Preloader logo

MAHKOTA SUNNAH (01): SHAHIH AL-BUKHARI (Bagian Ke-19)

Distribusi Shahih Al-Bukhari (01)

Antusiasme untuk sima’ (belajar) Shahih al-Bukhari secara  langsung dari Imam al-Bukhari sudah terlihat sejak generasi pertama murid Imam al-Bukhari. Menurut penuturan salah seorang murid al-Bukhari, yang terkenal dengan sebutan al-Firabri, sebanyak 90 ribu orang.[1] Namun periwayatan dari murid sebanyak itu hanya sebagian kecil yang sampai kepada generasi berikutnya. Menurut Ibn Hajar al-Asqalani[2], melalui periwayatan empat orang muridnya sebagai “tangan kedua”, yaitu:

Pertama, Abu Abdullah Muhamad bin Yusuf bin Mathr bin Shalih bin Bisyr al-Firabri (berasal  dari Firabra[3], lahir 231 H/828 M dan wafat pada 320 H/932 M[4]). Ia menerima Shahih al-Bukhari secara langsung dari Imam al-Bukhari sebanyak dua kali. Pertama, di kota Firabra tahun 248 H/862 M. Kedua, di kota Bukhara tahun 252 H/866 M. Al-Firabri merupakan washilah (perantara) kaum muslimin kepada Rasulullah saw. melalui kitab Shahih al-Bukhari.[5]

Kedua, Ibrahim bin Ma’qil bin al-Hajjaj al-Nasafi (berasal  dari Nasaf[6], wafat pada 294 H./906 M.[7]). Ia kehilangan beberapa fragmen (bagian) autograf (naskah asli tulisan tangan) Shahih al-Bukhari yang diterimanya dari Imam al-Bukhari secara ijazah (rekomendasi).

Ketiga, Hammad bin Syakir al-Nasawi (berasal  dari Nasa[8], wafat pada 311 H/923 M.[9]). Ia juga kehilangan beberapa fragmen autograf Shahih al-Bukhari yang diterimanya dari Imam al-Bukhari.

Keempat, Abu Thalhah Manshur bin Muhamad bin Ali Qarinah al-Bazdawi (berasal dari Bazdah[10], wafat pada 329 H/940 M.[11]). Ia murid terakhir yang menerima Shahih al-Bukhari dari Imam al-Bukhari.

Setelah al-Bazdawi, terdapat orang lain yang menerima pula dari Imam al-Bukhari, yaitu al-Husain bin Ismail al-Mahamili (235 – 330 H/849-941 M).[12] Akan tetapi ia tidak memiliki salinan autograf Shahih al-Bukhari. Ia hanya menerimanya secara imla (dikte) di Bagdad pada hari terakhir Imam al-Bukhari di kota itu. Sehubungan dengan itu, Ibn Hajar menegaskan bahwa orang yang meriwayatkan Shahih al-Bukhari melalui jalur al-Mahamili ini telah melakukan kekeliruan yang fatal.[13]

 

Jalur Distribusi 1: Autograf Shahih al-Bukhari Versi al-Firabri

Salinan autograf Shahih al-Bukhari versi al-Firabri beredar melalui periwayatan sembilan muridnya sebagai “tangan ketiga” berikut ini:

 

[1] Abu Nashr Ahmad bin Muhamad al-Akhsaikati al-Bukhari (Berasal  dari Bukhara[14], wafat pada 378 H/988 M),

[2] Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad al-Mustamli (berasal  dari Balkha/Balkh[15], wafat pada 376 H/986 M.[16]),

[3] Abu Ali Muhamad bin Umar bin Syabbuwaih al-Marwuzi (berasal  dari Marwurudzi[17], wafat pada 470 H/1077 M). Menurut Ibn al-Atsir, namanya Ahmad bin Umar,[18]

[4] Abu al-Haitsam Muhamad bin Maki al-Kusymihani (berasal  dari Kusymihan[19], wafat pada 389 H/998 M[20]),

[5] Abu Muhamad Abdullah bin Ahmad bin Hamawaih bin Yusuf al-Hamawi al-Sarkhasi (berasal  dari Sarkhas/Serakhs [21], lahir 293 H/905 M dan wafat pada 381 H/991[22]),

[6] Abu Ali Said bin Usman bin Said bin al-Sakan (berasal  dari Baghdad[23], lahir 294 H/906 M dan wafat pada 353 H/964 M[24]),

[7] Abu Zaid Muhamad bin Ahmad al-Marwuzi (berasal  dari Marwurudzi[25], lahir 301 H/913 M dan wafat pada 371/981 H). Ia menerima Shahih al-Bukhari dari al-Firabri pada tahun 316 H/928 M,[26]

[8] Abu Ahmad Muhamad bin Muhamad bin Yusuf al-Jurjani (berasal  dari Jurjan[27], wafat pada 373 H/983 M[28]),

[9] Abu Ali Ismail bin Muhamad bin Ahamd bin Hajib al-Kusyani (berasal  dari Kusyaniah[29], wafat pada 391 H/1000 M[30]).

Gambaran mengenai jalur distribusi Shahih al-Bukhari melalui para murid al-Firabri dapat dilihat pada gambar 1.

 
Gambar 1. Jalur Distribusi Autograf Shahih al-Bukhari

Untitled

 

By Amin Muchtar, sigabah.com

 

[1]Al-Firabri berkata, “Ada 90 ribu orang yang menerima kitab Shahih al-Bukhari, namun tidak ada  seorang pun yang tersisa dari mereka, yang meriwayatkannya selain aku”. (Lihat, al-Asqalani, op.cit., hal. 679; al-Qashthalani, op.cit., I:56)

[2]Lihat, Fath al-Bari, Dar el-Fikr,1996, I:8.

[3]Lihat No. 16

[4]Lihat, Ibn al-Amad al-Hanbali, Syadzarat al-Dzahab fi Akhbar Man Dzahab, Dar Ihya al-Turats al-Arabi, Beirut, t.t., juz II, hal. 386; Ibn al-Atsir, op.cit. II:168; Dr. Said, op.cit., I:548;  Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal.798

[5]Lihat, Dr. Said, op.cit., I:545-546

[6]Daerah di tepi sungai Jaihun (Amu Darya), dan disebut pula Nakhsyab (lihat, Ibn al-Atsir, op. cit., II:396)

[7]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit., juz II, hal. 686; Al-Suyuthi, op.cit., hal. 302; Ibn al-Amad, op.cit. juz II, hal. 218.

[8]Daerah lama di Khurasan, antara kota Sarkhas/Serakhs dan Marwa/Mary (Turkmenistan). (lihat, Lois Ma’luf, op.cit., hal. 573)

[9]Lihat, Fath al-Bari, op.cit., I:8

[10]Benteng kokoh yang jaraknya 6 farsakh (48 km) dari Nasaf (Lihat, Ibn al-Atsir, op.cit., I:102)

[11]Lihat, Fath al-Bari, op.cit., I:8; al-Dzahabi, op.cit. XV:279-280; Ibn Hajar, Lisan al-Mizan, Muassasah al-A’lami li al-Mathbu’at, Beirut, 1986, VI:100

[12]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit. juz III, hal. 824-825; Al-Suyuthi, op.cit., hal. 345; Al-Bagdadi, op.cit., VII:19.

[13]Lihat, Fath al-Bari, op.cit, I:8

[14]Lihat No. 26

[15]Kota lama di Afganistan barat (lihat, Ibn al-Atsirop.cit., I:136)

[16]Lihat, Ibn al-Atsir, loc.cit.; Ibn al-Amad, op.cit., juz III, hal. 86; Dr. Said, op.cit. I:339.

[17]Kota di wilayah Khurasan Iran (Lihat, Ibn al-Atsir, op.cit. II:321)

[18]Lihat, al-Lubab, op.cit. II:11

[19]Salah satu desa di kota Marwa/Mary, Turkmenistan, dan sekarang sudah hancur (Lihat, Ibn al-Atsir, op.cit., II:254)

[20]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal. 1021; Ibn al-Amad, op.cit., juz III, hal. 132

[21]Kota di Turkmenistan, terletak antara Mary dan Meshad, Ibu kota Khurasan Iran. (Lihat, Ibn al-Atsir, op. cit., I:435)

[22]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal. 975; Ibn al-Amad, op.cit., juz III, hal. 100; Dr. Sa’id, op.cit., V:445.

[23]Lihat No. 60

[24]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal. 937; Al-Suyuthi, op.cit., hal. 379-380.

[25]Kota di wilayah Khurasan Iran (lihat, Ibn al-Atsir, op.cit., II:321).

[26]Lihat, Dr.Yusuf Abdurrahman, Tahqiq al-Majma’ al-Muassis li Mu’jam al-Mufahras, Dar el-Marefah, Beirut, 1413 H/1992 M), I:355; Muhamad bin Abdul Ghaniyy, Takmilah al-Ikmal, Jami’ah Umm al-Qura, Mekah, 1408 H/1987 M), III:400; Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal. 950; Ibn al-Amad, op.cit., juz III, hal. 76.

[27]Salah satu kota di Iran.

[28]Lihat, Ibn al-Amad, op.cit., juz III, hal. 82; Dr. Said, op.cit. I:540.

[29]Daerah di ujung Samarkand (Lihat, Ibn al-Atsir, op. cit.,  II:254), dan sekarang masuk ke dalam wilayah Kaskadar, salah satu propinsi di Uzbekistan

[30]Lihat, Al-Dzahabi, op.cit., juz III, hal. 1022

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}