Ittifaq (Kesepakatan) Ahlus Sunnah
5. Terhadap Ahlul Bait
Ahlul Bait dalam pandangan Ahlus Sunnah adalah kerabat dan istri-istri Nabi. Hal ini berdasarkan beberapa hadis, antara lain riwayat Muslim dari sahabat Zaid bin Arqam. Dalam hadis itu dinyatakan istri-istrinya, keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, keluarga Al-Abbas. Adapun hadis yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Dari Yazid bin Hayyan, dia berkata:
انْطَلَقْتُ أَنَا وَحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْنٌ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَسَمِعْتَ حَدِيثَهُ وَغَزَوْتَ مَعَهُ وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- – قَالَ – يَا ابْنَ أَخِى وَاللَّهِ لَقَدْ كَبِرَتْ سِنِّى وَقَدُمَ عَهْدِى وَنَسِيتُ بَعْضَ الَّذِى كُنْتُ أَعِى مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوا وَمَا لاَ فَلاَ تُكَلِّفُونِيهِ.
“Aku pernah pergi bersama Hushain bin Sabrah dan Umar bin Muslim menuju rumah Zaid bin Arqam Ra. Tatkala kami telah duduk di sisinya, Hushain berkata, “Wahai Zaid, sungguh engkau telah meraih kebaikan yang banyak; engkau telah melihat Rasulullah saw. mendengar hadis-hadis beliau, pernah berperang bersama beliau, dan shalat di belakang beliau. Sungguh engkau telah meraih kebaikan yang banyak, ceritakanlah kepada kami hadis Rasulullah saw. wahai Zaid!’ Zaid Ra. menjawab, ‘Wahai anak saudaraku, demi Allah aku sekarang sudah tua, masaku telah lewat, aku pun telah lupa sebagian yang aku hafal dari Rasulullah saw. maka apa yang aku ceritakan kepadamu terimalah, dan apa yang tidak aku ceritakan maka janganlah kalian membebaniku.’
ثُمَّ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا فِينَا خَطِيبًا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ « أَمَّا بَعْدُ أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُولُ رَبِّى فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ ». فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ « وَأَهْلُ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى ». فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ. قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِىٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ . قَالَ كُلُّ هَؤُلاَءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ.
Kemudian Zaid berkata, ‘Pada suatu hari Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan kami di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Mekah dan Madinah, beliau memuji Allah, menasehati, dan mengingatkan, lalu setelah itu beliau bersabda, ‘Ketahuilah wahai sekalian manusia, aku hanyalah manusia biasa, hampir datang seorang utusan Rabbku dan aku akan memenuhinya, aku tinggalkan kalian dua pedoman, yang pertama Kitabullah, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, maka ambilah Kitabullah itu, berpegang teguhlah terhadapnya.’ Beliau Lalu beliau menganjurkan kepada kitab Allah dan menggemarkan terhadanya. Kemudian beliau bersabda, ‘Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku.’ Beliau mengulang ucapannya sampai tiga kali. Hushain berkata kepadanya (Zaid), ‘Siapa ahli bait Nabi saw., wahai Zaid? Bukankah istri-istrinya termasuk ahli baitnya?’ Zaid Ra menjawab, ‘Ya, istri-istri beliau termasuk ahli bait Nabi saw., akan tetapi ahli baitnya adalah orang-orang yang haram menerima shadaqah setelahnya.’ Hushain bertanya lagi, ‘Siapakah mereka?’ Zaid menjawab, ‘Mereka adalah keluarga Ali, keluarga ‘Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga ‘Abbas.’ Hushain bertanya lagi, ‘Mereka semua haram menerima shadaqah?’ Zaid menjawab, ‘Benar’.” (HR Muslim, Shahih Muslim, VII: 122, No. hadis 6378)
Ahlus Sunnah sangat menyayangi Ahlul Bait Nabi saw. karena menjaga washiyat Rasulullah:
أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي
“Aku mengingkatkan kalian kepada Allah tentang Ahli Baitku, Aku mengingkatkan kalian kepada Allah tentang Ahli Baitku, Aku mengingkatkan kalian kepada Allah tentang Ahli Baitku.”
Imam Ibnu Katsir berkata, “Tidak perlu diragukan wasiat untuk berbuat baik kepada ahlul bait dan pengagungan kepada mereka, karena mereka dari keturunan yang suci, terlahir dari rumah yang paling mulia di muka bumi ini secara kebanggaan dan nasab. Lebih-lebih apabila mereka mengikuti sunnah nabawiyyah yang shahih, yang jelas, sebagaimana yang tercermin pada pendahulu mereka seperti Al-Abbas dan keturunannya, Ali dan keluarga serta keturunannya, semoga Allah meridhai mereka semua.” (Lihat, Tafsir Ibnu Katsir, IV:113)
Ibnu Taimiyyah berkata ketika menjelaskan aqidah Ahlus Sunnah terhadap Ahlul-Bait :
ويحبون أهل بيت رسول الله ويتولونهم ويحفظون فيهم وصية رسول الله صلى الله عليه وسلم حيث قال يوم (غدير خم) : (أذكركم الله في أهل بيتي)، وقال أيضاً للعباس عمه وقد اشتكى إليه أن بعض قريش يجفو بني هاشم فقال : (والذي نفسي بيده لا يؤمنون حتى يحبوكم لله ولقرابتي (وقال) إن الله اصطفى بني إسماعيل واصطفى من بني إسماعيل كنانة واصطفى من كنانة قريشاً واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم). ويتولون أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم أمهات المؤمنين ويؤمنون بأنهن أزواجه في الآخرة خصوصاً خديجة رضي الله عنها أم أكثر أولاده أول من آمن به وعاضده على أمره وكان لها منه المنزلة العالية والصِّدّيقة بنت الصّدّيق رضي الله عنها التي قال النبي صلى الله عليه وسلم : (فضل عائشة على النساء كفضل الثريد على سائر الطعام).
“Dan mereka (Ahlus-Sunnah) mencintai Ahlul Bait Rasulullah saw., setia kepada mereka, serta menjaga wasiat Rasulullah saw. tentang mereka, yaitu ketika beliau bersabda di satu hari (Ghaadir-Khum): “Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang Ahlul Bait-ku”. Beliau juga berkata kepada pamannya, Al-‘Abbas, dimana ketika itu ia (Al-‘Abbas) mengeluh bahwa sebagian orang Quraisy membenci Bani Haasyim. Beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, mereka itu tidak beriman sehingga mereka mencintai kalian karena Allah, dan karena mereka itu sanak kerabatku.’ Beliau juga bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah memilih dari Bani Isma’il yaitu suku Kinaanah, dan dari Bani Kinaanah, yaitu suku Quraisy, dari suku Quraisy, terpilih Bani Haasyim. Dan Allah memilihku dari Bani Haasyim.’ Dan Ahlus Sunnah senantiasa setia dan cinta kepada istri-istri Nabi saw., karena mereka adalah Ummahatul Mukminin, serta meyakini bahwasannya mereka adalah istri-istri beliau di akhirat nanti, khususnya Khadijah Ra, ibu dari sebagian besar anak-anak Rasulullah saw. Ia adalah orang yang pertama kali beriman kepada beliau, mendukungnya, serta mempunyai kedudukan yang tinggi. Dan juga Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq Ra. dimana Nabi saw. bersabda tentangnya, ‘Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid atas semua jenis makanan’.” (Lihat, al-‘Aqiidah al-Wasathiyyah, juz 2, hlm. 13)
Dengan demikian, umat Islam diperintahkan untuk mencintai Ahlul Bait, menghormati, dan memuliakan mereka selama mereka ber-ittiba’ kepada sunnah Rasulullah saw. yang shahihah, dan istiqamah di dalam memegang dan menjalankan syariat agama. Adapun jika mereka menyelisihi sunnah-sunnah Rasulullah saw. dan tidak istiqamah di dalam memegang dan menjalankan syari’at agama, maka kita tidak diperbolehkan mencintai mereka, sekalipun mereka Ahlul Bait Rasul.
Lain umat Islam, lain pula sekte Syiah. Mereka punya doktrin khusus tentang Ahlul Bait. Menurut mereka, Ahlul Bait hanya tertentu pada Ali, Fatimah, Hasan, dan Husen. Doktrin ini berlandaskan ayat Qur’an yang mereka populerkan dengan sebutan ayat at-tathhir, sebagai berikut:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 33).
Penamaan ayat at-Tathhir terhadap ayat tersebut sebetulnya hanya sekadar spekulasi Syiah guna mengelabui orang awam. Sebab, ayat yang diklaim sebagai ayat at-Tathhir tersebut jelas bukan ayat mandiri, akan tetapi merupakan potongan dari ayat ke-33 dalam surat al-Ahzab. Secara tegas, permulaan ayat tersebut merupakan khithab (sasaran pembicaraan) terhadap Ummahat al-Mu’minin (para istri Rasulullah saw.), begitu pula dengan akhirannya. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa ayat ke-33 dalam surat al-Ahzab itu memang ditujukan pada para istri Nabi saw., yang oleh al-Qur’an juga disebut Ahlul Bait.
Namun, bagaimanakah Syiah mengapresiasi dan menafsiri ayat di atas? Selain hanya mengambil potongan ayat atau lari dari konteksnya (siyaq), lebih jauh, Syiah juga melakukan eksplorasi terhadap dalil-dalil yang diklaim sebagai pendukung ayat tersebut, baik dari asbab an-nuzul, maupun dari hadis Nabi saw. Dalam hal ini, antara lain dikemukakan riwayat sebagai berikut:
عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ ، رَبِيبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} فِي بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ ، فَدَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ وَعَلِيٌّ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَجَلَّلَهُ بِكِسَاءٍ ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلُ بَيْتِي فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا قَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ : وَأَنَا مَعَهُمْ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : أَنْتِ عَلَى مَكَانِكِ وَأَنْتِ إِلَى خَيْرٍ
Dari ‘Umar bin Abi Salamah, anak tiri Nabi saw, ia berkata, “Ayat ini (Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya) turun kepada Nabi saw. di rumah Ummu Salamah. Maka Nabi saw. memanggil Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain, lalu beliau menyelimuti mereka dengan kisaa’ (kain/baju), dan beliau pun menyelimuti Ali yang berada di belakang punggungnya dengan kisaa’. Kemudian beliau bersabda, ‘Ya Allah, mereka semua adalah Ahlul-Bait-ku. Hilangkanlah dari mereka rijs dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.’ Maka Ummu Salamah berkata, ‘Apakah aku bersama mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Tetaplah kamu di tempatmu, dan kamu di atas kebaikan’.” HR. At-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, V: 663, hadis No. 3787.
Atau riwayat lain, sebagaimana tertuang dalam sebuah buku terbitan LSM Syiah OASE, Mengapa Kita Memilih Syiah:
Dari Shafiyah binti Syaibah ia, berkata, Aisyah berkata: “Pada suatu pagi, Rasulullah saw. keluar dengan mengenakan selimut wol berwarna hitam, lalu Hasan datang maka Beliau memasukkannya ke dalam selimut, kemudian datanglah Husain dan ia pun masuk ke dalamnya, kemudian datanglah Fatimah dan Beliau memasukkan putrinya itu, kemudian datanglah Ali dan Beliaupun memasukkannya juga ke dalam selimut sambil membaca ayat Innama yuridullah….” HR. Muslim, Shahih Muslim, Hadis No. 4450.
Dengan menyimak sekilas terhadap kedua hadis yang dijadikan dasar oleh Syiah di atas, seakan tidak boleh tidak kita harus menerima doktrin Syiah begitu saja. Padahal, jika kita sedikit menelisik ke dalam, maka akan mudah terungkap, bahwa betapa Syiah telah melakukan berbagai kecurangan ilmiah dengan tameng “cinta Ahlu Bait”, antara lain Syiah hanya memilah dan memilih hadis dari sumber umat Islam yang dirasa cocok untuk mendukung faham mereka, padahal hadis yang memberikan penjelasan serupa amat banyak, dengan beberapa sumber riwayat yang berbeda. Namun cukup disayangkan—dan memang sudah menjadi kebiasaannya—Syiah mengabaikan hadis-hadis itu, karena mereka tahu sendiri bahwa hadis-hadis yang tidak mereka pilih itu dapat meruntuhkan doktrin yang mereka yakini dan mereka sebarkan.
Adapun beberapa riwayat yang diabaikan Syiah, dan dapat meruntuhkan doktrin serta tipu daya mereka antara lain:
Pertama, Nabi saw. pergi ke kamar Aisyah seraya mengucapkan, “As-salaamu ‘alaikum wahai Ahlul Bait warahmatullaah.” Kemudian Aisyah menjawab, “Wa ‘alaikumus salam warahmatullaah.” HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Juz 4, hlm. 1799, Hadis No. 4515; An-Nasai, as-Sunan al-Kubra, Juz 6, hlm. 75, hadis No. 10.101; Abu Ya’la, Musnad Abu Ya’la, Juz 7, hlm. 21, hadis No. 3918.
Hadis di atas tampak jelas menunjukkan bahwa Nabi saw. menyebut Ahlul Bait kepada istri beliau. Namun, sekte Syiah berupaya “menyembunyikan” hadis ini karena tidak cocok dengan selera mereka.
Kedua, Nabi mengajarkan umat Islam bacaan shalawat dalam tasyahud dengan beberapa redaksi antara lain:
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Juz 3, hlm. 1233, hadis No. 3190.
Siapa keluarga Muhammad yang dimaksud dalam bacaan shalawat di atas? Nabi saw. menjelaskan bahwa keluarga Muhammad itu adalah istri dan keturunannya, sebagaimana dalam hadis berikut ini:
اللهم صل على محمد وعلى أزواجه وذريته كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى أزواجه وذريته كما باركت على آل إبراهيم إنك حميد مجيد
“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahim. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad, dan kepada istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia” [HR. Muslim, Shahih Muslim, Juz 1, hlm. 306 hadis No. 407.
Hadis di atas tampak jelas menunjukkan bahwa Nabi saw. menyebut istri-istri beliau sebagai keluarga Muhammad. Namun, lagi-lagi sekte Syiah berupaya “menyembunyikan” hadis ini karena dirasa dapat meruntuhkan doktrin Ahlul Bait yang mereka yakini.
Dengan demikian, klaim Syi’ah bahwa Ahlul Bait itu hanya khusus pada keluarga dan keturunan ‘Ali saja—itupun dengan mengabaikan keturunan Hasan bin Ali dan sebagian keturunan Husen—tentu saja ini tidak benar. Karena mereka mengambil satu dua hadis dari sumber Islam yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan membuang hadis-hadis lain yang bertentangan dengan keyakinan mereka.
Begitu pula keyakinan Syiah bahwa imam Ahlul Bait—versi mereka—maksum (suci dari dosa dan kesalahan) hanyalah sebatas klaim mereka secara sepihak, yang selain bertentangan dengan keterangan Al-Qur’an dan Sunnah—yang dipegang oleh Ahlul Bait “asli”—juga kemaksuman itu pada dasarnya tidak dapat dibuktikan, bahkan oleh Syiah sendiri.
By Amin Muchtar, sigabah.com