Mukadimah
Sejarah umat manusia tidak pernah mengenal satu umat pun yang begitu besar menaruh perhatian terhadap kitab samawi selain umat Muhammad. Dan nyaris tidak ada satu kitab suci yang mendapat perlindungan dan pemeliharaan, penghormatan dan pengagungan seperti yang diperoleh Alquran sebagai mukjizat Muhammad yang abadi. Alquran senantiasa memperoleh kedudukan yang tinggi serta derajat yang mulia.
Tidaklah mengherankan Alquran memperoleh status yang mulia tersebut, karena setiap peristiwa yang menyertai turunnya ayat-ayat kitab suci ini telah membuktikan bahwa Alquran merupakan ummul mu’jizat (induk semua mukjizat) bila dibandingkan dengan mukjizat para nabi sebelumnya. Alquran adalah mukjizat yang terbesar, baik dari segi hidayah yang dikandungnya, pendidikan dan pengajarannya serta keunggulan perundang-undangannya.
Allah telah mendukung para rasul-Nya dengan mukjizat yang mengagumkan, penuh keajaiban serta dalil-dalil nyata, hujjah dan bukti yang tidak dapat dibantah lagi, guna menyakinkan mereka bahwa mereka adalah utusan Allah, dan bahwa agama yang dibawanya bukan buatan mereka sendiri, melainkan benar-benar datang dari Allah swt.
Secara khusus Allah telah menganugerahkan kepada nabi-Nya Muhammad saw. mukjizat yang agung, yaitu Alquran sebagai cahaya rabbani dan wahyu ilahi yang disampaikan kepada beliau melalui perantaraan malaikat jibril. Alquran diungkapkan dalam bahasa Arab yang di dalamnya tidak terdapat penyimpangan dari kebenaran, sebagai pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Alquran tidak diturunkan hanya untuk suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa. Karena itu, keluasan ajaran-ajarannya sama dengan luasnya umat manusia.
Ajaran-ajarannya begitu luas serta ditujukan kepada umat manusia dengan peri kehidupan yang bagaimanapun, kepada kaum yang masih primitif maupun kepada kaum yang telah mencapai peradaban modern dan kebudayaan yang tinggi, bagi seorang pertapa, orang yang tidak begitu mengindahkan harta, maupun bagi seorang usahawan, orang yang kaya maupun yang miskin, yang pandai maupun yang bodoh. Pada pokoknya untuk seluruh lapisan masyarakat, meliputi segala lapangan kegiatan manusia.
Mukjizat yang diberikan kepada para nabi sebelum Muhammad saw. sangat beragam sesuai dengan jenis-jenis tantangan yang populer pada masa nabi yang bersangkutan, semuanya berupa mukjizat hissi (kongkret). Misalnya, mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa berupa tongkat kayu yang dapat menelan benda-benda palsu juga mampu membelah lautan hingga Fir’aun bersama tentaranya karam dilautan. Mukjizat tersebut digambarkan secara jelas dalam Alquran:
فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
“Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu”Q.s. As-Syu’ara [26]:45
Maksudnya, tali temali dan tongkat-tongkat yang dilemparkan ahli sihir itu yang terbayang seolah-olah menjadi ular, semuanya ditelan oleh tongkat Musa yang benar-benar menjadi ular.
Dalam ayat lain, Allah Swt. berfirman kepada Nabi Musa:
فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar’.” Q.s. As-Syu’ara [26]: 63
وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآَخَرِينَ
“Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.”Q.s. As-Syu’ara [26]: 64.
Yang dimaksudGolongan yang lain ialah Fir’aun dan kaumnya. Maksud ayat ini ialah di bagian yang terbelah itu Allah memperdekatkan antara Fir’aun dan kaumnya dengan Musa dan Bani Israil.
وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ
“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.”Q.s. As-Syu’ara [26]: 65
ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآَخَرِينَ
“Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.”Q.s. As-Syu’ara [26]: 66
Demikian pula mukjizat menghidupkan orang mati dan sebagainya yang diberikan kepada Nabi Isa a.s. seperti dijelaskan dalam Alquran:
وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”Q.s. Ali Imran [3]:49
Mukjizat-mukjizat para nabi terdahulu hanya dapat disaksikan ketika nabi yang bersangkutan masih hidup. Berbeda dengan mukjizat hissi, maka Alquran merupakan mikjizat ma’nawi, yaitu mukjizat yang dapat dirasakan oleh mata hati dan dimengerti oleh fikiran, walaupun secara material tidak dapat ditangkap oleh alat indera. Kemukjizatannya tidak hanya berlaku ketika Nabi Muhammad masih hidup, tetapi setelah beliau wafat pun kemukjizatan itu masih dapat disaksikan oleh orang-orang yang tidak sezaman dengan beliau. Hal ini agar diketahui oleh orang-orang yang memiliki mata hati dan akal cerdas, sehingga mereka mendapat cahaya dari sinarnya dan faidah dengan hidayahnya untuk sepanjang masa. Nabi saw bersabda :
مَا مِنَ الأَنْبِيَاءِ نَبِيٌّ إِلاَ أُعْطِيَ مَا مِثْلهُ آمَنَعَلَيْهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إِلَيَّ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Setiap nabi diberi mukjizat yang sama, yang dapat membuat manusia beriman kepadanya. Namun apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang disampaikan Allah kepadaku. Karena itu aku berharap semoga kiranya aku menjadi nabi yang paling banyak pengikut.” H.r. Al-Bukhari, Al-Itqan, hal. 311.
Hadis di atas menunjukkan bahwa mukjizat para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. akan musnah sejalan dengan perubahan waktu. Tidak ada yang dapat menyaksikannya kecuali orang-orang yang sezaman dengan nabi yang bersangkutan. sedangkan kemukjizatan Al quran akan akan abadi sampai akhir kiamat, yaitu dapat disaksikan oleh semua umat manusia sepanjang masa, karena memang Nabi saw. diutus oleh Allah untuk keselamatan manusia dimanapun dan kapanpun mereka berada, Sekalipun nabi Muhammad saw. telah meninggal, dimana setiap berita yang disampaikan Alquran itu pasti terjadi, dan pengakuan beliau sebagai rasul Allah adalah benar.
Ibnu Hajar berkata,“Sesungguhnya kitab Allah mukjizat yang tidak akan dapat ditentang oleh siapa pun setelah Alquran menentang mereka dengan itu. Allah berfirman, ‘Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia, supaya sempat mendengar firman Allah…’. (Q.s. At-Taubah:6). Maka kalaulah mendengar Alquran itu bukan alasan atas hal itu (diberi perlindungan), maka urusan tersebut tidak bergantung pada pendengaran Alquran. Dan mendengar Alquran tersebut menjadi alasan karena Alquran adalah mukjizat.”(Lihat, Al-Itqan, hal. 312).
Kalau kita renungkan sistem dan jalinan Alquran, kita akan mendapatkan bahwa semua segi yang ditangani dan dikandungnya, berada dalam satu batas keindahan sistem dan keelokan susunan, tanpa perbedaan dan penurunan dari tingkat yang tinggi. Dengan demikian kita yakin kemukjizatan Alquran bukan hasil rekayasa manusia, karena keajaibannya itu adalah suatu hal diluar kemampuan karya manusia.
Identitas Alquran
- Nama dan Sifat Alquran.
Alquran adalahkalam (sabda) Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw malalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Allah swt. menjelaskan:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ # نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ # عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنْ الْمُنذِرِينَ # بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
“Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” Q.s. As-Syu’ara [26]:192-195.
Alquran, firman Allah yang paling akhir, adalah sumber utama setiap Muslim dalam beriman dan beramal. Alquran berhubungan dengan semua masalah yang menjadi urusan semua umat manusia: kebijaksanaan, doktrin, ibadah, transaksi, hukum, dan sebagainya. Tema paling mendasar yang dibawa Alquran adalah hubungan antara Allah dengan makhluk-Nya. Pada saat yang sama, Alquran menyediakan bimbingan dan ajaran yang terperinci mengenai sebuah tatanan masyarakat yang adil, tingkah laku manusia yang sesuai, dan tatanan ekonomi yang seimbang.
Alquran diturunkan kepada Muhammad saw dalam Bahasa Arab, sehingga semua terjemah Alquran, baik itu dalam Bahasa Inggris atau bahasa selain Bahasa Arab lainnya tidak bisa dianggap sebagai Alquranakan tetapi hanyalah merupakan terjemahan dan pendekatan arti dari Alquran. Alquran hanya terdapat dalam Bahasa Arab, bahasa Alquran itu diturunkan.
Muhammad saw dilahirkan pada tahun 570 Masehi di Mekkah yang terletak di Semenanjung Arab. Karena ayahnya meninggal sebelum kelahirannya dan ibunya juga meninggal tidak lama kemudian, dia kemudian diasuh oleh pamannya, seorang yang terhormat dari Suku Quraisy. Dia diasuh tanpa pendidikan, tidak bisa membaca dan menulis, dan hal ini terus berlangsung sampai dia meninggal. Ketika dia dewasa, dia dikenal sebagai orang yang jujur, dapat dipercaya, murah hati dan tulus. Dia sangat jujur sehingga dikenal dengan julukan Al-Amiin (yang dipercaya).
Muhammad saw adalah seorang yang selalu berfikir, dia telah lama membenci kemerosotan moral serta pemujaan berhala yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Pada usianya yang keempat puluh, Muhammad saw menerima wahyu pertamanya dari Allah melalui Malaikat Jibril. Wahyu-wahyu selanjutnya berkelanjutan selama dua puluh tiga tahun, dan secara kolektif dikenal dengan sebutan Alquran.
Kata al-quran berasal dari kata kerja qara’a yang berarti membaca dan bentuk mashdar (kata dasar) nya adalah qura’an yang berarti bacaan. Alquran dengan makna bacaan dinyatakan oleh Allah swt dalam beberapa ayat, antara lain
- surah al-qiyamah [75]:16-18
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”
- surah al-Hijr [15]:87
وَلَقَدْ آَتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآَنَ الْعَظِيمَ
“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulangdan Al Quran yang agung.”
- surah Taha [20]:2,
مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى
“Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.”
- surah an-Naml [27]:6
وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى الْقُرْآَنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al Qur’an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”
Kata al-quran sendiri tercantum 58 kali dalam kitab suci Alquran, antara lain dalam surat al-Baqarah:185. Selain itu Alquran juga mempunyai beberapa nama lain, yang masing-masing nama itu menunjukkan isi, fungsi, ataupun sifat-sifatnya. Sebagian nama-nama Alquran itu merupakan nama-nama Allah yang termaktub dalam al-Asmaul Husna, misalnya al-Karim, al-Hakim, al-Muhaimin, al-Majid.
Sebagian dari nama-nama itu tercantum dalam Alquran sendiri, sebagian berdasarkan hadis Rasul, dan sebagian lagi merupakan ijtihad dan istinbat (penetapan kesimpulan) para sahabat dan tabi’in. Abu Ma’ali Syaizalah (w. 494 H/1100 M) menyebutkan 55 nama, Abu Hasan al-Harali (w. 647 H/1249 M) menyebutkan lebih dari 90 nama, dan Imam as-Suyuthi (w. 911 H/1505 M) dalam kitabnya al-I’tqan fi Ulumil Quran (Buku Lengkap Mengenai Ilmu Alquran) menyebutkan 50 nama. Berikut sebagian dari nama-nama Alquran menurut Alquran:
- Al–kitab atau kitab Allah (Q.s. Al-Baqarah:2 dan al-An’am:114),
- Al-Furqan, yang berarti pembeda antara yang benar dan yang bathil (Q.s. Al-Furqan:1),
- Az-Dzikr, Yang berarti peringatan (Q.s.Al-Hijr:9)
- At-Tanzil, yang berarti diturunkan (Q.s. As-Syu’ara:192).
- Teks Alquran.
Alquranmempunyai114 surah (urutan-urutanya sebagaimana ditetapkan Rasulullah saw.) yang tidak sama panjang dan pendeknya. Surah yang terpendek terdiri atas tiga ayat (surat al-Kautsar) dan yang terpanjang terdiri atas 286 ayat (surat al-Baqarah). Semua surah, kecuali surah kesembilan (at-Taubah) dimulai dengan kalimat Bismillah ar-Rahman ar-Rahim (dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang). Setiap surah mempunyai nama yang diambil dari kata yang terdapat dipermulaan surah (seperti Yasiin dan thaha) atau diambil dari kata yang menjadi tema sentral (utama) di dalam surah yang bersangkutan (seperti ali-Imran, al-Baqarah, dan an-Nisa).
Menurut perhitungan ulama Kuffah, seperti Abu Abdurrahman as-Salmi (w. 74 H/693 M), Alquran terdiri dari 6.236 ayat. Sedangkan menurut as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) dalam kitabnya al-I’tqan fi Ulumil Quran, terdiri atas 6000 ayat lebih. Al-Alusi (w. 1270 H/1853 M) dalam kitab tafsirnya Ruh al-Ma’ani fi tafsir Alquran al-A’zim wa sabu’l matsani (semangat ma’na dalam tafsir Alquran yang agung dan al-Fatihah) menyebutkan bahwa jumlah ayat Alquran sekitar 6.616 ayat.
Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan diantara mereka tentang kalimat Basmalah pada awal surat dan fawatih as-suar (kata-kata pembuka surat), seperti Yasin, Alif Lam Mim, dan Ha Mim. Ada yang menggolongkan kata-kata pembuka tersebut sebagai ayat dan ada pula yang tidak menggolongkannya sebagai ayat.
Menurut perhitungan Atha bin Yasar (w. 103 H/721 M), Alquran terdiri dari 77.439 kata. Dan jumlah hurufnya menurut Mujahid (w. 101 H/719 M), sebanyak 321.180 huruf (Lihat, Muqadimah Tafsir al-Fatihah, Tafsir Ibnu Katsir, I:8)
Dari sekitar 6.236 ayat yang ada dalam Alquran, 4.726 ayat adalah ayat-ayat makiyyah (diturunkan pada periode Mekah). Selebihnya (1.510 ayat) adalah ayat-ayat madaniah (diturunkan pada periode Madinah).
Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Alquran kedalam 30 juz (bagian) yang sama panjang dan dalam 60 hizb (nama hizb ditulis di sebelah pinggirnya). Setiap hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nishf (seperdua), dan as-tsalasah (tiga perempat).
Selanjutnya Alquran dibagi pula kedalam 554 ruku’ (bagian yang terdiri atas beberapa ayat). Setiap satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di sebelah pinggirnya. Surah yang panjang berisi beberapa ruku’, sedangkan yang pendek hanya berisi satu ruku’. Tanda pertengahan Alquran (nisf Alquran) terdapat pada surah Al-Kahfi ayat 19 pada lafal “walyatalattaf” (hendaklah ia berlaku lemah lembut).
By Amin Muchtar, sigabah.com
Syukron ustadz, boleh copas?
ya silahkan pak, semoga bermanfaat.