Preloader logo

SIRAH NABAWIYYAH CERMIN KEMULIAAN

Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir, diutus untuk seluruh manusia dengan membawa risalah tauhid,  yaitu  agama Islam sebagai penyempurna beberapa risalah yang dibawa oleh  para utusan Allah sebelumnya. Risalah Nabi saw. berlaku  sepanjang zaman sampai hari  Qiamat nanti.

Sebagai penyempurna, berarti  risalah ini sangat sempurna dalam segala hal tiada celah kekurangan sedikitpun, baik dari isi maupun cara dan waktu turunnya. Berlaku sampai hari Qiamat, berarti ada jaminan  sistem penjagaannya  yang dipelihara Allah Swt. Hal ini harus tertancap kuat di hati kaum muslimin sampai tingkat keyakinan yang paripurna, tiada keraguan  sedikit pun hingga menghasilkan pola pikir hanya Islamlah agama yang benar, satu-satunya panduan kehidupan individu maupun kehidupan sosial, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi saw. dan para sahabatnya.

Pengetahuan tentang kesempurnaan Islam akan mengantarkan kita pada kekaguman. Dari kekaguman akan akan menjadi penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap Islam sebagai tuntunan hidup yang aplikatif sehingga memperkuat keimanan di dalam dada.

Salah satu cara yang bisa mengantarkan pengetahuan kita akan kesempurnaan Islam adalah mempelajari sejarah Islam yang di dalamnya tercakup  Sirah Nabawiyyah atau Sirah Rasulullah (perjalanan hidup kenabian atau Rasulullah)  yang selalu dijaga oleh Allah melalui dada dan pena para ulama dan orang-orang soleh.

Sirah Nabawiyyah berasal dua kata, yaitu (1) kata sirah, berasal dari kata سَارَ  يَسِيْرُ  سَيْرًا yang berarti berjalan atau perjalanan, dan (2) kata Nabawiyyah, yang berarti kenabian. Jadi kalimat Sirah Nabawiyyah atau Rasulullah itu bermakna: “Perjalan hidup kenabian atau Rasulullah.” Dulu kita mengenalnya dengan istilah Tarikh. Sekarang banyak penulis menggunakan istilah Sirah Nabawiyyah. Kajiannya beragam, biasanya tergantung dari latar belakang keilmuan penulisnya atau tergantung dari tujuan pembahasannya. Misalnya ada yang mengupas tentang kehidupan sosial, perekonomian, atau dari segi siyasah (politik). Semakin banyak versi penulisan sirah yang kita baca, akan semakin lengkap pengetahuan kita tentang kekayaan tata nilai kehidupan Rabbani yang mulia, yang bersumber dari kesempurnaan konsep tauhid dan syariat Islam.

Tatanan kehidupan Rabbani inilah yang menyertai Sirah Nabawiyyah dan para sahabat, sehingga keadilan, lapang dada, dan keikhlasan terwujud dalam kehidupan pribadi dan sosial mereka sehari-hari, jauh dari perbuatan zalim dan hasud kepada yang lainnya. Kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, bagaimana mereka dapat menyelesaikan konflik pribadi secara mengagumkan dan konflik sosial  secara tepat. Seperti yang tergambar ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar dengan cara mempesaudarakan mereka, sehingga dua kelompok manusia yang berbeda latar belakang sosial dan budayanya, bisa langsung berbaur tanpa konflik.  Hal ini menjadi pilar  persatuan umat Islam yang bagaikan satu tubuh sehingga memiliki kekuatan politik yang mulai diperhitungkan oleh musuh-musuh Islam.

Tiada manusia yang sempurna yang bisa dijadikan uswah hasanah atau keteladan, kecuali yang sudah ditunjuk oleh Allah Swt. di dalam Al-Quran (QS. Al-Ahzab: 21 dan QS. al-Mumtahanah: 4), yaitu Nabi Ibrahim As. yang menanamkam ajaran tauhid dan Nabi Muhammad saw. yang memiliki misi untuk mengembalikan kemurnian tauhid dan  menyampaikan syariat Islam yang sudah disempurnakan.

Mempelajari dan memahami sirah Nabi menjadi sangat  penting bagi kaum muslimin sebagai sumber kekuatan, di saat yang sama hal tersebut sangat ditakuti oleh  musuh-musuh Islam, karena sebagaimana diuraikan oleh Bapak Bambang Trimansyah dalam kata pengantar buku Api Sejarah Islam, jilid 2: ” …betapa dahsyatnya  sirah Nabi saw. dan apabila kaum muslimin mau meluangkan waktu untuk membaca dan mengkajinya, itu ibarat magnet yang dapat membangkitkan ghirah kemusliman mereka berkali-kali lipat. Melek sirah Nabi saw. menjadi alarm tanda bahaya bagi kaum kafir dan kaum sekuler karena mereka telah membuktikan kedahsyatan sebuah rasa cinta terhadap Allah dan Rasulullah saw. yang dapat meluluhlantakkan apa pun di dunia ini dengan jihad.”

Marilah kita mengambil peran untuk menjaga Sirah  Nabawiyyah dari tangan-tangan kotor yang hendak menghancurkan Islam dengan cara memutarbalikan makna dari ucapan dan perbuatan Nabi Saw. serta persetujuannya terhadap segala hal yang dilakukan oleh para sahabat.

 

Sumber: Buletin Humaira, edisi 5, Agustus 2015

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}