Preloader logo

MAHKOTA SUNNAH (01): SHAHIH AL-BUKHARI (Bagian Ke-17)

Metode Revisi Kitab

Para penulis kitab seringkali melakukan perombakan terhadap hasil karyanya dan memasukkan beberapa data baru sebagai tambahan. Hal demikian dilakukan pula oleh Imam al-Bukhari. Bahkan beliau pernah merivisi seluruh karyanya sebanyak tiga kali. Abu Ja’far Muhamad bin Abu Hatim (W. 327 H/938 M) mengatakan:

قُلْتُ لأَبِيْ عَبْدِ اللهِ تَحْفَظُ جَمِيْعَ مَا أَدْخَلْتَ فِي الْمُصَنَّفِ فَقَالَ لاَ يَخْفَى عَلَيَّ جَمِيْعُ مَا فِيْهِ   وَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ صَنَّفْتُ جَمِيْعَ كُتُبِي ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

“Aku bertanya kepada Abu Abdullah (Imam al-Bukhari), ‘Apakah anda hafal seluruh isi kitab yang anda susun?’ Ia menjawab, ‘Seluruh isinya tidak ada yang tersembunyi atasku’ dan aku mendengar perkataannya, ‘Saya susun seluruh kitabku sebanyak tiga kali’.” [1]

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Imam al-Bukhari memiliki kejujuran intelektual dengan mengungkapkan apa adanya tentang revisi yang pernah dilakukannya. Di samping itu, kejujuran ini semakin menguatkan tesis kami bahwa beliau begitu selektif dalam menyusun karya ilmiah. Beliau tidak segan untuk merombak karya yang telah lama disusunnya bila ditemukan data-data baru.

 

Seperti kita ketahui bahwa kitab Al-Tarikh al-Kabir-nya telah dipublikasikan sebanyak tiga kali, dan setiap edisi mengalami sedikit perubahan dan edisi terakhir adalah yang paling akurat. Hal yang   sama juga dilakukannya terhadap Shahih al-Bukhari. Beliau melakukan perubahan; menambahkan, mengurangi, bahkan menambahkan judul baru walaupun tanpa menambahkan hadis-hadis yang kelihatannya tidak relevan.[2]

Ketiga pendekatan: aqliyyah (nalar), naqliyyah (riwayat), kasyfiyah (ilham) yang dipergunakan Imam al-Bukhari dalam menyeleksi hadis telah menjadikan Shahih al-Bukhari tipikal (khas). Melalui ketiga bentuk pendekatan tersebut kesahihan Shahih al-Bukhari dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta ditempatkan pada urutan pertama, lebih tinggi dibandingkan kitab-kitab lainnya.

 

Apresiasi Para Ulama Terhadap Shahih al-Bukhari

Wawasan yang dikandung Shahih al-Bukhari  mampu menggerakkan pikiran orang yang membacanya. Hal itu dibuktikan dengan lahirnya banyak karya yang mengelaborasi dan mengomentari kitab tersebut, baik dalam bentuk syarh, ikhtishar, maupun tahqiq. Bahkan tidak sedikit yang mengkritisinya.

 

A. Penulisan Syarh

Shahih al-Bukhari merupakan kitab yang paling beruntung dalam menarik simpati dan minat para ulama untuk mengomentari ataupun menafsirkan kitab itu, baik yang berhubungan dengan matan maupun sanad.

Komentar terhadap kitab itu dikemas dalam bentuk ta’liq, syarh, hamisy, dan hasyiah[3]. Menurut Mushtafa bin Abdullah (W. 1067 H/1656 M), atau yang lebih dikenal dengan Haji Khalifah, mencapai 82 kitab[4], dengan klasifikasi sebagai berikut:

 

A.1. Syarh,

Yaitu penjelasan tambahan terhadap matn Shahih al-Bukhari, baik secara lengkap maupun ringkas. Syarh lengkap yang terkenal di antaranya Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, karya Ibnu Hajar al-Asqalani (773 – 852 H/1371 – 1448 M).

Fath al-Bari dipandang sebagai syarh Shahih al-Bukhari yang terbaik dan paling komprehensif, karena ada sejumlah aspek Shahih al-Bukhari yang disoroti oleh Ibn Hajar pada kitab ini, antara lain:

[a]  penjelasan jalur periwayatan dan identitas rawi,

[b]  penjelasan makna bahasa dan nahwu (gramatika Arab),

[c] istinbath al-ahkam (pengambilan kesimpulan hukum) serta pemamparan berbagai masalah yang diperdebatkan  oleh ahli fikih dan kalam (tauhid),

[d] menghimpun berbagai sanad serta menjelaskan tingkat kesahihan dan kedaifan hadis yang berhubungan dengan pembahasan,

[e]  menjelaskan maksud fiqh al-Bukhari

Kitab ini ditulis oleh Ibn Hajar selama 25 tahun, sejak 817 H/1414 M, ketika berusia 44 tahun, dan selesai pada 1 Rajab  842 H/18 Desember 1438 M, ketika berusia 69 tahun. Sebelum Fath al-Bari, Ibn Hajar menyelesaikan mukadimahnya berjudul Hady al-Sari, pada 813 H/1410 M.

Sebagai rasa syukur atas penulisan Fath al-Bari, Ibn Hajar menyelenggarakan walimah besar-besaran dengan mengundang kaum muslimin dari berbagai penjuru daerah, pada hari Sabtu 2 Sya’ban tahun 842 H/17 Januari 1439 M. Kehadiran kitab ini disambut gembira oleh berbagai kalangan, bahkan ada beberapa khalifah yang sengaja membeli kitab tersebut dengan harga 300 dinar.[5] Fath al-Bari telah diterbitkan diberbagai negara, seperti India, Mesir, Libanon, serta mengalami cetak ulang berkali-kali. Terbitan yang dianggap terbaik adalah cetakan Bulaq edisi perdana.

Sedangkan syarh wasith (pertengahan) yang terkenal, antara lain al-Kawakib al-Durari fi Syarh Shahih al-Bukhari, ditulis oleh Syams al-Din Muhamad bin Yusuf bin Ali al-Karmani (W. 786 H/1384 M). Kitab ini dikategorikan sebagai syarh wasth (pertengahan atau sedang), namun tidak mengurangi kualitas muatannya. Kandungan Shahih al-Bukhari yang disoroti oleh kitab ini adalah: [a] penjelasan makna bahasa, [b] nahwu, [c] dhabt berbagai riwayat, [d] nama dan laqab (gelar) para perawi, [e] al-jam’ (kompromi) beberapa hadis yang terkesan ta’arudh (kontradiktif). Penulisan kitab ini berakhir pada 775 H/1373 M, di Mekah al-Mukarramah.[6]

Adapun syarh ikhtishar (ringkas) yang terkenal, antara lain I’lam al-Sunan, tulisan Ahmad bin Muhamad bin Ibrahim bin Khatab (W. 338 H/949), atau yang lebih populer dengan sebutan Imam al-Khathabi. Kitab ini ditulis setelah selesai menyusun Ma’alim al-Sunan syarh Sunan Abu Dawud atas permintaan keluarganya, sebanyak satu jilid.

 

A.2. Hasyiah

Yaitu penjelasan tambahan terhadap matn Shahih al-Bukhari yang dimuat di pinggir halaman kitab itu. Hasyiah yang terkenal di antaranya, hasyiah as-Sindi. Namanya Muhamad bin Abd al-Hadi al-Tatwi al-Madani. Dia mendapatkan laqab (gelar) Nur al-Din dan al-Kabir, sebagai pembeda dengan al-Sindi al-Shagir, yakni Muhamad bin Shadiq al-Sindi. Al-Sindi al-Kabir lahir di desa Tatta-Sind dan wafat di Madinah pada tahun 1138 H/1725 M. [7]

Hasyiah as-Sindi diterbitkan pertama kali di Kairo, pada 1299 H/1881 M., sebanyak empat juz, kemudian dicetak ulang pada tahun 1309 H/1891 M. Pada waktu yang sama (1299 H/1881 M) edisi ini diterbitkan pula oleh percetakan Muhamad Musthafa disertai taqrirat (pengakuan) Syekh al-Qasthalani (penulis Irsyad al-Sari) dan Syekh Zakaria al-Anshari, sebanyak empat juz

Selain mengomentari matn Shahih al-Bukhari, tidak sedikit para ulama yang berminat terhadap paradigma Imam al-Bukhari dalam memahami dan menyusun hadis,  sebagaimana tercermin pada judul-judul bab. Untuk itu mereka menyusun berbagai karya guna menjelaskan maksud-maksud Imam al-Bukhari tentang judul itu, antara lain Syarh Tarajim Abwab Shahih al-Bukhari, karya Syah Wali Allah al-Dahlawi, Tarjamah Jami’ Shahih al-Bukhari, karya Muhamad bin al-Dimasyq.

Kemudian untuk memberikan kemudahan kepada para pembaca dalam mencari hadis pada Shahih al-Bukhari, sebagian ulama menyusun karya berupa fahras atau indeks, seperti Hidayah al-Bari ila Tartib Ahadits al-Bukhari. Kitab ini ditulis oleh Abdurrahim ‘Anbar al-Mishri al-Thahthawi, sebanyak dua juz.

 

Studi Kritis Rijal al-Bukhari

Selain mengomentari matn Shahih al-Bukhari, terdapat para ulama yang secara khusus melakukan studi kritis terhadap para rawi yang dipergunakan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya. Studi itu dilakukan melalui berbagai bentuk;

Pertama, mengkaji biografi serta kualitas para rawi yang dipergunakan oleh al-Bukhari pada Shahih-nya. Karya yang berhubungan dengan ini amat banyak, antara lain:

  • Asma Rijal Shahih al-Bukhari, atau yang populer dengan al-Hidayah wa al-Irsyad fi Ma’rifah Ahl al-Tsiqat wa al-Syaddad.

Kitab ini disusun oleh Abu Nashr Ahmad bin Muhamad al-Kalabadzi (W. 318 H/930 M). Manuskrip kitab ini tersimpan di Dar al-Kutub al-Mishriyyah dalam dua catatan, pertama satu jilid berisi 215 halaman; dan kedua dalam satu jilid berisi 318 halaman.

Asami Man Rawa ‘Anhum al-Bukhari, disusun oleh Abdullah bin ‘Adi bin Abdullah al-Jarjani (W. 365 H/975 M)

  • Dzikru Asma al-Tabi’in wa Man Ba’dahum mimman Shahhat Riwayatuh min al-Tsiqat ‘Inda al-Bukhari. disusun oleh Abu al-Hasan Ali bin Umar al-Daraquthni (W. 385 H/995 M)
  • Al-Ta’dil wa al-Tajrih li Man Kharraja ‘Anhu al-Bukhari fi al-Jami’ al-Shahih.

disusun oleh Abu al-Walid Sulaiman bin  Khalaf al-Baji (W. 474 H/1081 M)

  • Ahadits al-Ta’liq, disusun oleh Abu al-Faraj Abdurrahman bin Abu al-Hasan bin al-Jauzi (W. 597 H/1200 M). Kitab ini menjelaskan kualitas para rawi hadis yang diterangkan oleh al-Bukhari tanpa disertai sanad.
  • Asami Syuyukh al-Bukahri, disusun oleh Abu al-Fadhail al-Hasan bin Muhamad bin al-Hasan al-Shaghani (W. 650 H/1252 M)
  • Al-Mujtaba fi Ma’rifah Asma Man Dzakarahum al-Bukhari bi al-Ansab wa al-Alqab wa al-Kuna.

disusun oleh Muhamad bin Ahmad bin Musa bin Abdullah al-‘Ijluni (W. 831 H/1427 M)

  • Tagliq al-Ta’liq ‘ala Kitab al-Bukhari, disusun oleh Ibn Hajar al-Asqalani
  • Ghayah al-Maram fi Rijal al-Bukhari ila Sayyid al-Alam

disusun oleh Muhamad bin Daud bin Muhamad al-Bazili (W. 925 H/1519 M)

  • Shahih al-Bukhari wa Asaniduh

disusun oleh Abu Muhamad Abdullah bin Salim al-Bashri (W. 1134 H/1721 M)

  • Rijal Shahih al-Bukhari, disusun oleh Abdurrahman bin Abu al-Khair al-Tastari
  • Asami Ruwah Shahih al-Bukhari, disusun oleh Hasan bin Hasan Shufi Zadah (W. 1279 H/1862 M)
  • ‘Aqd al-Jaman al-Lami’ al-Muntaqa min Qa’r Bahr al-Jami’

disusun oleh Muhamad bin Ali al-Qaujaili. Kitab ini berisi urutan nama ahli hadis, yang disusun secara alfabetis.

  • Al-Shahabah al-Ladzina Kharraja lahum al-Bukhari fi Shahihih, tidak diketahui penulisnya

Ketika status Shahih Muslim diakui mendekati derajat Shahih al-Bukhari, maka lahirlah karya-karya yang menggabungkan status para perawi kedua kitab tersebut. Jumlah karya yang disusun pada bidang ini sebanyak sebelas buah, di antaranya Rijal al-Bukhari wa Muslim, karya al-Daraquthni.[8]

Kedua, mengkaji thabaqat (generasi) antara Imam al-Bukhari dengan Rasulullah saw.  Karya di bidang ini tidak terlalu banyak, antara lain Tsulatsiyat al-Bukhari, karya Syekh Ahmad al-‘Ajmi. Manuskrip kitab ini tersimpan di perpustakaan Universitas al-Azhar.

 

By Amin Muchtar, sigabah.com

 

[1]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit. XXII:403.

[2]Lihat, Azami, op.cit. hal. 142-143

[3]Ta’liq al-kitab adalah catatan, baik berupa syarh, hasyiah, kritik atau penilaian. Hasyiah al-kitab dilihat dari segi arti tidak berbeda dengan ta’liq, namun yang membedakannya hanyalah letak catatan itu. Hasyiah istilah khusus bagi catatan pinggir kitab. Dilihat dari segi tempat, hasyiah sama dengan hamisy. Adapun syarh secara umum berarti memberi keterangan terhadap matn al-kitab, yaitu teks asli tulisan seorang ulama. Sedangkan dalam istilah ahli hadis, syarh merupakan ilmu yang mengkaji maksud dari hadis Rasul menurut aspek kaidah bahasa Arab dan prinsip-prinsip syariah. Pensyarahan hadis di mulai pada abad IV H/abad X M. seiring dengan tadwin al-hadits (kodifikasi hadis), menggunakan sistematika mubawwab (berdasarkan topik pembahasan). Dalam tradisi ulama, pencatatan itu dilakukan oleh generasi berikutnya, yakni setelah penulis buku termaksud (Lihat, Haji Khalifah, Kasyf al-Dzunun, op.cit., I:36-38; Lois Ma’luf, op.cit, hal. 136 dan 381; Al-Mubarakafuri, Muqaddimah Tuhfah al-Ahwadzi, op.cit., juz I, hal. 246-247)

[4]Lihat, Kasyf al-Dzunun, op.cit., I:545

[5]Lihat, Haji Khalifah, op.cit., I:546-547; Abu Syahbah, op.cit., hal. 75-77; Al-Mubarakafuri, op.cit., juz I, hal. 251-252.

[6]Lihat, Haji Khalifah, op.cit., I:546; Dr. Syahbah, op.cit., hal. 75

[7]Lihat, Biografi al-Sindi pada Muqadimmah Sunan Ibn Majah, Dar el-Marefah, Beirut, 1996, I:21-22 mim

[8]Lihat, Abdullah al-Laitsi, Muqaddimah Rijal Shahih al-Bukhari, Dar el-Ma’rifah, Beirut, 1987, I:6-8

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}