Preloader logo

KONSEP TUHAN : PERSPEKTIF AGAMA-AGAMA

Masih ngelanjutin soal konsep Tuhan, kali ini kita bakal bahas soal asal-usul kata Tuhan dan gimana konsep Tuhan dalam perspektif agama-agama.

Menurut analisis Muhammad Thalib, konon, keterangan soal Tuhan, asalnya itu dari plesetan kata “Tuan”. Kata ini, ada juga dalam ensiklopedi populer gereja. Disana dikatakan, arti kata Tuhan, ada hubungannya sama kata melayu; Tuan. Yang berarti atasan, penguasa, atau pemilik. Sebutan untuk  Isa al-masih konon, adalah tuan yesus. Dengan maksud menghormati. Tapi, dalam Bahasa Indonesia, diplesetkan jadi istilah musyrik “Tuhan Yesus”.

Makannya, menurut Muhammad Thalib, para aktivis Islam, para ulama khususnya, mereka cenderung menghindari penyebutan kata Tuhan, dan lebih sering pake kata Rabb atau Ilah, tanpa diterjemahkan…

Sekarang kita mulai masuk ke inti pembahasan Islamic worldview, yaitu gimana konsep Tuhan dalam pandangan Islam. Dan sebagai pembanding, kita akan liat juga konsep Tuhan dari perspektif agama-agama lain.

Kaum pluralis bilang: “Bahwa semua agama menuju Tuhan yang satu”. Tapi menurut Dr. Adian Husaini, ternyata kelompok-kelompok Kristen beda dalam penggunaan Tuhan mereka. Maksudnya, di kristen itu engga sepakat tentang apa yang disebut Tuhan buat mereka. Kristen di Indonesia, menyebut Tuhan itu sama kayak sebutan umat Islam yakni “Allah” hanya berbeda pengucapannya. Sementara di Barat, engga dikenal istilah Tuhan Allah, sebagaimana yang dipake Kristen Indonesia. Istilah yang mereka kenal adalah “God”. Tuhan aja.

Dr. Adian juga nambahin, dalam konsep Judaisme atau agama yahudi, konsep Tuhan mereka juga bermasalah. Nama Tuhan engga bisa diketahui pasti. Kenapa? Karena, bahasa ibrani sebagai bahasa orang yahudi, itu engga punya syakal sama kayak bahasa arab pada awalnya. Dulu bahasa arab itu engga punya syakal (fathah, kasrah, atau dhammah) kita biasa nyebutnya arab gundul. Nah kita tertolong sebetulnya sama para ahli nahwu yang mencoba memberikan syakal kepada Al-Qur’an; sehingga mempermudah waktu bacanya.

Jadi nama Tuhannya itu cuma ada huruf-huruf konsonan yaitu “YHWH” . Baca nya gimana? enggak ada huruf vokalnya sama sekali. Nah karena susah, makannya disebut lah “Yahweh” sebetulnya itu bentuk ketidakmengertian dari mereka karena kesulitan menyebutkannya. makannya dalam ajaran Yahudi ada satu doktrin: engga boleh nyebut nama Tuhan.

Sekarang, coba bandingin sama agama Islam. umat Islam Indonesia nyebut Tuhan mereka Allah, kalau muslim di eropa? Muslim di afrika? Mereka menyebutnya apa? mau dia tinggal di Indonesia, Arab, Inggris, Amerika, atau di belahan dunia manapun, semua sepakat pada satu nama “Allah” ga ada perbedaan. Inilah keindahan Islam, konsep Islam jelas, terang benderang.

Tadi dari segi penyebutan, sekarang soal ajaran?

Terkait konsep trinitas-nya Kristen, Siapa yang bisa ngejelasin konsep bahwa 1=3 atau 3=1? Logika mana yang bisa jelasin? Sulit…. makannya mereka frustasi buat jelasin itu. Tapi dalam Islam jelas “Qul huwallaahu ahad” (katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa”). Selesai. Final.

Kerancuan dari ajaran Hindu-Buddha?  Agama Buddha itu dibawa sama Sidharta Gautama. Jadi dia itu yang membawa ajaran, bahasa kita “nabi”. Tapi waktu ditanya siapa Tuhannya, engga jelas. Kalau Hindu sebaliknya. Mereka ada Tuhannya. Yaitu dewa-dewa Trimurti (Brahma, Wisnu, Syiwa). Tapi siapa yang membawa ajarannya, siapa “nabi” nya, engga jelas.

Maka kalau ada yang bilang bahwa semua agama adalah jalan yang berbeda-beda menuju Tuhan yang satu; jelas salah. Ini menjadi racun buat umat Islam. Engga ada konsep dari kita, bahwa umat Nasrani dan umat Islam menuju Tuhan yang sama. Kenapa? Sebab konsep Tuhannya berbeda. Engga mungkin yang bertauhid bersatu dengan yang musyrik.

Konsep Tuhan dalam agama Islam udah jelas, udah final, sebab dirumuskan berdasarkan wahyu dalam Al-Qur’an. kita engga bermasalah sama konsep Tuhan, sementara dalam  agama lain konsep Tuhan itu rancu, engga jelas.

Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, sesuai dengan konsep pandangan alam Islam yang bersifat otentik dan final, maka konsep Islam tentang Tuhan juga bersifat otentik dan final. Bukan adopsi dari ajaran lain, dan bukan sesuatu yang mengalami revolusi pemikiran. Sejak zaman nabi, Allah ya Allah, Tuhan kita Allah. Sampai hari kiamat pun Allah, engga akan pernah mengalami perubahan. Itu disebabkan, konsep Tuhan dalam Islam dirumuskan berdasarkan wahyu dalam Al-Qur’an yang juga bersifat otentik dan final. Jadi kita mengenal Allah, itu bukan hasil rekayasa pemikiran kita, melainkan murni, dari Al-Qur’an. Ini yang harus kita bedakan dengan revolusi pemikiran di agama-agama lain.

Kesimpulannya, kita sebagai orang muslim wajib meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Tuhan kita Allah, yang namanya langsung diperkenalkan di dalam Al-Qur’an. Tidaklah patut bagi kita membandingkannya dengan teori-teori yang bersifat spekulasi akal seperti orang Barat terhadap agama mereka, dengan menyamakan Allah dengan yang lainnya, atau dengan menserikatkan Allah dengan yang lainnya.

By Azmi Fathul Umam

Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}