Preloader logo

BONGKAR KEPALSUAN BUKU PUTIH MAZHAB SYIAH (Bagian Ke-5)

BX_tyCWCQAAlHuN

Sikap kritis dalam bentuk karya tertulis merupakan suatu tradisi dalam sejarah peradaban Islām. Imam al-Ghazālī (m. 1111), misalnya, menulis Tahāfut al-Falāsifah (Ketidakkoherenan Para Filosof) karena menolak pemikiran al-Fārābī dan Ibnu Sīnā. Menanggapi pemikiran al-Fārābī, Ibnu Sīnā dan khususnya al-Ghazālī, Ibnu Rushd menulis Tahāfut al-Tahāfut (Tidak Koherennya Ketidakkoherenan). Al-Shahrastānī juga menulis Muṣāra’ah al-Falāsifah (Pergulatan Para Filosof) yang menolak pemikiran para Filosof khususnya terkait dengan keazalian alam. Fakhr al-Dīn al-Rāzī juga menulis banyak komentar kepada Ibnu Sīnā, seperti Sharh ‘Uyūn al-Ḥikmah (Komentar Inti Hikmah)dan Sharh Ishārāt wa al-Tanbīhāt (Komentar Isyarat dan Peringatan). Sebenarnya, Fakhr al-Dīn al-Rāzī bukan sekadar mengomentari, tapi, juga mengkritik pemikiran Ibnu Sīnā. Jadi, tradisi kritis melalui buku memang telah berkembang mapan dalam sejarah peradaban Islām.
Tentu perdebatan, pertentangan, apalagi perbedaan bukan hanya dalam ranah Filsafat. Perdebatan, pertentangan apalagi perbedaan pemikiran juga terjadi dalam akidah dan syariah. Berbagai aliran mazhab telah menulis banyak sekali karya yang menunjukkan keunggulan mazhabnya dan menunjukkan kekeliruan mazhab lainnya.
Syiah dan Sunni telah menjalani pertentangan dalam waktu yang sangat panjang. Banyak sekali buku, baik dari kalangan Sunni dan Syiah yang saling menghujat dan menunjukkan kekeliruan masing-masing mazhab. Selain buku yang saling mengkritik, upaya-upaya perdamaian juga dilakukan untuk mendekatkan Syiah dan Sunni, baik pada tingkat nasional ataupun internasional. Upaya mendamaikan keduanya dilakukan seperti Majma’ Taqrīb bayn al-Madhāhib. Namun, terkadang upaya tersebut juga bukannya tanpa kekeliruan. Sebabnya, hal-hal yang jelas bertentangan disederhanakan menjadi persoalan yang tidak mendasar. Selain itu, kesepakatan-kesepakatan mungkin terjadi di atas kertas dan di dalam forum, namun di lapangan, kesepakatan-kesepakatan itu sama sekali tidak dilaksanakan.
Pertentangan Sunni dan Syiah berimbas juga pada adu fisik yang menimbulkan korban jiwa seperti yang terjadi di berbagai negara seperti: di Saudi Arabia, Iran, Syiria, Irak, Mesir, Pakistan, Afghanistan, Indonesia, dan di berbagai wilayah lainnya.
Baru-baru ini, Dewan Pengurus Pusat Ahlul Bait Indonesia telah menerbitkan Buku Putih Mazhab Syiah: Menurut Ulama Syiah yang Muktabar, Sebuah Uraian untuk Kesepahaman demi Kerukunan Umat Islām (2012). Buku yang diterbitkan dari kalangan Syiah ini bertujuan untuk menjelaskan anggapan-anggapan yang keliru tentang Syiah. Seakan-akan Buku Putih Mazhab Syiah ingin menunjukkan inilah Syiah yang sebenarnya. Kekeliruan-kekeliruan pandangan tentang Syiah telah dilakukan, baik dari kalangan Syiah sendiri apalagi dari kalangan Sunni. Jadi, Buku Putih Mazhab Syiah seperti memberikan jawaban atas berbagai kekeliruan pandangan terhadap Syiah.
Buku Putih Mazhab Syiah ini menggambarkan posisi Syiah dalam berbagai aspek pemikiran. Di antara isi Buku Putih Mazhab Syiah adalah menegaskan jika Syiah menerima al-Qur’ān dan al-Sunnah al-Mu’tabarah, menegaskan prinsip al-Imāmah (kepemimpinan), menerima sebagian para Sahabat, dan membenarkan nikah Mut’ah.
Buku Putih Mazhab Syiah menggambarkan jika ada di antara penganut Syiah yang menolak al-Qur’ān, maka penganut Syiah tersebut termasuk orang-orang yang menyimpang dari ajaran Islām. Mengenai para Sahabat, Buku Putih Mazhab Syiah menunjukkan jika Syiah juga menerima para Sahabat Nabi. Buku Putih Mazhab Syiah memuat 197 nama para Sahabat Nabi yang diterima kalangan Syiah. Namun, diantara nama-nama tersebut, Abū Bakr al-Ṣiddīq, ‘Umar bin al-Khattāb, ‘Uthmān bin ‘Affān, ‘Abd al-Rahmān bin ‘Auf, Ṭalḥah bin ‘Ubayd Allāh, al-Zubayr bin al-Awwām, Sa’d bin Abī Waqqās, Sa’īd bin Zayd, Abū ‘Ubaidah bin al-Jarrāh, sama sekali tidak disebutkan. Memang, kalangan Syiah menolak Abū Bakr ra, ‘Umar ra, ‘Uthmān ra, dan para Sahabat Nabi lainnya. Padahal, mereka telah mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk Islām. Konsep Sahabat kalangan Syiah memang bertentangan dengan apa yang diyakini mayoritas umat Islām di dunia. Buku-buku Syiah banyak sekali yang melaknat, menghujat, mencaci maki, mengumpat dan menghina Abū Bakr, ‘Umar , ‘Uthmān dan para Sahabat Nabi lainnya. Abbas Rais Kirmani, dalam bukunya, kecuali ‘Alī, menyebut Abū Bakr dan ‘Umar sebagai Iblis (Al-Huda, 2009, hal. 155-156). Emilia Renita AZ, istri Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya 40 Masalah Syi’ah, menyebutkan “Syiah melaknat orang yang dilaknat Fatimah.” (Bandung: IJABI, editor Jalaluddin Rakhmat, Cet ke 2. 2009, hal. 90). Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Meraih Cinta Ilahi, menyebutkan dan yang dilaknat Fatimah adalah Abū Bakr dan ‘Umar . (Depok: Pustaka IIman, 2008. Dalam catatan kaki, hal. 404-405, dengan mengutip riwayat kitab al-Imāmah wa al-Siyāsah).
Mengenai Imāmah, Buku Putih Mazhab Syiah menegaskan jika Allāh telah menetapkan garis Imāmah sesudah Nabi Muḥammad ṢAW ada pada orang-orang suci dari dhurriyah-nya atau keturunannya, yang berjumlah 12 orang. Buku Putih Mazhab Syiah juga menegaskan jika Syiah meyakini bahwa ucapan seorang imam maksum, perbuatan, dan persetujuannya, adalah ḥujjah shar’iyyah, kebenaran agama, yang mesti dipatuhi. Konsep Imāmah kalangan Syiah memang rancu dan keliru. Kalangan Sunni menolak kemaksuman 12 imam yang disucikan oleh kalangan Syiah. Buku Putih Mazhab Syiah keliru tatkala membahas isu-isu Ikhtilāf Ahl al-Sunnah dan Syiah, tidak memasukkan pembahasan mengenai Imāmah. Padahal, isu Imāmah ini merupakan persoalan utama antara Sunni dan Syiah.
Buku Putih Mazhab Syiah berusaha untuk menunjukkan perbedaan pendekatan Akhbārī dan Uṣūlī. Seolah-olah jika kekeliruan dilakukan oleh kalangan Syiah, maka itu disebabkan pendekatan orang Syiah tersebut adalah Akhbārī . Pendekatan Akhbārī adalah pendekatan tekstualis dan skripturalis. Sedangkan pendekatan Uṣūlī adalah pendekatan yang menerima prinsip-prinsip rasional dalam memahami teks al-Qur’ān dan Sunnah dan menyimpulkan dari kedua sumber tersebut. Buku Putih Mazhab Syiah menyatakan jumhur ulama Syiah zaman ini mengikuti pendekatan Uṣūlī. Sebenarnya, pendekatan Uṣūlī yang dilakukan kalangan Syiah tidak menyebabkan pemikiran mereka terlepas dari kekeliruan-kekeliruan. Buku Putih Mazhab Syiah yang menggunakan pendekatan Uṣūlī juga memuat kekeliruan-kekeliruan tersebut.
Masih banyak kekeliruan yang terdapat dalam Buku Putih Mazhab Syiah. Amin Muchtar dalam karyanya ini menunjukkan berbagai kekeliruan Buku Putih Mazhab Syiah. Amin Muchtar, misalnya, menunjukkan pada akhirnya hadis-hadis yang beredar di kalangan Syiah justru lebih banyak yang diriwayatkan oleh para imam ketimbang Nabi Muḥammad saw.
Upaya Amin Muchtar menunjukkan kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam Buku Putih Mazhab Syiah perlu dihargai. Ia melihat banyak inkoherensi, penyederhanaan masalah, kekeliruan logika, kesalahan-kesalahan lainnya yang terdapat dalam buku tersebut.
Namun, buku karya Amin Muchtar ini belum mengungkap sepenuhnya kekeliruan yang terdapat dalam Buku Putih Mazhab Syiah. Sangat bisa dimaklumi karena ini adalah kritik bagian pertama. Oleh sebab itu, kritik lanjutan dari Amin Muchtar sangat diperlukan. Ini untuk memberi gambaran bahwa Buku Putih Mazhab Syiah memang mengandung kekeliruan-kekeliruan. Semoga Allāh Ta’ālā memberi daya dan upaya kepada Amin Muchtar untuk melanjutkan upaya ilmiah, yang memang diperlukan dalam pergulatan pemikiran.
By ADNIN ARMAS, M.A.
(Direktur Eksekutif INSISTS), dalam Kata Pengantar Buku Hitam dibalik Putih, Bantahan Terhadap Buku Putih Madzhab Syiah, hlm. 49-53

 

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}