Preloader logo

KONSEP AGAMA

Kalau kita denger ceramah atau juga pas dateng ke acara kajian keislaman, sering kita denger pemateri dalam mukaddimah nya bilang, “Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah swt. karena sampai hari ini, kita masih senantiasa diberikan nikmat; terutama nikmat iman dan juga nikmat Islam…”

Kalau kita renungkan, sebetulnya apa sih yang mesti kita syukuri atas nikmat iman dan Islam ini? Kok sholat kita masih bolong-bolong? Kok masih males dateng ke kajian-kajian? Kok masih ragu menuntut ilmu? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang hadir di benak kita.

Sebelum kita bahas tema atau persoalan kontemporer alias kekinian, ada baiknya kita kembali lagi ke konsep dasar dulu. Biar apa? Biar kita tau apa pentingnya agama Islam, biar kita tau buat apa hidup, dan biar kita paham konsekuensi dari tiap aktivitas kita.

Sebagaimana yang udah kita tau, agama ini diklasifikasi jadi dua kategori: (1) Agama samawi; (2) Agama ardi. Agama samawi itu artinya agama yang asalnya dari “langit”. Bisa disebut juga agama wahyu, yang berarti turun langsung dari Allah Swt. dan satu-satunya agama di dunia ini yang merupakan agama samawi itu cuma agama Islam. Dan karena Islam ini agama wahyu, bukan hasil kreasi manusia, maka ajaran-ajaran yang ditinggalkannya sudah sempurna dan berlaku sampai akhir zaman. Seperti yang udah tercantum di surat Al-Maidah ayat 3: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan untukmu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…”

Maka disinilah yang dimaksud nikmat Islam itu. Ajaran Islam udah sempurna dan jelas. Hal ini makin dipertegas dengan diutusnya Nabi Muhammad untuk menyebarkan Islam sebagai agama wahyu ini. Kita udah punya suri tauladan, kita gaperlu bingung menjalankan agama ini, semua udah ada contoh. Amalan yang kita lakukan hari ini, adalah yang di contohin sama Rasul. Siapa yang engga sesuai maka dia sesat, gampang saja.

Sementara kategori kedua, ada yang namanya agama ardi atau “agama bumi”. Dari namanya kita udah bisa analisis, bahwa agama ini agama yang asalnya dari bumi, artinya hasil ciptaan manusia. Apa saja? Ya agama selain Islam aja. Yahudi, Nasrani, Kristen, Hindu, Budha, dan agama lainnya.

Yang namanya manusia, penuh dengan keterbatasan. Maka agama bumi ini, engga ada yang sempurna. Engga heran kalau dalam ajaran-ajarannya banyak kerancuan. Dari mulai perbedaan cara ibadah sampai perbedaan dalam nyebut nama Tuhan; Ajaran Hindu di India beda sama ajaran Hindu di Bali. Umat kristen di Indonesia menyebut nama Tuhannya “Allah”, sementara orang kristen eropa menyebut “God”. Belum lagi isi kitab suci yang bisa berubah.

Nah kenapa kita harus mengenal lagi konsep agama, sebab hari ini ada upaya dekonstruksi agama; yaitu Islam sebagai agama wahyu “dipaksakan” biar sama dengan agama lain yang merupakan hasil dari kebudayaan.

Maka muncul yang namanya konsep pluralisme agama. Dibilang bahwa “sebetulnya agama-agama yang ada itu sama saja; menuju Tuhan yang satu. Yang berbeda hanya bentuk ritual formal dan cara menyembahnya saja.”

Kita sebagai muslim tentu harus punya sikap sama pandangan-pandangan semacam ini. Islam sebagai agama wahyu gabisa disamain dengan agama lain yang merupakan produk budaya. Islam dan agama lain tidak akan pernah menuju Tuhan yang sama, sebab konsep Tuhannya saja sudah berbeda.

By Azmi Fathul Umam

Editor: Amin Muchtar, sigabah.com/beta

There are 2 comments
  1. kang Sam

    afwan ust bagaimana dengan agama nabi musa dan isa..

    apakah agama kristen bukan termasuk samawi?

    • Sigabah Interaksi

      Terima kasih atas komentarnya. Agama semua Nabi adalah agama tauhid/Samawi yang menuntun untuk menyembah Allah Swt. yang Maha Esa. Sebagaimana halnya agama Nabi Muhammad saw., agama Nabi Isa as., agama Nabi Musa as. ataupun Nabi yang lainnya adalah sama, yaitu agama Islam (yang mengajak untuk menyembah Allah Swt). Adapun agama kristen (yang memerintahkan untuk menyembah 3 Tuhan) ataupun Yahudi sekalipun bukanlah agama Samawi. Karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Isa atau Nabi Musa as. itu sendiri

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}