Matahari, bumi, dan bulan adalah ciptaan Allah. Masing-masing beredar pada garis edarnya, tunduk kepada suatu aturan tertentu, dengan qadar (hitungan waktu) yang pasti dan tepat, sehingga dengan memperhatikan pergerakan benda-benda langit tersebut manusia bisa menghitung bilangan waktu dan menentukan arah, baik di bumi maupun di langit.
Pada saat-saat tertentu ketiganya berada dalam posisi yang sedemikian rupa, sehingga terletak dalam satu garis lurus, lalu terjadi satu peristiwa yang disebut gerhana. Bila bumi terletak di antara matahari dan bulan, maka akan terjadi gerhana bulan. Sedangkan apabila bulan terletak di antara matahari dan bumi, maka akan terjadi gerhana matahari.
Gerhana, baik matahari maupun bulan, bukan semata-mata peristiwa alam yang terjadi dengan sendirinya, melainkan merupakan ketetapan dan kekuasaan Allah yang tidak dapat dirubah oleh makhluknya. Allah berfirman:
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُوْرًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَ مَاخَلَقَ اللهُ ذَالِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar (di siang hari) dan bulan bercahaya (di malam hari), serta menentukan manazilnya, agar kamu dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah menciptakan semua itu dengan ketentuan yang pasti. Ia menjelaskan ayat kekuasaan-Nya kepada orang-orang yang mau mengerti”. Q.S. Yunus:5
Orang-orang pada masa jahiliyyah termasuk mereka yang tidak mau mengerti, di mana mereka meyakini bahwa peristiwa gerhana itu akan menyebabkan terjadinya sesuatu di bumi, seperti kematian atau kelahiran atau gerhana terjadi karena ada hubungannya dengan hal itu. Sebab pada waktu itu (Tahun 10 H) Ibrahim putra Nabi wafat pada usia 17 bulan (lahir Jumadil Ula tahun 9 H.) Maka pola pikir seperti ini diluruskan oleh Nabi agar menjadi keyakinan bahwa matahari dan bulan itu termasuk makhluk yang tunduk kepada Allah. Keduanya tidak punya kekuasaan untuk menyebabkan terjadinya sesuatu. Dalam khutbah gerhana itu Nabi menyatakan:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ
“Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari beberapa tanda kekuasaan Allah. Tidak terjadi gerhana karena lantaran hidup-matinya seseorang. Kalau kamu melihat ada gerhana, hendaklah kamu berdoa kepada Allah, bertakbir, salat, dan bersedekah.” HR. Al Bukhari dan Muslim.
Meskipun Nabi berkesempatan melaksanakan ibadah gerhana hanya gerhana matahari namun pada khutbah gerhana tersebut Nabi menyinggung gerhana matahari dan bulan, ini sebagai isyarat bahwa selama bumi, matahari, dan bulan tetap beredar pada porosnya, maka peristiwa gerhana ini akan selalu terjadi. Dan selama itu pula manusia akan selalu berkeyakinan seperti orang-orang pada zaman jahiliyyah bila tidak berguru kepada Rasul. Agar tidak berkeyakinan seperti orang-orang jahiliyyh, maka bila terjadi gerhana, baik ketika terjadi gerhana matahari maupun bulan, Rasul telah mengajarkan kepada kaum muslimin untuk (1) berdoa kepada Allah dan beristigfar, (2) bertakbir, (3) Salat gerhana sebanyak 2 rakaat, (4) bersedekah
Kandungan Khutbah Nabi Lainnya
Selain menyampaikan pesan popular seperti di atas, terdapat beberapa pesan lain yang disampaikan beliau, antara lain:
- “Sesungguhnya saya melihat di tempat berdiriku ini segala sesuatu yang dijanjikan kepadaku, hingga saya lihat diri saya ingin memetik setandan kurma dari surga ketika kamu melihat aku maju, dan kulihat neraka Jahannam sebagiannya meruntuhkan sebagian yang lain ketika kamu lihat aku mundur. Aku lihat di sana Amr bin Luhaiy menyeret ususnya, dan dialah yang orang pertama yang menelantarkan semua yang telantar. Kemudian beliau bersabda, ‘Wahai umat Muhammad! Demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah, melebihi kecemburuan seorang laki-laki atau wanita yang berzina. Wahai umat Muhammad! Demi Allah, seandainya kamu mengetahui apa yang saya ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.’ Kemudian beliau memerintahkan mereka berlindung dari azab kubur.”HR. Al-Bukhari
- “Sesungguhnya saya melihat surga, dan saya memperoleh seuntai. Seandainya saya mengambilnya, niscaya kamu memakan daripadanya selama dunia masih ada. Dan, saya melihat neraka, maka saya tidak pernah melihat pemandangan yang lebih ngeri seperti hari ini. Saya lihat sebagian besar penghuninya adalah wanita.’ Mereka bertanya, ‘Karena apakah wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Karena kekafiran mereka.’ Ditanyakan, ‘Mereka kafir kepada Allah?’ Beliau bersabda, ‘Mereka kufur terhadap suami dan kufur terhadap kebaikan. Seandainya kamu berbuat kebaikan kepada salah seorang dari mereka selama setahun penuh, kemudian ia melihat sesuatu (yang tidak menyenangkan) sedikit saja darimu, ia mengatakan, ‘Saya tidak pernah melihat kebaikan darimu sama sekali.'” HR. Al-Bukhari
- “Apa yang belum pernah aku lihat, telah dapat kulihat di tempatku ini, termasuk surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku, bahwa kalian akan menerima ujian dalam kubur yang hampir menyerupai fitnah atau seperti fitnah Masih Dajjal, aku tidak tahu apa ia sebenarnya. Asma melanjutkan: Seseorang di antara kalian didatangkan dan ditanya: Apa yang engkau ketahui tentang orang ini (maksudnya Rasulullah saw.)? Orang yang beriman akan menjawab: Dia adalah Muhammad utusan Allah, yang datang kepada kami dengan membawa bukti dan petunjuk. Lalu kami menyambut dan mematuhinya. (Itu dikatakannya sebanyak tiga kali). kemudian kepadanya dikatakan: Benar! Kami memang tahu bahwa engkau beriman kepadanya. Tidurlah baik-baik! Sedangkan orang munafik atau ragu-ragu akan menjawab: Aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu kuikuti saja berkata seperti itu.” HR. Muslim
- “Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kebesaran yang dikirimkan Allah, gerhana ini terjadi bukan karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi Allah yang mengirimkannya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu, bila kalian melihatnya, maka bersegeralah ingat kepada-Nya, berdoa dan mohon ampunan-Nya.” Muslim
Demikianlah ajaran Rasul yang disampaikan kepada umatnya. Dengan ajaran ini tampak begitu jelas indentitas umat Muhamad dalam menyiikapi peristiwa gerhana yang akan senantiasa terjadi selama matahari, bulan, dan bumi masih beredar pada porosnya.
Kita berharap, mudah-mudahan peristiwa gerhana yang berkali-kali kita alami semakin memperkuat keyakinan kita akan kemahakuasaan Allah, dan mendorong tekad kita untuk tidak maksiat dan melanggar aturan-Nya.
By Amin Muchtar, sigabah.com/beta
Baca Menyambut Gerhana Teristimewa di sini
Baca Panduan ibadah Gerhana di sini
Baca Khutbah Nabi saat Gerhana di sini
Baca Analisa Takbiran Gerhana di sini
Baca Analisa Posisi Tangan Ketika Shalat Gerhana di sini
Lampiran Surat Edaran Gerhana