Preloader logo

PERAN SERTA IBNU HAJAR DALAM SYIAR ALLAH

Sigabah.com – (Bandung). Senin 10 Dzulhijjah 1437 H/12 September 2016, jam tangan tepat menunjukan pukul 08.00 WIB. Pagi itu merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Pesantren Ibnu Hajar khususnya, warga di daerah sekitar komplek Pandanwangi, Ciwastra, Bandung serta masyarakat di berbagai daerah sebagai mustahiq pada umumnya.

satu

Alhamdulillah dengan mengucapkan Bismillaah Allaahu Akbar, hewan kurban sebanyak 4 ekor sapi yang diamanatkan para Qurbani kepada Pesantren Ibnu Hajar berhasil disembelih satu demi satu, dan dapat dikelola dengan baik dan lancar serta terdistribusi bukan hanya kepada warga sekitar, namun juga tersebar ke berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat. Sementara 1 saham Qurbani dibelikan seekor domba dan dikelola oleh panitia lokal PC Persis Caringin di daerah Ranca Buaya, perbatasan Garut-Cianjur dalam program tebar kurban Pesantren Ibnu Hajar. Sebelum penyembelihan kurban dilaksanakan, Pesantren Ibnu Hajar juga menyelenggarakan shalat Iedul Adha perdana di area Pendopo Pesantren pada pukul 06.15 WIB.

dua

Kesejarahan kurban Pesantren Ibnu Hajar tahun ini, bukan tanpa alasan,  karena berhubung dengan berbagai hal:

Pertama, Kurban perdana ini dapat terselenggara pada saat-saat akhir Pesantren Ibnu Hajar terdesak kebutuhan sarana yang representative untuk parkir jamaah pengajian, Asrama santri, dan ruang belajar tambahan sehubungan dengan penambahan santri baru pada tahun pelajaran II (2016-2017) sebanyak 30 orang. Dengan kuasa Alllah, Pesantren Ibnu Hajar mendapatkan dana hibah dari umat untuk memiliki bangunan dan tanah seluas 920 m2. Di area inilah hewan kurban amanat Qurbani dapat dikelola dengan penuh tanggung jawab oleh jajaran Panitia Qurban Pesantren Ibnu Hajar 1437 H/2016 M.

tiga

Kedua, kurban di tempat itu diawaki oleh para santri minim pengalaman, di bawah komando Ustadz Ridwan Yudia Rahman, tanpa didampingi para sesepuh yang kaya pengalaman “di dunia” kurban. Dalam menjalankan tugasnya, Ustadz Ridwan melibatkan 87 personil panitia yang terbagi dalam 13 unit kerja teknis.

empat

Ketiga, pengadaan hewan kurban bersinergi dengan “komandan baru” panitia kurban Maleer V, Ustadz Aulia Ul Hakim, tanpa “modal awal” uang sepeser pun, sehingga “neang kandang”, nego sapi hanya ber-DP-kan kepercayaan dari para peternak yang telah dipelihara oleh pini sepuh, Persis Maleer V sejak beberapa tahun yang lalu. Karena kepercayaan itulah, booking sapi “tanpa uang” tersebut hanya mampu di kisaran angka 10 ekor sapi: 3 ekor untuk Pesantren Ibnu Hajar, 7 ekor untuk Maleer V, dengan merujuk rekam jejak para Qurbani di tahun-tahun sebelumnya.

lima

Dua minggu jelang Iedul Adha tiba, saham kurbani baru diperoleh untuk 4 ekor, dari 10 sapi yang telah dibooking. Kondisi ini tentu saja membuat panitia sport jantung, deg-degan. Kekhawatiran itu bukan semata-mata “gagal bayar” dan raut muka kecewa para mustahiq, yang menerima daging tidak sesuai harapan, namun juga syiar Allah di bulan mulia penuh keutamaan ini tidak dapat diraih secara maksimal.

Di saat panitia pasrah total kepada Allah atas keterbatasan usaha mereka dalam menggapai harapan 10 ekor sapi, Allah Swt. ternyata punya “kebijakan” lain yang tidak dapat dipahami oleh pikiran dan tak terjangkau oleh kecerdasan panitia. Bukan saja 10 ekor tergapai, malahan hingga mencapai 11 ekor: 4 ekor untuk Pesantren Ibnu Hajar, 7 ekor untuk Maleer V, dengan hasil keluaran (daging dan ganting) di luar perkiraan, Subhaanallaah.

enam

Keempat, penyembelihan dan pengelolaan 4 ekor sapi itu sendiri relative berjalan lancar hingga berakhir pada pukul 14.00 WIB. Selepas Dzuhur hak Qurbani sudah terdistribusi dengan baik. Menjelang Ashar hak warga mulai didistribusi. Lepas Ashar tebar ganting ke berbagai daerah kota dan kabupaten di Jawa Barat dapat dilakukan via santri dan asatidzah sesuai domisili masing-masing, meliputi Garut, Jatinangor, Cimahi, Arjasari, Margaasih, Soreang, Ciwidey, Baleendah, Cangkuang, Pangalengan, Lembang, Sapan-Majalaya, Cikalong Wetan, dan Cianjur.

 tujuh

Kelima, pada Qurban perdana ini, dari 4 ekor sapi dihasilkan karkas (bobot tulang-daging) 788.5 Kg, dengan berat terendah 139 Kg, dan tertinggi 240 Kg. Sementara total bobot daging murni sebanyak 783.2 kg , dengan berat terendah 148.8 Kg (372 ganting), dan tertinggi 254 Kg (635 ganting). Jadi, total ganting yang dihasilkan sebanyak 1958, dengan pos mustahiq meliputi: Qurbani 28 orang (55 kg + 563 ganting), Asatidzah Pesantren 100 ganting, warga sekitar 288 ganting, masyarakat di berbagai daerah sebagai sasaran dakwah Ibnu Hajar 696 ganting, dan panitia 174 ganting. Jumlah ini melampaui target semula yang diestimasi sebanyak 1668 ganting.

delapan

Nilai Hakiki Pelaksanaan Qurban Pesantern Ibnu Hajar

Peristiwa Qurban tahun 1437 H/2016 M, semakin mempertebal keyakinan panitia dan jajaran Pengurus Pesantren Ibnu Hajar, bahwa keberhasilan pengelolaan Qurban perdana ini bukan semata kehebatan panitia, bahkan bisa jadi saham “sukses” panitia hanya sedikit, karena dibalik itu terdapat saham amal shaleh luar biasa yang telah didepositkan oleh para guru dan orang tua yang dengan telaten membina asatidzah dan jajaran pengurus Pesantren dalam waktu yang cukup lama, serta dukungan amal shaleh seluruh jamaah yang tetap setia mendukung setiap gerak langkah program dakwah dan pendidikan Pesantren Ibnu Hajar.

sembilan

Panitia yakin, “tinta emas” mereka merupakan mata rantai shadaqah jariah Nabi Ibrahim As., yang termanifestasi dalam doa beliau:

وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ

Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.”QS.Asy-Syu’ara:84

Semoga saja, kepercayaan Qurbani kepada Pesantren Ibnu Hajar tetap dapat terpelihara agar menjadi bara api membara dalam kaderisasi ulama dan para penegak panji izzul Islam wal Muslimin pada masa mendatang.

By Sie Dokumentasi Panitia Qurban Pesantren Ibnu Hajar, sigabah.com/beta

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}