Preloader logo

MISTERI “BUKU MISTERI” KANG JALAL (Bagian ke-6)

 Masih, Masih di Tabir (3) “Misteri 1”

Setelah menyimak edisi sebelumnya, saya yakin pembaca telah mengetahui bahwa istilah raafidhah (رافضة), menurut ulama Islam—dalam pemaknaan pertama—disematkan kepada Syiah yang mencaci Abu Bakar dan Umar, lalu mereka membangkang saat ditegur Zaid dari perbuatan mereka. Mereka dijuluki Rafidhah karena perkataan Zaid kepada mereka: رفضتموني (kalian menolakku?). Dengan begitu, pembaca tidak akan “termakan”—untuk tidak menyebut tertipu—retorika kang Jalal dalam pemaknaan kata Raafidhiy dengan Syiah saja” atau secara umum.

Untuk lebih menguak tabir di balik “kenakalan” kang Jalal dalam petak umpat “misteri kata”,   berikut ini akan ditampilkan kata raafidhah (رافضة) dalam pemaknaan kedua, menurut ulama Islam.

55Kata raafidhah (رافضة) dalam makna kedua disematkan kepada kelompok Syiah yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar, berlepas diri dari keduanya, dan mencela sekaligus menghina para sahabat Nabi.

Imam Ahmad (164-241 H/780-855 M), saat ditanya oleh putranya, Abdullah bin Ahmad (213-290 H), tentang Rafidhah,  beliau menjawab:

الَّذِيْنَ يَسُبُّوْنَ أَوْ يَشْتُمُوْنَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رضي الله عنهما

“Orang-orang yang mencela atau mencaci maki Abu Bakar dan Umar Ra.” [1]

Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari (260-324 H/874-936 M), berkata:

إنَّمَا سُمُّوا رَافِضَةً لِرَفْضِهِمْ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَهُمْ مُجْمِعُوْنَ عَلَى أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم نَصَّ عَلَى اسْتِخْلاَفِ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ بِاسْمِهِ وَأَظْهَرَ ذلِكَ وَأَعْلَنَهُ وَأَنَّ أَكْثَرَ الصَّحَابَةِ ضَلُّوْا بِتَرْكِهِمْ الاِقْتَدَاءَ بِهِ بَعْدَ وَفَاةِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم

“Mereka dinamai Rafidhah tiada lain karena menolak kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, dan mereka bersepakat bahwa Nabi saw. telah menentukan secara jelas kekhalifahan Ali bin Abu Thalib dengan menyebutkan namanya dan memperlihatkan hal itu serta mengumumkannya. Dan sesungguhnya kebanyakan para sahabat telah sesat karena tidak mengikuti jejaknya setelah Nabi saw. wafat.” [2]

Meski berbeda secara aksentuasi, namun kata raafidhah (رافضة) dalam pemaknaan pertama dan kedua menunjukkan esensi yang sama. Mereka disebut raafidhah karena menolak kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, serta mencela para sahabat Nabi saw. Begitula pula menolak Zaid bin Ali bin Husen karena Zaid tidak meridhai atau mengingkari perbuatan mereka mencela Abu Bakar dan Umar.

Dilihat dari esensi itu (penolakan terhadap Abu Bakar dan Umar serta mencela para sahabat Nabi saw.), sikap demikian dapat kita temukan pula pada sebagian sekte syiah, di luar Imamiyyah, seperti sekte Saba’iyyah. [3] Namun waktu itu mereka tidak dijuluki raafidhah, karena kata raafidhah baru populer “di tangan” Zaid bin Ali pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan pada tahun 121 H.

Setelah menelusuri jejak pemaknaan istilah raafidhah (رافضة) menurut ulama Syiah dan ulama Islam, baik dalam makna pertama maupun makna kedua, saya yakin pembaca telah mengetahui bahwa istilah raafidhah (رافضة) digunakan sebagai sebutan lain bagi Syiah Itsna ‘Asyariyah alias Syiah Imamiyyah alias Syiah Jakfariyyah, bukan untuk seluruh sekte Syi’ah. Hanya saja ulama Syiah menggunakan sebutan Rafidhah dalam konotasi positif, bahkan mereka sangat senang dan bangga dengan julukan Rafidhah ini. Sementara ulama Islam menggunakanya dalam konotasi negatif (celaan), karena faktanya memang perilaku mereka yang negatif (menyimpang): “mencaci maki Abu Bakar dan Umar pada khususnya, para shahabat Nabi saw. pada umumnya”. Jadi, bukan sebagai tuduhan.

Nah, sekarang  mari kita buka kembali “kenakalan” kang Jalal dalam memaknai perkataan Abu Isma’il al-Anshari: “raafidhiy (رافضي)”dengan “Syiah”.

Untuk mempermudah pemahaman, berulang kali saya akan buatkan format perbandingan ini:

  • Versi Abu Isma’il al-Anshari: “al-Hakim raafidhiy (رافضي)”
  • Versi kang Jalal, menurut Abu Isma’il al-Anshari: “al-Hakim Syiah.”

Jika pemaknaan kata Raafidhah (رافضة)    versi ulama Syiah yang dijadikan acuan, tampak jelas cara pemaknaan kang Jalal demikian itu—kata Raafidhiy dimaknai Syiah saja” atau secara umum—dipandang  keliru.

Jika versi ulama Islam yang dijadikan acuan, baik pemaknaan pertama maupun kedua,  tampak jelas pula cara pemaknaan kang Jalal demikian itu dipandang  keliru—sekali lagi, untuk tidak mengatakan kang Jalal melakukan distorsi (penyimpangan)—karena memang sudah tidak perlu dikatakan lagi. 🙂

Lebih nekat lagi, saat kang Jalal menyebutkan latar belakang al-Hakim disebut raafidhiy: Gelar Rafidhi dinisbatkan kepadanya karena kejujurannya dalam menyampaikan keutamaan Nabi saw dan keluarganya.” [4]

Dengan begitu, tadinya kang Jalal hendak menggiring para membaca agar meyakini bahwa yang menggunakan label Raafidhah (رافضة)   adalah para musuh Nabi dan Ahlul Baitnya.

Namun sayangnya, “opini pribadi penarik simpati” kang Jalal di atas dirasa sudah tidak efektif lagi menggiring opini pembaca untuk menerima idenya. Sebab pembaca keburu mengetahui batu di balik udang, eh kebalik, “udang” di balik tabir “Misterinya.”

Jika demikian, berarti kang Jalal “tidak akur” dengan ulama Syiah. Apalagi dengan ulama Islam, sudah pasti “tidak akur” lagi. Jadi, “Apa sih maunya kang Jalal bermain-main dengan kata?” Celoteh seorang pembaca. “Yaah, itulah nakalnya kang Jalal.” Jawab saya. “Jikalau, seandainya, seumpama, dan…sebagian para penguji disertasi doktornya ‘sadar sedang dipermainkan’, mungkin kang Jalal tidak akan lulus tuuh jadi Doktor.” Sambung saya 🙂

By Amin Muchtar, sigabah.com

 

Lampiran Teks Asli Imam Ahmad (164-241 H/780-855 M)
44

Bukti Scan Kitab As-Sunnah, karya Abdullah bin Ahmad, Juz 2, hlm. 548, No. 1273, terbitan Dar Ibnul Qayyim, cet. 1 1406 H/1986 M, dengan pentahqiq DR. Muhammad al-Qahthani.

 

Lampiran Teks Asli Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260-324 H/874-936 M)
33

Bukti Scan Kitab Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, Juz 1, hlm. 89, terbitan al-Maktabah al-‘Ashriyyah, Beirut, tahun 1411 H/1990 M, pentahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid

 

Lampiran “kutipan” Kang Jalal (1)

22

Bukti scan Disertasi doktor Kang Jalal: Asal Usul Sunnah ShahabatStudi Historiografis atas Tarikh Tasyri, hlm. v;

 

Lampiran “kutipan” Kang Jalal (2)

11

Bukti scan Buku kang Jalal: Misteri Wasiat Nabi, hlm. 5.

 

[1] Lihat, Kitab As-Sunnah, karya Abdullah bin Ahmad, Juz 2, hlm. 548, No. 1273, terbitan Dar Ibnul Qayyim, cet. 1 1406 H/1986 M, dengan pentahqiq DR. Muhammad al-Qahthani. Lihat pula As-Sunnah, karya Abu Bakar al-Khalal, Juz 2, hlm. 322, No. 787

[2] Lihat, Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, Juz 1, hlm. 89

[3] Saba’iyah berasal dari nama Abdullah bin Saba’. Saba’iyah merupakan sekte Syiah yang menganggap Ali bin Abi Thalib Ra. adalah jelmaan dari Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri. Menurut mereka, sesungguhnya Sayyidina Ali Ra. masih hidup. Sedangkan yang terbunuh di tangan Abdurrahman bin Muljam di Kuffah itu sesungguhnya bukanlah Sayyidina Ali Ra., melainkan seseorang yang diserupakan tuhan dengan beliau. Menurut mereka, Sayyidina Ali Ra. telah naik ke langit dan di sanalah tempatnya. Petir adalah suara beliau dan kilat adalah senyum beliau.

[4]Lihat, Disertasi Asal Usul Sunnah ShahabatStudi Historiografis atas Tarikh Tasyri, hlm. v-vi; Misteri Wasiat Nabi, hlm. 5-6.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}