Sigabah.com – (Bandung). Pagi menuju siang di hari Ahad, 23 Agustus 2015, merupakan hari yang sangat istimewa bagi segenap calon insan cendekia, yang berkomitmen terhadap program kaderisasi ulama di pesantren Ibnu Hajar, komplek Pandanwangi, Bandung.
“Pengistimewaan” hari Ahad di tanggal itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, di hari itu sebanyak 57 calon santri, dari berbagai latar belakang pendidikan serta daerah berbeda, baik dalam maupun luar kota, begitu antusias mengikuti seleksi akademik program wajib bahasa Arab, untuk menentukan jenjang pendidikan yang akan dimulai pada awal September tahun ini. Sebelumnya, mereka disuguhi sajian atraktif KH. Drs. Wahyu As, tentang “Karakteristik umum Islam di Asia Tenggara” dalam kegiatan HadJi (Ahad Ngaji), di tempat yang sama, sejak pukul 07.15 hingga 09.00 WIB.
Tahapan seleksi akademik ini merupakan tahapan akhir dari serangkaian proses seleksi yang ditetapkan pihak Pesantren Ibnu Hajar. Sebelumnya, calon santri diwajibkan mengikuti wawancara untuk menggali motivasi dan komitmen mereka dalam mengikuti seluruh program pendidikan dan menaati setiap peraturan yang ditetapkan lembaga.
Salah seorang peserta, yang juga alumni salah satu pesantren Persis yang enggan disebutkan namanya, menuturkan situasi dan kondisi yang dialami “batinnya” saat proses seleksi akademik berlangsung. Menurutnya, total waktu yang tersedia sebanyak 4 jam, dibagi dalam 2 sesi, masing-masing 2 jam. Di sesi I, dia merasa dikejutkan dengan soal seleksi yang begitu fantastis, hebat, dan super. Dengan jumlah soal 121 buah, di mana soal No. 121 memiliki anak soal sebanyak 12 buah. Semua soal itu berupa men-syakali (memberi harakat) teks Arab “gundul” dan menerjemahkannya.
Sesi I berakhir dengan dikumandangkannya azan Zuhur. Setelah selesai shalat zuhur berjama’ah, para peserta pun istirahat sejenak sambil berdiskusi tentang “sifat soal” yang diujikan dalam seleksi ini. Diskusi ini dianggap penting, karena bagi mereka soal semacam ini merupakan soal terumit, terbanyak juga “termantap” yang pernah mereka hadapi. Setelah selesai istirahat, para peserta kembali masuk ke “medan juang”. Pada sesi II, para peserta sudah tidak “terlalu shock” karena dipandang “kenyang” dengan kekagetan di sesi I. Dengan itu, para peserta sudah bisa memprediksi dan “mengukur diri” hingga di mana batas kemampuan mereka mengerjakan soal dalam waktu 2 jam berikutnya. Tak terasa, waktu pun menunjukkan jam 15.00 WIB. Itu pertanda bahwa seleksi sudah selesai dan mereka, suka ataupun tidak suka, “penuh bersyakal” ataupun “tetap gundul”, harus mengumpulkan lembar jawaban pada pengawas.
Dengan berakhirnya seleksi ini, berarti seluruh rangkaian proses seleksi yang ditetapkan pesantren sudah selesai dilalui oleh para calon santri. Kini, mereka tinggal menunggu hasil seleksi, yang rencananya akan diumumkan pada 31 Agustus. Siapa yang nantinya bakal terjaring di level dasar atau tingkat 1 (al-mustawa al-awwal)? Seberapa banyak kuota level menengah atau tingkat 2 (al-mustawa al-tsani) akan terisi? Akankah kuota level mahir (al-mustawa al-tsalits) berbanding lurus dengan level persiapan (I’dad)? Kita nantikan saja pengumuman resminya pada tanggal 31 Agustus itu.
Semoga saja, niat, semangat dan perjuangan mereka dalam menuntut ilmu semakin memacu seluruh dewan asatidz dan pengurus pesantren Ibnu Hajar dalam upaya ngajeujeuhkeun (melayani dengan sepenuh hati) mereka sebagai bagian dari amanat Nabi saw.: “Marhaban bi washiyyati Rasuulillaah (selamat datang generasi yang diwasiatkan Rasulullah).”
Reporter Ibad Baharuddin, sigabah.com/beta