EUFORIA merayakan hari jadiĀ ke 73 tahun kemerdekaan Indonesia bergema di seluruh negeri. Berbicara kemerdekaan, maka berkorelasi erat dengan keberhasilan negara dalam menyejahterahkan rakyatnya, menurunkan angka kemiskinan, menghilangkan kriminalitas, juga mampu mengatasi berbagai problematika sosial di masyarakat.
Juga tentang angka korupsi pejabat yang semakin rendah, dan hutang negara yang mampu tereduksi, kemampuan negara untuk berdikari tanpa didominasi oleh pressure asing dan aseng, termasuk dalam pengelolahan sumber daya alam juga kebijakan-kebijakan publik yang pro terhadap kepentingan rakyat bukan kepentingan asing atau aseng.
Namun sungguh ironis, secaraĀ de facto, berbagai macam problematika makin hari kian bertambah melingkupi negeri tercinta. Mulai dari persoalan ekonomi yang kian menghimpit rakyat, makin tercekik dengan berbagai kebijakan pemerintah yang tak memihak kepada rakyat kecil.
Pada era pemerintah sekarang misalnya, tercatat BBM naik 10 kaliĀ (news.detik.com/3/7/2018). Yang jelas-jelas kenaikan BBM menjadikan rakyat makin terhimpit serta makin sulit memenuhi kebutuhan baik komoditas pangan, sandang maupun papan yang berimbas naik sebab kenaikan harga BBM.
Tak hanya itu hutang Indonesia yang kian hari kian menggunung menjadikan indikasi lemahnya stabilitas ekonomi Indonesia. Dimana Indonesia menanggung kuartal hutang luar negri sebesarĀ Rp. 5,075 Triliun (www.viva.co.id, 17/7/2018). Bahkan penjualan aset negara yang dilakukan oleh pemerintah, mengutip pendapat Fadli Zon adalah salah satu bentuk penghianatan bangsa.
Kita pun menyaksikan bahwa sumber daya alam Indonesia yang begitu berlimpah ruah yang Allah karuniakan kepada negeri ini nyatanya tak dikuasai oleh pribumi, namun dikuasai oleh asing. Kita bisa menyaksikan salah satu penguasaan asing atas sumber daya alam Indonesia, misalnya saja penguasaan tambang emas oleh PT Freeport yang dinilai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan bahwa PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menimbulkan kerugian negara sebesar 185 Triliun (finance.detik.com/19/3/2018).
Kondisi kemiskinan pun kian meroket, dimana penduduk miskin kian meningkat, mengutip dari (ekonomi.kompas.com, 19 Juli 2017). Ditambah problem degradasi moral, serta kondisi serba permissif pada aspek sosial yang dihadapi Indonesia yakni maraknya kasus aborsi, free sex yang melanda generasi muda akibat gaya hidup hedonis yang berkiblat kepada Barat. Hingga pada akhirnya dari berbagai fakta problematika kompleks yang ada di Indonesia secara de facto, Indonesia belum bisa dikatakan merdeka. Indonesia masih dijajah secara pemikiran dan kebijakan.
Negara merdeka adalah negara yang idealnya terbebas dari berbagai bentuk penjajahan fisik maupun non fisik dari berbagai aspek, sosial, politik, budaya, dsb. Hal tersebut bertentangan dengan yang terjadi di Indonesia.
Dalam Islam, kemerdekaan adalah bentuk penghambaan kepada Allah dalam semua aspek kehidupan. Tak terbatas pada aspek ibadah ritual saja, karena Islam memiliki solusi komprehensif untuk mengadapi berbagai problem kehidupan manusia termasuk masalah politik, pendidikan, sosial, dsb.
Maka hendaknya sebagai muslim kita mau diatur dengan Islam dan mau menerapkan Islam dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam lingkup negara. Karena hanya Islamlah satu-satunya aturan yang mampu mengatasi berbagai problematika yang dihadapi oleh manusia. Sebagaimana Allah Taāala berfirman dalam Q.S Al-Aāraf 96Ā :
Allah SWT berfirman:
ŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ±Ł°ŁŁ Ų§Ł°Ł ŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŲŖŁŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŲŖŁŲŁŁŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ±ŁŁŁ°ŲŖŁ Ł ŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁ ŁŲ§ŁŲ”Ł ŁŁŲ§ŁŁŲ§ŁŲ±ŁŲ¶Ł ŁŁŁŁ°ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ°ŁŁŲØŁŁŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŲ®ŁŲ°ŁŁŁ°ŁŁŁ Ł ŲØŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŲ³ŁŲØŁŁŁŁŁ
āDan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.ā (QS. Al-Aāraf: 96).
Maka hanya dengan aturan Islam yang diterapkan secara sempurna maka akan kita jumpai kemerdekaan hakiki yang mampu menghantarkan Indonesia menjadi negeri yang mulia dan terdepan.*
byĀ Hardita Amalia,S.Pd.I,M.Pd.I āĀ IRT, Penulis Buku Anak Muda Keren Akhir Zaman Qibla Gramedia, Founder Komunitas Ibu Pembelajar, Dosen STAI PTDII Jakarta-
sigabah.com | jurnalislam.com