain Abu Nu’aim (W. 218 H/833 M)
16. Jazirah , antara lain Ahmad bin Abd al-Malik al-Harani (W. 222 H/836 M)
17. Asqalan , Adam bin Abu Iyas (W. 220 H/835 M)
18. Damaskus, Abu Mushir Abd al-A’la bin Mus-hir (W. 218 H/833 M)

Gambar 1.1. Peta Rihlah Ilmiah Imam al-Bukhari
* by Amin Muchtar, sigabah.com

Kemudian jika dilihat dari aspek pembelajaran, jumlah sebanyak itu dibagi ke dalam tiga bidang sebagai berikut:

1. Bidang periwayatan
Kegiatan dalam bidang ini adalah Imam al-Bukhari pernah menerima hadis dari mereka, namun tidak belajar ‘ulum al-din(disiplin ilmu Islam) dari mereka. Para guru dalam bidang ini terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu a) para guru yang hadisnya diriwayatkan dalam kitab Shahih al-Bukhari; b) para guru yang hadisnya diriwayatkan dalam kitab lain, di luar Shahih al-Bukhari.

b) bidang keilmuan
Kegiatan dalam bidang ini adalah Imam al-Bukhari banyak belajar ‘ulum al-dindari mereka, namun tidak pernah menerima hadis dari mereka, seperti Yahya bin Sa’id al-Qathan (W. 198 H/813 M)

c) bidang periwayatan dan keilmuan
Kegiatan dalam bidang ini adalah Imam al-Bukhari banyak belajar ‘ulum al-din dari mereka, juga pernah menerima hadis dari mereka, seperti Yahya bin Ma’in (W. 233 H/847 M)

Sedangkan jika dilihat dari aspek thabaqat (level generasi), para guru Imam al-Bukhari itu dapat diklasifikasikan menjadi lima thabaqat;
Thabaqat ke-1, yaitu generasi tabi’ al-tabi’in.
Thabaqat ke-2, yaitu generasi tabi’ atba’ al-tabi’in, dengan kategori:
[a] orang-orang yang menerima hadis dari Ibn Juraij (W. 150 H/767 M), Malik (W. 179 H/795 M), Ibn Abu Dzi’b (W. 159 H/775 M), dan Ibn Uyainah (W. 198 H/813 M) di Hijaz.
[b] Orang-orang yang menerima dari Syu’bah (W. 160 H/776 M) dan al-Auza’i (W. 157 H/773 M) di Syam.
[c] Orang-orang yang menerima hadis dari al-Tsauri (W. 161 H/777 M), Syu’bah (W. 160 H/777 M), Hammad bin Salamah (W. 167 H/783 M), dan Abu ‘Awanah (W. 176 H/792 M) di Irak.
[d] Orang-orang yang menerima dari al-Laits bin Sa’ad (W. 168 H/784 M) dan Ya’qub bin Abdurrahman di Mesir
Thabaqat ke-3, generasi yang sezaman dengan tabi’in namun tidak pernah bertemu dengan mereka. Generasi ini menerima hadis dari tabi’ atba’ al-tabi’in.
Thabaqat ke-4, yaitu kawan-kawan al-Bukhari dalam mencari ilmu, namun al-Bukhari pernah menerima hadis dari mereka, serta orang-orang yang menerima hadis terlebih dahulu daripada al-Bukhari.
Thabaqat ke-5, yaitu generasi yang sebaya dengan al-Bukhari dilihat dari segi usia dan penerimaan hadis dari seorang syekh (guru). Imam al-Bukhari menerima hadis dari generasi sebaya, karena berbagai manfaat. Imam al-Bukhari berkata:
لاَ يَكُوْنُ الْمُحَدِّثُ كَامِلاً حَتَّى يَكْتُبَ عَمَّنْ هُوَ فَوْقَهُ وَعَمَّنْ هُوَ مِثْلَهُ وَعَمَّنْ هُوَ دُوْنَهُ
“Seorang ahli hadis tidak akan sempurna sebelum mencatat hadis dari (tiga generasi), generasi sebelumnya, generasi itu, dan generasi sesudahnya.”

Karena kemasyhurannya sebagai seorang alim yang superjenius, sangat banyak muridnya yang belajar dan mendengar langsung hadisnya dari dia. Tak dapat dihitung dengan pasti berapa jumlah sebenarnya, namun menurut penuturan salah seorang murid al-Bukhari, yang terkenal dengan sebutan al-Firabri, sebanyak 90.000 orang.

Di antara sekian banyak murid al-Bukhari, yang paling menonjol adalah Muslim (W. 261 H/874 M), al-Tirmidzi (W. 279 H/892 M), al-Nasai (W. 303 H/915 M), Ibn Khuzaimah (W. 311 H/932 M), Abu Daud (W. 275 H/888 M), Muhammad bin Yusuf al-Firabri (W. 320 H/827 M), Ibrahim bin Ma’qil al-Nasafi, Hammad bin Syakr al-Nasawi, dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi. Empat orang yang terakhir ini merupakan murid yang paling masyhur sebagai perawi autograf Sahih al-Bukhari.

2. Daya Hafal dan Kecerdasan

Dalam bidang kekuatan hafalan, ketajaman pikiran, dan pengetahuan tentang para perawi hadis, juga dalam bidang ilat-ilat (kecacatan) hadis, Imam al-Bukhari merupakan salah satu ayat (tanda kekuasaan) dan kebesaran Allah di muka bumi ini. Allah telah mempercayakan kepada al-Bukhari, para pemuka dan penghimpun hadis lainnya, untuk menghafal dan menjaga sunah-sunah Nabi Muhammad saw. Al-Bukhari berkata:
أَحْفَظُ مِئَةَ أَلْفِ حَدِيْثٍ صَحِيْحٍ وَأَحْفَظُ مِئَتَيْ أَلْفِ حَدِيْثٍ غَيْرِ صَحِيْحٍ
“Aku hafal 100.000 hadis sahih, dan 200.000 hadis yang tidak sahih”
Mengenai kejeniusan Imam al-Bukhari dapat dibuktikan pada kisah berikut ini. Ketika ia tiba di Baghdad, ahli-ahli hadis di sana berkumpul untuk menguji kemampuan dan kepintarannya. Mereka mengambil seratus buah hadis, lalu mereka memutarbalikkan sanad dan matannya. Matan hadis ini diberi sanad hadis lain dan sanad hadis lain dibuat untuk matan hadis yang lain pula. Sepuluh orang ulama tampil dan masing-masing mengajukan pertanyaan sebanyak sepuluh pertanyaan tentang hadis yang telah diputarbalikkan tersebut. Orang pertama tampil dengan mengajukan sepuluh buah hadis kepada al-Bukhari, dan setiap dia selesai menyebutkan sebuah hadis, Imam al-Bukhari menjawab dengan tegas, “Saya tidak tahu hadis yang Anda sebutkan ini.” Al-Bukhari tetap memberikan jawaban serupa sampai kepada penanya yang ke sepuluh, yang masing-masing mengajukan sepuluh pertanyaan. Di antara hadirin yang tidak mengerti (awam), memastikan bahwa Imam al-Bukhari tidak akan mungkin mampu menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan itu, sedangkan para ulama berkata kepada sesamanya, “Orang ini mengetahui apa yang sebenarnya.”

Setelah semuanya selesai mengajukan berbagai pertanyaan itu, giliran Imam al-Bukhari memberikan komentar. Ia melihat kepada penanya yang pertama dan berkata, “Hadis pertama yang Anda kemukakan sanadnya yang benar adalah begini; hadis kedua sanadnya yang benar adalah begini”, dan seterusnya.

Begitulah Imam al-Bukhari menjawab semua pertanyaan satu demi satu hingga selesai menyebutkan sepuluh hadis. Kemudian ia menoleh kepada penanya kedua, memberikan jawaban dan komentar sampai selesai. Begitu pula kepada penanya ketiga, sampai kepada penanya ke sepuluh hingga selesai.

Hadis-hadis yang dirangkai ulang dalam keadaan utuh dan benar sebagaimana semula sebelum diujikan, selanjutnya oleh al-Bukhari diserahkan kembali kepada mereka. Melihat peristiwa ini, para ulama Baghdad mengakui bahwa al-Bukhari betul-betul penghafal yang ulung. Majelis al-Bukhari di Baghdad itu dihadiri lebih dari 10.000 mustami’ (pendengar)

Imam al-Bukhari pernah berkata, “Saya senantiasa hanya meriwayatkan sebuah hadis yang diterima dari para sahabat dan tabi’in, yang pasti saya ketahui tarikh kelahiran sebagian besar mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Demikian juga saya tidak meriwayatkan hadis sahabat dan tabi’in, yakni hadis-hadis mauquf, kecuali ada dasarnya yang kuketahui dari Alquran dan sunah Rasulullah saw.”
Selain dikenal sebagai ahli hadis, Imam al-Bukhari juga sebenarnya adalah ahli dalam bidang fiqh. Dalam hal mengeluarkan fatwa, ia telah sampai pada derajat mujtahid mustaqil (bebas, tidak terikat pendapatnya pada madzhab-madzhab tertentu) atau dapat mengeluarkan hukum secara mandiri. Dia mempunyai pendapat-pendapat hukum yang digalinya sendiri. Pendapat-pendapatnya itu terkadang sejalan dengan madzhab Abu Hanifah, terkadang sesuai dengan madzhab Syafi’i dan kadang-kadang berbeda dengan keduanya. Selain itu pada suatu saat ia memilih madzhab Ibn Abas, dan pada saat lain memilih madzhab Mujahid, ‘Ata dan sebagainya. Jadi, Imam al-Bukhari adalah seorang ahli hadis yang ulung dan ahl al-fiqh yang jenius. Hal itu tercermin pada tarjamah (judul bab) yang dimuat pada kitabnya Shahih al-Bukhari. Meskipun demikian, ia lebih populer di kalangan muslim sebagai muhadditsan (ahli hadis), bukan sebagai faqihan (ahli fiqh).

By Amin Muchtar, sigabah.com

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}