Perkembangan Syi’ah di Kabupaten Bandung
Perkembangan Syi’ah di Kabupaten Bandung tidak dapat dilepaskan dari peranan tokoh Syiah Indonesia, asal kota Bandung, Jalaludin Rakhmat. Pada mulanya, sepulang studi di Amerika Serikat, Jalal lebih terkenal sebagai seorang penceramah atau Da’i ketimbang sebagai seorang sarjana ilmu komunikasi, sehingga kegiatan ceramah jalal selalu mewarnai kegiatan-kegiatan keagamaan di kota Bandung.
Sekitar 1983-1985, Jalal aktif memberikan kuliah subuh di masjid Salman ITB. Kehadiran Jalal dengan membawa “visi baru Islam” dengan didukung kemampuan retorika yang sangat khas, menjadikan sosok Jalal adalah figure yang dipandang kompeten dalam melaksanakan dakwah di zaman yang sedang berkembang. Selain dipandang membawa pemahaman Islam yang lebih rasional dan membumi, Jalal juga dalam menyampaikan materi dakwahnya dipandang selalu lebih membela kepentingan masyarakat yang lemah di bidang ekonomi, pendidikan, dan politik atau kaum mustadl’afin.
Karena dalam kajiannya selalu mengusung pemikiran Syi’ah, Jalal diidentifikasi oleh MUI Kota Bandung sebagai corong Syi’ah. Maka pada tahun 1985 ia pun “diadili” oleh Majelis Ulama Kotamadya Bandung dengan “hukuman” dilarang berceramah di kota Bandung.
Larangan ceramah yang dikeluarkan oleh MUI kota Bandung ternyata tidak menghentikan langkah Jalal untuk tetap mempropagandakan ajaran Syi’ah. Meskipun setelah itu polanya lebih banyak menggunakan tulisan. Karena ketika ada larangan ceramah, Jalal lebih banyak waktu untuk menulis artikel dan buku. Sedangkan ceramah secara lisan lebih banyak disampaikan dalam pengajian sendiri yang diselenggarakan setiap Ahad jam 08.00 pagi sampai selesai di Masjid Al-Munawwarah, Jalan Kampus III A, Kebaktian – Kiaracondong, Bandung. Mayoritas jamaah pengajian itu mahasiswa berasal dari ITB dan Unpad.
Tak lama kemudian, undangan untuk ceramah pun datang dari Yayasan Paramadina milik Nurcholish Madjid di Jakarta. Jalal diminta untuk menjadi salah satu pengisi materi pada pengajian rutin yang diselenggarakan oleh Yayasan tersebut. Dan sejak itu Jalal malah laris ceramah di luar Bandung, dan ia pun memiliki akses dan “reputasi” nasional dan internasional.
Untuk pengembangan propagandanya, pada 3 Oktober 1998 bersama-sama Haidar Baqir, Agus Effendy, Ahmad Tafsir, dan Ahmad Muhajir, Jalal mendirikan Yayasan Muthahari. Yayasan ini didirikan dihadapan Notaris Wiratni Ahmadi, SH, dengan Akte Notaris Nomor : 16 Tanggal 3 Oktober 1988. Selanjutnya, Yayasan mendirikan pesantren mahasiswa pada tahun 1991 dan berubah menjadi SMA pada 1 Juli tahun 1992 dengan status terdaftar. Kini, pada usia 18 tahun, SMA (Plus) Muthahhari telah mengalami tiga kali proses akreditasi dan mencapai jenjang akreditasi disamakan. SMU Plus Muthahhari beralamat sama dengan Yayasannya, di Jalan Kampus II No. 13 – 18, Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Bandung.
Selain menyelenggarakan pendidikan SMU Plus Muthahhari yang dikelola secara komersial dengan biaya yang cukup mahal, Yayasan Muthahhari pun konon menawarkan pendidikan gratis untuk warga miskin melalui SMP Plus Muthahhari yang didirikan di kecamatan Rancaekek kabupaten Bandung pada tahun 2004. Obsesi Jalal yang lain ingin mendirikan SMP Muthahhari di seluruh pelosok tanah air sehingga anak-anak miskin tidak terputus aksesnya dari pendidikan. Mereka tidak bayar apapun, namun semua fasilitas disediakan dan mutu pendidikan yang diperolehnya konon tetap bermutu.
Setelah dipandang sukses membangun SMU Plus Muthahhari sebagai sekolah percontohan berbagai program di Kemendikbud, Jalal kemudian mendirikan sebuah Sekolah Dasar dengan nama Sekolah Cerdas Muthahhari (SCM) pada tanggal 11 Februari 2007 dan SMP Bahtera pada tanggal 12 Februari 2010 di Bandung yang “melengkapi” jenjang sekolah SMU yang sudah didirikan sebelumnya. Keduanya masih di bawah naungan Yayasan Muthahhari. SMP Bahtera beralamat di Jalan Arcamanik Endah No.107, Kecamatan Arcamanik, kota Bandung. Sementara SCM beralamat di Jalan Layar No. 17, Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung.
Selain mengembangkan lembaga pendidikan dasar menengah, Jalal bersama putranya (Miftah F Rakhmat) berencana akan mendirikan perguruan tinggi dan rumah sakit umum.
Dalam mempropagandakan Syi’ah, selain melalui sayap Yayasan dan lembaga pendidikan, Jalal pun mempropagandakan Syi’ah melalui sayap lain berupa lembaga social dengan nama Baitul ‘Amal Lisaana Shidqin. Lembaga ini bentukan PT. Inowa Prima Consult, Sekolah Cerdas Muthahhari, dan Yayasan Muthahhari. Ketiga lembaga ini, berikut seluruh civitas acakemica-nya diklaim ingin memberikan kontribusi kecil. Kegiatan yang sudah berjalan selama ini adalah memberikan santunan beasiswa bagi murid-murid yang membutuhkan, dan anak-anak yatim di sekitar kegiatan perusahaan dan sekolah.
Lembaga social ini dikelola oleh Jalaluddin Rakhmat, sebagai Penasehat, Miftah Fauzi Rakhmat, Lc. MA, sebagai Ketua, Dr. Joko T. Suroso, drs, SH., MH., MBA, sebagai Sekretaris sekaligus sebagai Direktur Utama PT. Inowa sejak tahun 2001. Joko ini orang penting Jalal di belakang layar dengan sederet jabatan penting dibeberapa perusahan yang diduga kuat sebagai pensuplai “amunisi” propaganda Syi’ah di Indonesia.
Saat ini Lisaana Shidqin mempunyai anak asuh sebanyak 238 (Dua Ratus Tiga Puluh Delapan) orang dengan rincian: beasiswa anak sekolah tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama sebanyak 211 anak dengan santunan masing-masing anak sebesar Rp. 25.000,00/bulan (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah per bulan) yang dibayarkan setiap 2 bulan sekali menjadi Rp. 50.000,00 (Lima Puluh Ribu Rupiah).
Lembaga ini beralamat di Jalan Jalan Flores 8, kota Bandung 40115 dan Jalan Layar 17, Arcamanik, kota Bandung.
Tidak berhenti di situ, untuk memperkuat gerakannya, Jalal pun membentuk sayap lain berupa ormas dengan nama Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI). IJABI didirikan tanggal 1 Juli 2000, dan kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia.
Dengan mengusung Visi: “Menampilkan gerakan intelektual yang mencerahkan pemikiran Islam dan pembelaan terhadap mustadh’afin” IJABI membuat program untuk pencerahan pemikiran Islam melalui sekolah bebas biaya dengan mendirikan SMP Plus Al-Mukkaromah, di desa Padasuka, kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
Sementara untuk pemberdayaan mustadh’afin IJABI menggolkan program:
- Mendirikan Klinik Ijabi di kecamatan Rancaekek. Peletakan batu pertama pembangunan klinik itu telah dimulai di bulan Maret 2014 dan beroperasi mulai bulan Agustus 2014.
- Meningkatkan kekuatan politik pengikut Ahlulbait as. melalui jalur legal formal. Program ini diawali dengan pencalegan para kader Jalal sejak tahun 2004, hingga akhirnya Jalal “turun gunung” di tahun 2014 melalui mesin politik PDIP.
Dengan demikian, dapat dimengerti jika Jalal terjun ke politik praktis bukanlah suatu kebetulan, karena jauh sebelumnya Jalal telah medesain kerangka politiknya dengan membangun koneksi–koneksi dari pusat sampai ke pelosok–pelosok daerah. Makanya sangat terasa efeknya saat Jalal menjadi peserta Pemilu, pola komunikasi dan strategi yang telah terbangun dengan lama sehingga sangat efektif saat momentum politik itu tiba. Dan endingnya pun Jalal melangkah ke kursi politik nasional, DPR RI.
By Tim Sigabah Waspada, sigabah.com