Preloader logo

PRINSIP KOMUNIKASI (2): QAUL KARIM

Dalam buletin edisi 6 ini akan disajikan prinsip komunikasi  kedua, dari enam prinsip komunikasi yang dijelaskan di dalam Al-Quran, yaitu prinsip komunikasi Qaul Karim. Istilah Qaul Karim ditemukan di dalam Al-Qur’an hanya satu kali, yaitu pada QS al-Isrâ’, 17: 23. Allah berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Ada dua ketetapan Allah yang terkandung dalam ayat di atas, yang menjadi kewajiban setiap manusia, yaitu (1) menyembah Allah dan (2) berbakti kepada kedua orang tua. Kedua ketetapan tersebut dihubungkan dengan huruf wau ‘athaf, untuk menunjukkan bahwa keduanya   tidak bisa dipisahkan, sehingga berbakti kepada kedua orang tua bisa dijadikan parameter kualitas panghambaan seseorang kepada Allah Swt. Ajaran Islam ini pada hakikatnya merupakan ajaran kemanusiaan yang diakui oleh seluruh manusia di setiap masa. Karena  dua predikat ini tidak bisa dilepaskan dari setiap manusia, yakni sebagai hamba Allah, yang melahirkan konsekwensi orentasi peribadatan dan penghambaan hanya  kepada-Nya; dan setiap manusia adalah anak dari kedua orang tuanya   yang menjadi perantara kehadirannya di muka bumi ini.

Berkaitan dengan inilah, Al-Qur’an memberikan petunjuk bagaimana cara berperilaku dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada kedua orang tua, terutama di saat keduanya atau salah satunya sudah berusia lanjut. Dalam hal ini, al-Qur’an menggunakan istilah karīm, yang secara kebahasaan berarti mulia. Istilah ini bisa disandarkan kepada Allah, misalnya, Allah Maha Karîm, artinya Allah Maha Mulia; juga bisa disandarkan kepada manusia, yaitu menyangkut keluhuran akhlak dan kebaikan perilakunya. Artinya, seseorang akan dikatakan karîm, jika kedua hal itu benar-benar terbukti dan terlihat dalam kesehariannya. Namun, jika istilah karīm dirangkai dengan kata qaul (perkataan), maka berarti suatu perkataan yang menjadikan pihak lain tetap dalam kemuliaan, atau perkataan yang membawa manfaat bagi pihak lain tanpa bermaksud merendahkan. Di sinilah Sayyid Quthb menyatakan bahwa perkataan yang karīm, dalam konteks hubungan dengan kedua orang tua, pada hakikatnya adalah tingkatan tertinggi yang harus dilakukan oleh seorang anak. Yakni, bagaimana ia berkata kepadanya, namun keduanya tetap merasa dimuliakan dan dihormati. Ibn ‘Asyur menyatakan bahwa qaul karīm adalah perkataan yang tidak memojokan pihak lain, yang membuat dirinya merasa seakan terhina. Contoh yang paling jelas adalah ketika seorang anak ingin menasihati orang tuanya yang salah, yakni dengan tetap menjaga sopan santun dan tidak bermaksud menggurui, apalagi sampai menyinggung perasaannya. Yang pasti qaul karîm, adalah setiap perkataan yang dikenal lembut, baik, yang mengandung unsur pemuliaan dan penghormatan.
Dalam sebuah hadis dinyatakan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ

Dari Abi Hurairah Ra., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Merugilah, merugilah, merugilah (Nabi saw. Mengucapkannya tiga kali).” Ketika ditanyakan kepada beliau, “Siapa yang engkau maksud wahai Rasulullah?” Beliau pun bersabda, “Seseorang yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya sudah lanjut usia, maka ia tidak bisa masuk surga.” HR. Muslim, Shahih Muslim, IV:1978, No. 2551

Yang dibicarakan dalam hadis di atas adalah kehinaan orang yang tidak melakukan perbuatan baik terhadap orang tuanya (birrul waalidain) yang telah lanjut usia (lansia). Padahal kehadiran orang tua yang telah lansia tersebut merupakan ladang beramal untuk keselamatannya kelak. Siapa yang berbuat kebaikan kepadanya, maka hal itu akan memasukannya  ke surga. Sedangkan bila sebaliknya (menyakitinya), maka akan memasukannya ke neraka.

Dalam penggunaan prinsip komunikasi Qaul Karim ini tidak terbatas hanya di tujukan kepada orang tua kandung saja, akan tetapi berlaku kepada semua orang yang dianggap lebih tua. Dalam mendidik anak pun  prinsip ini sangat penting untuk diterapkan melalui keteladanan sehingga menghasilkan generasi yang berakhlaqul karimah (Akhlaq yang mulia).

Sumber: Buletin Humaira, Edisi 6 Okt 2015

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}