Sebagaimana telah kita yakini bahwa Al-Quran merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhamad saw. melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Allah Swt. berfirman:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. As-Syu’ara:192-195)
Sebagai kitab Allah, Al-Quran menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Posisi dan fungsi Al-Quran inilah yang senantiasa diapresiasikan oleh Nabi, melalui pengamalan dan pengajaran selama hidup di Mekah sekitar 13 tahun dan Madinah sekitar 10 tahun. [1]
Sehubungan dengan itu, kita perlu mengetahui tentang turunnya Al-Quran agar tidak lepas dari posisi dan fungsi Al-Quran tersebut.
Makna dan Proses Nuzulul Quran
Nuzulul Quran (Nuzuul Al-Quran) secara bahasa berarti turunnya Al-Quran. Kata Nuzuul merupakan mashdar (kata dasar) bagi kata nazala. Secara etimologis memiliki dua pengertian: Pertama, singgah atau menempati. Kedua, turun atau berjalan dari atas ke bawah. Kedua pengertian ini, menurut Syaikh Muhammad Abdul ‘Azhim Az-Zarqani, tidak tepat untuk diterapkan pada Al-Quran. Sebab, singgah, menempati atau turun itu hanya tepat digunakan untuk sesuatu yang bersifat material. Sedangkan Al-Quran tidaklah demikian.
Pakar ilmu Al-Quran itu memaknai kata Nuzuul secara majazi (konotatif), yaitu Al-I’laam (pemberitahuan). Jadi, Nuzuul Al-Quran berarti bahwa Allah swt. memberitahukan Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw. [2]
Sedangkan secara istilah, Nuzulul Quran, hemat kami, berarti keterangan tentang kronologis pemberitahuan Al-Quran kepada Nabi Muhamad saw.
Para ulama sepakat bahwa Nuzulul Quran itu terjadi dalam tiga tahap:
Pertama, turun ke Lawhul Mahfuzh, sebagaimana difirmankan Allah swt.:
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
“Bahkan yang mereka dustakan itu ialah Al-Quran yang mulia. Yang (tersimpan) dalam lauhul mahfuzh.” (QS. Al-Buruj:21-22)
Menurut zahir ayat di atas, pada tahap ini Al-Quran turun sekaligus. Di dalam Al-Quran dan sunah tidak diterangkan cara dan waktu turunnya Al-Quran itu ke Lawhul Mahfuzh. Berarti cara dan waktu turun pada tahap pertama ini hanya diketahui oleh Allah.
Kedua, turun dari Lawhul Mahfuzh ke Baitul Izzah fii samaid dunya (langit dunia), sebagaimana difirmankan Allah:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Quran pada lailatul kadar.” (QS. Al-Qadr:1)
Juga firman-Nya:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.” (QS. Ad-Dukhan:3)
Lailah al-Qadr sebagai malam diberkahi (lailah mubaarakah) terdapat pada bulan Ramadhan, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنْ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan yang Al-Quran diturunkan padanya sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah:185)
Dari ketiga ayat ini dapat diambil petunjuk bahwa Al-Quran itu turun sekaligus pada satu malam di bulan Ramadhan. Malam itu disebut Lailatul Qadar yang disifati dengan Lailah Mubaarakah (malam yang diberkahi).
Dengan demikian, turun yang dimaksud pada ayat-ayat ini adalah dari lawhul mahfuzh ke langit dunia secara menyeluruh, bukan turun kepada Nabi saw. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh sahabat Rasul bernama Abdullah bin Abbas:
أُنْزِلَ الْقُرْآن جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْزِلَ بَعْد ذَلِكَ فِي عِشْرِينَ سَنَةً قَالَ : {وَلاَ يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلاَّ جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا} وَقَرَأَ ( وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلاً )
“Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatul Qadar, kemudian setelah itu diturunkan (kepada Rasul) pada masa 20 tahun. Allah berfirman: ‘Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.’ (QS. Al-Furqan: 33) Dan ia membaca ayat wa quranan faraqnahu…(QS. Al-Isra:106).” HR. An-Nasai. [3]
Dalam riwayat lain dengan redaksi:
أُنْزِلَ الْقُرْآنُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا ، وَكَانَ بِمَوْقِعِ النُّجُومِ وَكَانَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُنْزِلُهُ عَلَى رَسُولِهِ -صلى الله عليه وسلم- بَعْضَهُ فِى إِثْرِ بَعْضٍ.فَقَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَقَالُوا (لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاَ)
“Al-Quran diturunkan pada Lailatul Qadar sekaligus ke langit dunia, dan itu sesuai dengan masa turunnya bagian-bagian bintang, dan Allah ‘Azza wajalla menurunkannya kepada Rasul-Nya sebagian demi sebagian. Maka Allah ‘Azza wajalla berfirman, “Dan mereka mengatakan, ‘Lawlaa nuzzila ‘alaihil Quraanu… (QS. Al-Furqan:32).” HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim.[4]
Dalam riwayat lain dijelaskan:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما أَنَّهُ سَأَلَهُ عَطِيَّةُ بْنُ الاَسْوَدِ قَالَ: أَوَقَعَ فِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى – شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ وَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍ وَذِي القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِي المُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُ أُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ عَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ.
Dari Ibnu Abas Ra., bahwa ia pernah ditanya oleh Athiyah bin Al-Aswad, ia berkata, ”Aku ragu-ragu tentang firman Allah ta’ala, ‘Syahru Ramadhaanalladzii unzila fihil Quraanu’ dan Firman-Nya, ‘Innaa anzaalnahu fii lailatil qadri.’ Apakah turunnya itu pada bulan Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam, Shafar, dan Ar-rabi’?” Ibnu Abbas menjawab, ”Bahwa Al-Quran itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam Lailah Al-Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa turunnya bagian-bagian bintang secara berangsur pada beberapa bulan dan hari.” HR. Al-Baihaqi. [5]
Ketiga, turun kepada Nabi saw.
Pada tahap ini Al-Quran turun kepada Nabi saw. secara berangsur-angsur selama dua periode kerasulan beliau:
Pertama, ketika hidup di Mekah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, terhitung sejak tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi atau bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, hingga 1 Rabi’ul Awwal tahun ke-54 dari tahun kelahirannya. Pada periode ini turun 86 surat atau sekitar 4.780 ayat, dan turunnya bukan hanya di bulan Ramadhan.
Kedua, ketika hidup di Madinah setelah hijrah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung semenjak hijrah ke Madinah sampai tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-63 dari tahun kelahirannya. Pada periode ini turun 28 surat atau sekitar 1.456 ayat, dan turunnya bukan hanya dibulan Ramadhan. Dalam hal ini, Ibnu Abbas menjelaskan:
بُعِثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَرْبَعِينَ سَنَةً فَمَكُثَ بِمَكَّةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ سَنَةً يُوحَى إِلَيْهِ ثُمَّ أُمِرَ بِالْهِجْرَةِ فَهَاجَرَ عَشْرَ سِنِينَ وَمَاتَ وَهُوَ ابْنُ ثَلَاثٍ وَسِتِّينَ
“Rasulullah saw. diutus sebagai Rasul saat beliau berusia empat puluh tahun, beliau tinggal di Makkah selama tiga belas tahun menerima wahyu, kemudian beliau diperintahkan untuk berhijrah, Maka beliau berhijrah dan (menetap di Madinah) selama sepuluh tahun hingga beliau wafat ketika berusia enam puluh tiga tahun.” HR. Al-Bukhari. [6]
Dari berbagai keterangan tersebut tampak jelas bagi kita bahwa Al-Quran itu turun kepada Nabi Muhamad melalui tahapan-tahapan, tidak secara sekaligus. Pada tahap pertama turun dari Allah ke Lawhul Mahfuzh. Kedua, turun dari Lawhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia, dan ketiga turun kepada Nabi secara bertahap kurang lebih selama 23 tahun.
Hikmah Turun Alquran Kepada Nabi Secara Bertahap
Penurunan Alquran secara bertahap kepada Nabi Muhammad saw. tentu bukan suatu kebetulan atau karena ketidaksengajaan. Para ulama telah berupaya menyingkap hikmah dibalik penurunan Alquran secara berangsur-angsur itu, di antaranya:
Pertama, untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW dengan cara mengingatkannya terus-menerus.
Kedua, lebih mudah dimengerti dan diamalkan oleh pengikut-pengikut Rasulullah saw,
Ketiga, di antara ayat-ayat itu ada yang merupakan jawaban atau penjelasan dari suatu pertanyaan atau masalah yang diajukan kepada Nabi SAW sesuai dengan keperluan,
Keempat, hukum-hukum Allah yang terkandung didalamnya mudah diterapkan secara bertahap, Kelima, memudahkan penghafalan. [7]
By Amin Muchtar, sigabah.com/beta
[1]Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca keterangan Imam Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan fii ‘Ulum al-Qur’an, I:232.
[2]Lihat, Manahil al-‘Irfan fii ‘Ulum al-Qur’aan, I:30-31.
[3]Lihat, As-Sunan Al-Kubra, VI:421, No. hadis 11.372.
[4]Lihat, HR. Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra, IV: 306, No. hadis 8304; Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘Alas Shahihain, II:578, No. hadis 3958.
[5]Lihat, Al-Asmaa was Shifaat, II:35, No. hadis 487.
[6]Lihat, Shahih Al-Bukhari, III:1416, No. hadis 3689.
[7]Lebih lanjut silahkan dibaca penjelasan Syekh Manna’ul Qathan dalam kitab Mabaahits fii ‘Ulum al-Qur’an: 107-116.
That’s a shrewd answer to a tricky quetison