Preloader logo

REVOLUSI MENTAL ATAUKAH…?

gg5Selasa (25/8/2015), saat kondisi kesehatan belum benar-benar pulih, saya dikasih kabar oleh crew sigabah.com, bahwa situs revolusi mental dengan alamat www.revolusimental.go.id. yang diluncurkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, pada Senin (24/8/2015), tidak bisa diakses.

Crew, yang rata-rata baru lulusan SMK dan pesantren itu, meminta agar saya merespon “kasus Revolusi Mental” itu di Kolom Amin Muchtar, lapak refleksi mingguan saya.

Ketika itu saya katakan kepada mereka, bahwa selain saya masih kurang sehat juga lebih baik kalian fokus saja pada persiapan tugas khusus untuk membantu tim Sigabah Publika dalam meliput sidang Dewan Hisbah PP Persis,  yang akan digelar besok, Rabu, dan Kamis (26-27/8/2015), di Gedung Haji Qornul Manazil kompleks Pesantren Persis 84 Ciganitri Bandung. Waktu itu, Saya katakan pula kepada mereka, jika Sabtu nanti (29/8/2015) saya sudah agak pulih, insya Allah, saya akan sempatkan curat-coret tentang itu.

Alhamdulillah, crew sigabah.com dan tim Sigabah Publika berhasil meliput sidang Dewan Hisbah yang digelar selama dua hari itu, serta menayangkan berbagai keputusannya secara serial, meski dalam format sederhana. Pada hari ini, dua tema terakhir sidang itu selesai ditayangkan sesuai target waktu. Saya hanya bisa berharap, semoga setiap butir “tanah maya” ini  akan melaporkan kepada Allah tentang amal apa yang pernah diperbuat di atas dirinya oleh crew sigabah.com dan tim Sigabah Publika.

Kembali kepada persoalan Revolusi Situs, eeh salah, situs “Revolusi Mental”. Sebagaimana kita ketahui, bahwa launching situs tersebut tidak lepas dari pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dilakukan Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Gerakan ini juga menjadi visi dan misi dari Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla saat pemilihan presiden (pilpres) lalu.

Laman yang menggunakan domain pemerintah (go.id) tersebut, ditujukan untuk rakyat agar bisa mengetahui informasi terkini tentang pemerintah dan berkontribusi langsung dalam gerakan revolusi mental. Kementerian bertugas mengkoordinasi gerakan nasional itu.

Berikut tampilan situs “Revolusi Mental” sebelum alami gangguan:

gg4

Screenshot revolusimental.go.id sebelum alami gangguan 

Pasca diluncurkan oleh Menteri Koordinator PMK, pada Senin (24/8/2015), situs Revolusi Mental berharga mahal itu tidak bisa diakses. Saat dikunjungi pada website tersebut hanya terdapat tulisan “Resource Limit Is Reached.”

Berikut tampilan situs “Revolusi Mental”, sehari setelah alami gangguan:

gg3

Screenshot revolusimental.go.id setelah alami gangguan

Selasa (25/8), setelah dikabari crew sigabah.com, saya sambil berbaring, coba akses situs tersebut, ternyata tidak bisa diakses. Situs tersebut hanya menampilkan halaman awal dengan keterangan “..Kami akan bekerja keras untuk memperbaikinya agar menjadi lebih baik. Mari bersama-sama melakukannya..”

Berikut tampilan situs “Revolusi Mental” setelah alami gangguan:

gg2

Screenshot revolusimental.go.id setelah alami gangguan (Rabu, 26/8)

Jumat (28/8/2015), saya coba akses kembali situs tersebut, ternyata tetap saja tidak bisa diakses. Situs tersebut hanya menampilkan halaman awal seperti hari-hari sebelumnya. Hari ini (29/8/2015) sebelum refleksi mingguan saya tayang, meski masih terbaring lemas, saya coba cek kembali situs itu ternyata masih belum normal, belum tampak “tanda-tanda kehidupan” di sana.

Berikut tampilan situs “Revolusi Mental” pada Jumat-Sabtu (28-29/8/2015), setelah alami gangguan:

gg

 

Sambil menunggu “kabar gembira” dari pihak terkait, mari kita pertajam kalimat: “Kenapa dibilang mahal.” Karena dana yang dianggarkan ratusan juta, bahkan beredar isu hingga ratusan milyar rupiah. “Wuiiih gila ya website seperti itu anggarannya fantastis,” komentar salah seorang teman netizen dunia maya.

Melalui forum Kaskus, para netizen pun mengkritik situs yang dibilang mahal itu. Beberapa netizen pun sempat menyelidiki status registrasi dari website Revolusi Mental dan mendapatkan bahwa situs tersebut menggunakan jasa penyedia hosting lokal dan bukan menggunakan server pemerintah.

Selain itu, netizen juga menduga bahwa content management system (CMS) menggunakan wordpress yang gratisan. Hari gini orang Indonesia sudah pintar ngeblog jadi pada tahu mana gratisan mana yang berbayar. Salah seorang anggota tim admin sigabah.com, berseloroh: “Masa situs pemerintah selevel dengan warung sigabah.com yang pakai wordpress gratisan.”Huus jangan ngomong semmbarangan, ntar kualat,” timpal anggota yang lain.

Selain masalah hosting dan CMS, netizen juga banyak yang mempermasalahkan tampilan situs Revolusi Mental tersebut karena memiliki template yang sangat mirip dengan situs Obama. Beberapa netizen juga sempat menemukan bahwa kode yang digunakan pada situs Revolusi Mental merupakan hasil jiplakan dari situs Barack Obama.

Menurut konsultan sigabah.com, biaya pembuatan website biasanya tidak mencapai miliaran, bahkan jika dikelola secara profesional. Komponen yang membutuhkan pendanaan dalam sebuah website terdiri dari registrasi domain, biaya hosting, desain, sampai biaya maintenance. Jika website dikerjakan secara profesional dengan estimasi sewa server atau hosting selama satu tahun, kita ambil angka maksimal saja totalnya hanya sekitar Rp. 210 juta. Menurutnya, biaya paling mahal adalah jika sebuah website menggunakan server sendiri dan jaringan penyedia internet (ISP). Untuk komponen itu saja biayanya sekitar Rp. 110 jutaan untuk estimasi per tahun. Rinciannya, selain biaya pembelian satu server juga langganan internet ke ISP.

Seperti diketahui bahwa situs Revolusi Mental yang didirikan Kementerian yang digawangi Puan Maharani ini menggunakan hosting milik Indosat Mega Media (IM2) dan hanya berlangganan domain selama satu tahun.

Apa yang dialami situs Revolusi Mental dapat terhayati oleh crew sigabah.com, saat situs kami mengalami hal yang sama, Rabu (2/6/2015). Meski demikian, efek yang didapat tentu saja akan berbeda, karena level atau kelasnya pun berbeda.

Laman Revolusi Mental dibuat pihak kompeten, sebagaimana dinyatakan Humas Kemenko PMK, dan dibiayai ratusan juta, bahkan milirian rupiah, oleh rakyat melalui anggaran Negara. Maka wajar saja jika menuai kritik dari rakyat  saat website tersebut tidak bisa diakses. Karena, apa yang mereka dapatkan mungkin sedikit kekecewaan dengan program ratusan miliaran tersebut.

Sementara sigabah.com, hanyalah sebuah “lapak atau warung” sederhana. Diurus hanya oleh anak-anak baru kemarin sore, yang rata-rata baru lulusan SMK dan pesantren. Didanai oleh beberapa hamba Allah yang punya visi hidup: “Akhirat lebih baik daripada dunia.” Karena itu, saat diretas, dan normal kembali setelah 3 hari, sigabah.com mendapatkan berkah, seperti harapan yang terselip dalam obrolan sersan (serius tapi santai) tim admin, yang memang sudah kocak dari sonohnya: “Alhamdulillah, kini warung sigabah.com mulai menarik perhatian orang.” “Kena musibah koq Alhamdulillah,” timpal anggota yang lain. “Ya iyah donk, mana mungkin hacker luar Nagreg, eh salah, luar negeri mau iseng pada website ‘yang datar-datar saja’. Balas Si Kocak, tak mau kalah.

Demikian refleksi mingguan saya terhadap kondisi situs Revolusi Mental, yang menggunakan fasilitas hosting tidak memadai serta kualitas platform-nya yang konon abal-abal itu. Semoga saja program website ini tidak menjadikan Revolusi Mental sebagai program “Revolusi Duit”, seperti dikhawatirkan banyak kalangan. 🙂

 

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta

 

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}