Preloader logo

INDONESIA BER-AQIDAH

kolomTidak dapat disangkal bahwa manusia sangat membutuhkan rasa aman, tenang, dan terhindar dari rasa was-was (bimbang) serta takut. Keraguan akan jawaban siapa yang menciptakan semua makhluk, akan menimbulkan keresahan yang berkepanjangan, ketakutan yang berlebihan, tidak ada tempat manusia berlindung kepada siapa manusia mengadu, dapat mengancam ketentraman jiwa.

Manusia menyangka bahwa dirinyalah yang tahu keberadaanya dengan bekal ilmu pengetahuan, dan dirinyalah yang mampu menemukan rahasia-rahasia alam untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan, ternyata keyakinan yang teguh seperti ini tidak dapat membuat dirinya yakin, malah dari waktu ke waktu manusia yang mempunyai kepercayaan seperti itu semakin jelas akan kelemahan keyakinannya.

 

Perasaan takut akan mati, takut kelaparan, takut malapetaka menimpa, tertular penyakit, serta beribu macam rasa takut akan lenyap dengan sebuah keyakinan yang tak terbantahkan dan dapat diterima akal sehat serta sesuai dengan fitrah, maka itulah aqidah yang shahihah, adapun sebuah keyakinan yang dibangun selain dari itu, itupun aqidah juga, hanya itulah aqidah yang fasidah.

Selama manusia sarat dengan berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani, maka manusia harus dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Jika tidak terpenuhi, jangan harap manusia dapat memperoleh stabilitas hidup, baik di dunia maupun di akhirat, aqidah (keyakinan) akan adanya sang pencipta, adanya kehidupan setelah mati, akhirat lebih baik dari dunia ini, adalah suatu kebutuhan rohani yang harus terpenuhi dengan jawaban yang tuntas, dapat diterima akal, tidak terbantahkan, dan sesuai dengan fitrah. Semerawutnya bahan bangunan, berserakan di mana-mana, karena tiang belum berdiri. Setelah tiang berdiri tegak, bahan bangunan apapun akan menempel tersusun rapi menjadi sebuah bangunan yang sempurna. Segala yang dibutuhkan manusia, akan menempel pada agama (aqidah) yang dapat berwujud sebuah bangunan kehidupan yang maslahat dunia dan akhirat.

 

Akidah Islam sebagai simpulan iman akan menyuntikkan semangat perjuangan, menyuburkan daya saing dan memupuk perpaduan di kalangan umat Islam. Demikian itu karena iman yang tersimpul erat di dalam hati mendorong seseorang untuk berusaha, bekerja keras, melakukan kebajikan, membantu orang, membangun kemajuan, menunaikan tanggungjawab, sanggup berkorban dan sebagainya demi meraup seberapa banyak pahala kebajikan. Umat Islam yang tidak mempunyai akidah yang kukuh akan mudah terpesona dan menyeleweng dari ajaran agamanya yang benar. Bukan itu saja, ia akan menjadi anggota masyarakat yang tamak karena cinta dunia, pengecut karena takut pada manusia, liar karena tidak ada pegangan, tidak jujur karena tidak mengenal dosa dan membawa pelbagai masalah dan kerusakan yang merugikan pelbagai pihak.

 

Begitu juga segala pembangunan dan kemajuan yang dibangun oleh umat Islam, jika tidak landasi akidah yang kukuh, hanya akan membawa kepada pelbagai kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Hal itu karena akidah adalah asas kesejahteraan dan petunjuk dari Allah, sebagaimana dinyatakan Allah: “(artinya) Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah dan petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

 

Akidah juga sebagai penopang segala amal dan benteng pertahanan yang kukuh dari segala perkara yang merusakkan. Jika akidah seseorang tidak benar, niscaya segala amal yang dilakukannya menjadi sia-sia belaka, belum lagi di akhirat akan dimasukkan ke dalam api neraka. Allah Swt. berfirman: “(artinya) Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya.” (QS. al-Anbiyaa: 94

Demikian penting keberadaan akidah Islam bagi kehidupan manusia, namun terkadang kurang mendapat porsi perhatian yang lebih besar dari umat Islam. Kejadian bencana alam dan kecelakaan transportasi bisa jadi menyedot perhatian dan menyentuh kepedulian banyak pihak, namun seberapa besar kepedulian umat Islam saat terjadi tsunami akidah dan banjir fikrah agama serta ajaran yang sesat-menyesatkan? Bagaimana saat sekularisasi, pluralisme, liberalisme, komunisme, anti hadis, Ahmadiyah serta Syi’ah begitu hebat bergerak menggerogoti kemurnian akidah umat Islam? Padahal, banjir atau bencana alam akan berakhir di mana yang rusak dan hancur dapat diganti diperbaiki dan direnovasi kembali, namun jika yang terjadi bencana akidah dampaknya jauh lebih dahsyat dari segala-galanya.

 

Dalam agama dikenal dengan amar ma’ruf-nahi mungkar. Gerakan nyata dari segolongan masyarakat yang sadar akan pentingnya proteksi terhadap aqidah perlu ditumbuhkan agar menjadi kesadaran kolektif.

 

Oleh karena itu, upaya itu harus digalakkan dan didukung. Langkah yang paling nyata adalah membentengi  pilar paling utama dalam masyarakat, yaitu individu dan keluarga dengan pembinaan yang intensif. Pembinaan yang utuh dan menyeluruh agar lahir generasi yang memiliki kekuatan iman dan ilmu dalam melawan badai dahsyat bernama kerusakan akidah tu.

 

Selain itu, perlu ada ketegasan dalam pelaksanaan undang-undang yang lebih protektif terhadap penodaan dan penyimpangan faham agama. Sikap real dari pemerintah dalam membentengi masyarakat dari penyebaran virus akidah destruktif adalah hal yang paling diharapakan. Bukan hanya sekedar himbauan, namun dalam bentuk aturan yang dikawal pelaksanaannya.

 

Terakhir, tanggung jawab berikutnya ada ditangan kita. Mari memulai dari gerakan sederhana. Menunjukkan penolakan terhadap penyelewengan dan peringatan atasnya, dan saling mengajak kepada kebaikan –sekali lagi- sebagai usaha memperbaiki akidah bangsa.

~ Oleh : Amin Muchtar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}