Preloader logo

Ribuan Masa Persis Cianjur Desak Pemerintah Terbitkan Perda Penolakan dan Karantina LGBT di Cianjur

Ribuan massa dari Keluarga Besar Persatuan Islam (Persis) dan Badan Otonom Kab Cianjur, juga para santri pesantren Persis 04 Cianjur Jawa Barat, bersatu melakukan aksi penolakan terhadap prilaku LGBT.

Kegiatan ini sebagai reaksi terkait maraknya akun facebook dan grup WhatsApp yang jumlahnya banyak dan anggotanya ribuan,” ujar kordinator lapangan dan penggagas aksi dari Pemuda Persatuan Islam Agung Rijaludin di sela-sela aksi longmarch dari halaman Pesantren Persatuan Islam 04 Cianjur ke Gedung DPRD Kab Cianjur, pada Selasa (23/10).

Agung menegaskan, tingginya data dari KPA (Komisi penanggulangan Aids) Kab. Cianjur dari tahun 2017 sampai tahun 2018 Jumlah LGBT itu meningkat skitar 40% dari yang berjumlah 2.000 menjadi 4.800 penderita.

“Di tambah data dari media cetak Radar Cianjur memberitakan bahwa ada dari Cianjur yang ikut dalam Kontes Gay Nasional”, ucap Agung yang juga Ketua PC Pemuda Persis Cianjur kepada persis.or.id.

Hal ini sangat mencoreng nama baik umat Islam Cianjur dan tentu bersebrangan dengan slogan Cianjur sebagai kota santri, Cianjur lebih maju dan agamis yang menjadi visi misi pemda Cianjur.

Dia pun menegaskan bahwa perilaku dan data ini yang sangat mengkhawatirkan bagi kami umat islam khususnya jamiyyah Persis Cianjur.

Agung menjelaskan tujuan dari digelarnya aksi ini adalah untuk mendesak Pemda Cianjur supaya menyikapi serius tentang penyakit masyarakat LGBT yang ada di Kab Cianjur dengan menerbitkan Perda atau Perbup larangan LGBT di Cianjur.

Saran Agung kepada Pemerintah Daerah untuk membuat seperti karantina untuk para pengidap penyakit LGBT, “Insya Allah Persatuan Islam khususnya Pemuda Persis Cianjur akan turut membantu memberikan pencerahan dari sisi agama”, kata Agung. (HL/JJ)

Sebarkan Tulisan ini

sigabah.com | persis.or.id

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}