Preloader logo

SEPENGGAL KISAH GUA HIRA

Ada beberapa penggal kisah yang perlu kita hayati sebagai bagian dari proses pendidikan Islam yang dialami oleh Nabi, yang juga perlu diketahui oleh kita sebagai calon-calon pelajar, pendidik, dan penyebar ajaran Islam.

Coba bayangin terus rasain waktu kamu masuk ke sebuah kamar, kamar yang engga kamu kenal, ga terlalu akrab, sendirian, dan di dalemnya gelap gulita ga ada cahaya. Terus tiba-tiba kamu denger suara yang ga pernah kamu denger sebelumnya, seumur idup. Coba bayangin dan rasain gimana kalo kamu ada di situasi itu?

Itulah kondisi yang dialami sama dirasain Muhammad di Gua Hira, waktu bakal di wisuda (diangkat jadi nabi). Ngalamin kegoncangan hebat. Dan dalam sebuah hadis diterangin juga kalo waktu itu malaikat dateng dengan wujud aslinya. Makannya digambarkan sayap nya itu demikian besar dan mendekap Muhammad.

Jadi malaikat ini suara asli, fisik asli, dan baru kenal. Kebayang kan, sama kita gimana guncangan hebat yang dialami secara psikologi manusiawi, waktu beliau dapet situasi yang serba dadakan. Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya bakal terjadi kayak gini. Tiba-tiba disuruh iqra:bacalah. dengan suara yang ga pernah didenger seumur hidup.

Alangkah beratnya Muhammad , waktu beliau berdialog sama malaikat di Gua Hira dengan proses seperti ini. Maka saat diperintah iqra: bacalah, beliau menjawab maa ’ana bi qooriin (saya tidak bisa baca) terus berulang kali. Sampai saat yang ke-3 beliau baru bisa, dan terus melanjutkan membaca Al-Alaq 1-5, seperti yang kita tau hari ini.

Demikian terasa berat dan luar biasanya perjuangan Muhammad, waktu nerima Al-Alaq ayat 1-5. Wahyu yang pertamakali turun, yang sekaligus menandakan kalo Muhammad udah resmi diangkat jadi nabi.

Muhammad pun lekas pulang, terus ngedatengin istrinya; Khadijah, sambil berkata zammiluunii zammiluunii (selimutilah aku, selimutilah aku). Ini dikarenakan perasaan yang begitu luar biasa takut setelah kejadian di Gua Hira tadi.

Setelah hilang rasa takutnya itu, baru bisa nyeritain apa yang dialaminya waktu di Gua Hira. Inilah dialog antara Muhammad dengan Khadijah. “Wahai Khadijah, apa yang terjadi denganku?” ujar Muhammad. Jadi beliau juga belum sadar bahwa saat itu adalah saat “wisuda” saat dikukuhkannya beliau sebagai seorang nabi. Kok bisa sih sampe engga tau? Sampe Muhammad engga tau, karna emang waktu itu malaikat engga bilang; “Hai Muhammad engkau akan menjadi nabi” engga. Cuma disuruh iqra. Makanya Muhammad menanyakan “Apa yang terjadi denganku? Sungguh aku merasa khawatir atas diriku sendiri.

Betapa polosnya beliau. Tanpa punya pikiran apapun, ada kecenderungan untuk tahannuts, ada proses kayak gini, beliau aja ga tau. Bahwa ini adalah wahyu, bahwa beliau sedang di wisuda.

Bayangin aja kalo engga polos, engga jernih hatinya, beliau mungkin bakal banyak protes. “Siapa sih yang tadi di Gua Hira itu? Engga sopan, tiba-tiba mendekap, belum lagi tiba-tiba nyuruh baca, dll. Tapi karena kepolosan, artinya kemurnian, beliau melakukan bukan atas dorongan atau suruhan siapapun. Maka apa yang dirasakan di Gua Hira, disampaikan secara polos kepada Khadijah

Khadijah ngejawab “tidak bergembiralah engkau demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selama-lamanya.

Kejadian di Gua Hira adalah kejadian pertamakalinya, Muhammad didatangi oleh malaikat Jibril. Dan Khadijah mengatakan bahwa itu Allah yang mengutus.

Coba deh kita cermati jawaban dari Khadijah. Tau darimana bahwa itu adalah utusan Allah? Padahal Khadijah kan engga ngalamin?

Khadijah emang engga ngalamin, tapi disini ada koneksi. Secara apa? Ilham. Jadi kejernihan batin yang konek, jadi soal kisah Gua Hira ini, Khadijah lah justru yang lebih dulu tau apa yang sebenarnya terjadi.

Selain kejernihan batin, Khadijah liat dari tabiat alias watak Muhammad semenjak dulu. Maka ga mungkin Allah akan mencelakakan Muhammad. Antara lain adalah:

  1. Seorang yang jujur kata-katanya, diingatkan lagi bahwa Muhammad telah mendapat gelar Al-Amin, sebelum diangkat jadi nabi. Karena kejujurannya waktu dikasih kepercayaan buat menggembala ternak.
  2. Menolong yang lemah; banyak riwayat yang menjelaskan bagaimana empati Muhammad terhadap kondisi orang
  3. Kemudian memberi kepada orang yang tak punya. Kemudian juga suka memuliakan tamu dan juga membela kebenaran.

Jadi pertama, Khadijah menyebut itu wahyu Allah, itu adalah ilham; karena kejernihan hati. Yang kedua kenapa begitu, ada bukti. Bukti bahwa watak Nabi itu begini-begitu.

Ga cukup disitu, buat mastiin apa yang dialami Muhammad, maka Khadijah membawa Muhammad ke Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah seorang pendeta, yang masih murni. Dan ternyata, Waraqah nyeritain kalo dulu kejadian serupa dialami juga oleh Musa. Bener deh, kalo emang yang dateng ke Muhammad itu malaikat Jibril dan apa yang terjadi di Gua Hira adalah proses “wisuda” diangkatnya Muhammad menjadi Nabi.

Ini semua bukan dongeng sob, tapi fakta. Artinya, ini sebuah proses untuk memangku Islam.

Ini yang harus jadi catetan buat kita, sepenggal kisah Gua Hira. Apa yang sebenarnya dialami oleh Nabi secara nilai pendidikan. Nabi pulang berlari diselimuti sebagai bentuk rasa takut yang sangat luar biasa, beban berat, dan merasa kesulitan. Perjuangan beliau begitu luar biasa, dalam memangku amanah yang begitu besar. Nah kita, yang hidup di zaman sekarang ini, udah semestinya nerusin perjuangan para Rasul dan sahabat dalam menegakkan syariat Islam di bumi Allah ini.

Terakhir, apa pesan moral yang bisa kita ambil dari sepenggal kisah ini?

  1. Hendaklah kita sadari bahwa para pecinta Islam agar mempunyai kesabaran yang lebih dalam belajar, mengajar dan juga mendakwahkan. Tidak akan pernah sukses kita belajar juga mengajarkan Islam, tanpa disertai kesabaran tingkat tinggi.
  2. Tetaplah optimis dan semangat dalam menebarkan ajaran Qur’an & Sunnah N
  3. Belajar dan mengajarkan Islam jangan karena faktor keinginan, sebab jika dasarnya keinginan, suatu saat ada masa tidak ingin. Tapi harus berangkat dari kesadaran bahwa ini adalah panggilan tugas illahi. Nabi aja pertamakali gak ada yang dukung. Sendirian. Tapi terus maju, sebab atas dasar kesadaran bahwa ini panggilan, bukan keinginan

 

By Azmi Fathul Umam, sigabah.com/beta

Editor: Amin Muchtar, anggota Dewan Hisbah PP Persis, Masa Jihad 2015-2020

There are 6 comments
  1. yanadarussalam

    Subhanalloh…jadi pembakar yang asyik..untuk terus menjaga kemurnian Islam…tentunya dengan kesabaran…makasih Sigabah…semoga selamanya ada dalam keridhoan Alloh yang memiliki Alam semesta ini

  2. Allohuakbar Allohuakbar

  3. izin share

  4. izin share di media sosial 🙂 disertakan linknya 🙂

  5. Maa sya allah, kejadian tersebut bisa menjadi dalil bahwa segala sesuatu jika dilakukan karena Sang Pencipta bisa saja terjadi. Perintah “iqra” yang pertama dan kedua beliau belum bisa membacanya, kemudian jibril memberi perintah yang ketiga dan menyempurnakan ayat nya dengan menyebut nama Allah, seketika itu beliau pun bisa membaca. Wallahu ‘Alam

    • Sigabah Interaksi

      Semoga kita terus istiqamah dalam menjaga dengan maksimal segala sesuatu yang diperjuangkan oleh Rasulullah yang terasa begitu berat untuk beliau.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}