Jumat 17 Juli 2015, saat umat Islam memekikkan takbir kemenangan di Hari Idul Fitri, nun jauh di Tolikara, Papua, aksi kekerasan kembali terjadi. Seperti yang telah sama-sama kita pahami, pagi itu tak kurang dari 500 orang tak dikenal secara tiba-tiba melempari jamaah shalat Ied di halaman masjid Baitul Muttaqien Koramil setempat. Aparat hukum telah berupaya mengamankan situasi, namun aksi kekerasan semakin meluas eskalasinya. Akibatnya tak kurang dari 64 kios terbakar, serta masjid Baitul Mutaqin sebagai tempat ibadah bagi umat muslim setempat pun terkena rembetan jalaran api. Ratusan warga mengungsi, banyak di antaranya adalah perempuan dan balita.
Tragedi Tolikara yang pecah di Jumat pagi itu harus dipandang bukan sekadar sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, melainkan lebih jauh merupakan petaka terhadap kerukunan hidup beragama di Indonesia dan bara dalam sekam yang meneror keutuhan NKRI.
Dilandasi prinsip hidup muslim bahwa “orang-orang yang beriman itu ibarat satu tubuh. Jika satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit,” tragedi Tolikara dirasakan menjadi bagian dari penderitaan kaum muslim di seluruh Indonesia, tak terkecuali keluarga besar Persatuan Islam Persis.
Peserta aksi simpatik berkumpul di depan kantor PP Persis, Jl. Perintis Kemerdekaan No.2
Sehubungan dengan itu, Kamis (23/7/2015), ribuan orang yang tergabung dalam (Persis) mendatangi Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, untuk melakukan aksi simpatik terkait insiden Tolikara, Papua. Sebelum mendatangi Gedung Sate, massa melakukan aksi longmarch yang dimulai dari kantor PP Persis, Jl. Perintis Kemerdekaan No.2, menuju Jl. Wastukancana — Jl. Merdeka — Jl. Trunojoyo — Jl. Diponegoro, dan berakhir di depan Gedung Sate.
Peserta aksi simpatik Persis melintasi Jl. Trunojoyo
Selama longmarch, orator menyampaikan pernyataan sikap dari Persis. Persis, selain mengutuk kejadian di Tolikara, juga meminta media dan Polri mengusut kebenarannya. Selain itu, mendorong pemerintah segera menuntaskannya dengan mengungkap pelaku atau otak di balik terjadinya tragedi tersebut. Massa juga berhenti sejenak di beberapa titik, seperti Balai Kota, BIP dan Gedung DPRD Jawa Barat, untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada pemerintah. Tidak hanya demo, Persis Jabar juga mengumpulkan dana dari masyarakat untuk menolong muslim di Tolikora, Papua.
Orator menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPRD Prov Jabar, Jl. Dipenogoro.
Aksi simpatik tersebut diikuti oleh massa dari berbagai elemen yang ada di Persis, seperti Persis-Persistri, Pemuda-Pemudi Persis, dan Hima-Himi Persis. Aksi itu selain sebagai bentuk dukungan bagi umat Islam di Tolikara, juga merupakan bagian dari dakwah, amar ma’ruf nahi munkar.
Berbagai elemen Persis peserta aksi simpatik
Aksi Simpatik Persis dalam Liputan Media
Berbagai media (cetak dan online), mengangkat peristiwa aksi simpatik Persis itu dengan satu angel yang seragam: insiden atau tragedi Tolikara, Papua. Judul kemudian dibuat beragam. Beberapa di antaranya: Persis Jabar Gelar Longmarch Solidaritas untuk Muslim Tolikara (jabar.tribunnews.com), Persis Lakukan Aksi Damai di Depan Gedung Sate (jabar.tribunnews.com), Ratusan Keluarga Persis Jabar Menuntut Otak di Balik Insiden Tolikara Diusut Tuntas (news.detik.com), Ratusan Massa Persis Jabar Geruduk Gedung Sate Kutuk Insiden Tolikara (Bisnis.com), Persis Bandung Galang Dana untuk Tolikara (metrotvnews.com), Persis Kecam Kekerasan Terhadap Muslim Papua (pikiran-rakyat.com), Persis Kecam Aksi Pembakaran Masjid Tolikara (rmoljabar.com), Massa Persis Jabar Gelar Aksi Solidaritas untuk Umat Muslim di Tolikara (BandungNewsPhoto.com), PW Persis Jabar Kutuk Tragedi Tolikara (ayobandung.com). Sementara Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, mengangkat judul: Persis Jabar Aksi Demo Simpatik (jabarprov.go.id)
Format liputan aksi simpatik Persis di news.detik.com
Sementara dilihat dari jam tayang liputan aksi itu, sejauh pengetahuan kami, aksi simpatik Persis mulai “mengudara” pukul 10:30 di jabar.tribunnews.com dengan judul: “Persis Jabar Gelar Longmarch Solidaritas untuk Muslim Tolikara.” 40 menit kemudian (11:11 WIB), media itu menayangkan kembali dengan judul: “Persis Lakukan Aksi Damai di Depan Gedung Sate.” Menyusul news.detik.com (11:56 WIB) dengan judul: “Ratusan Keluarga Persis Jabar Menuntut Otak di Balik Insiden Tolikara Diusut Tuntas.”
Format liputan aksi simpatik Persis di jabar.tribunnews.com
Setelah sempat terjeda sekitar satu jam, liputan aksi simpatik Persis “mengudara” kembali pukul 13:26 WIB. Kali ini di Bisnis.com dengan judul: “Ratusan Massa Persis Jabar Geruduk Gedung Sate Kutuk Insiden Tolikara.” Tak disangka-sangka, 44 menit berikutnya (14:14 wib) metrotvnews.com menayangkan liputannya dengan judul: “Persis Bandung Galang Dana untuk Tolikara.” Disusul oleh pikiran-rakyat.com (14:28 WIB)—dalam “liputan iritnya” — dengan judul: “Persis Kecam Kekerasan Terhadap Muslim Papua.” 14 menit berikutnya (14:42 WIB), Rakyat Merdeka Jabar (rmoljabar.com) dengan judul: “Persis Kecam Aksi Pembakaran Masjid Tolikara.”
Format liputan aksi simpatik Persis di metrotvnews.com
Liputan aksi simpatik Persis kembali terjeda sekitar satu jam. Pukul 15:45 WIB, media online foto berita kota Bandung dan Jawa barat (BandungNewsPhoto.com) menayangkan liputannya dengan judul: “Massa Persis Jabar Gelar Aksi Solidaritas untuk Umat Muslim di Tolikara.”
Liputan aksi simpatik itu berakhir “di tangan” portal berita terkini seputar bandung dan persib (ayobandung.com) pukul 17:35 WIB, dengan judul: “PW Persis Jabar Kutuk Tragedi Tolikara.”
Sementara website resmi pemerintah provinsi Jawa Barat (jabarprov.go.id) tidak mencantumkan jam tayangnya.
Format liputan aksi simpatik Persis di BandungNewsPhoto.com
Meski liputan aksi simpatik Persis dalam berbagai media itu (cetak dan online) belum tentu mampu mengimbangi pemberitaan media arus utama yang semakin koruptif saat memberitakan isu keumatan pada umumnya, tragedi Tolikara, Papua pada khususnya, namun paling tidak dapat menjadi motivasi tersendiri bagi umat Islam di daerah lain dalam menunjukkan sikap kepedulian terhadap saudara seiman. Dan yang paling penting, tentu saja memberi kesempatan kepada “setiap butir tanah untuk menceritakan kepada Allah apa yang pernah terjadi di atas dirinya.” Wallaahu A’lam.
By Amin Muchtar & Tim Sigabah Publika, sigabah.com/beta