Preloader logo

AL-QURAN & TANTANGAN ZAMAN (Bagian Ke-7)

Beautiful Quran karim Wallpaper (2)

Kemukjizatan Alquran dari segi Bahasa, baik aspek Keindahan susunan ayat-ayatnya, gaya bahasa retorisnya (uslub) maupun aspek keseimbangan antara kata-kata yang digunakan, telah selesai dibahas. Sekarang kita akan menyelami dimensi lain kemukjizatan itu. Semoga dengan menyelaminya dahaga kita dapat terpuaskan. 

  1. I’jaz ‘Ilmi (aspek ilmu pengetahuan).

Alquranul Karim sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw., amat dicintai oleh kaum muslimin, karena Alquran merupakan sumber petunjuk bagi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Sebagai Kitab Suci terakhir, Alquran bagaikan minatur alam raya yang mengisyaratkan muatan segala disiplin ilmu. Alquran merupakan Kalam  Allah swt. yang agung dan bacaan mulia serta dapat diuji kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih.

Karena kecintaannya kepada Alquran, dan untuk menunjukkan bukti kebenarannya, maka kurang lebih pada abad ke II hijriyyah para sarjana muslim telah berusaha dengan menyusun dan menerjemahkan berbagai macam buku ilmu pengetahuan, baik yang mengenai bahasa Arab, syariat, filsafat dan akhlak, maupun yang mengenai kesenian dan ekonomi.

Adalah hal yang merupakan sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang bertahun-tahun melakukan penelitian menemukan keserasian ilmu pengetahuan hasil penelitian mereka dengan pernyataan-pernyataan Alquran dalam ayat-ayatnya. Setiap ilmuwan yang  menemukan bukti ilmiah tentang hubungan Alquran dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah swt., dorongan untuk tunduk kepada kehendak-Nya dan pengakuan terhadap kemahakuasaan-Nya.

Amatlah disayangkan, kebanyakan orang pada masa kini, khususnya para saintis, memiliki persepsi yang keliru tentang Alquran. Mereka sangat berharap atau mengira Alquran mengandung segala teori ilmiah, sehingga setiap kali muncul teori baru mereka mengklaim teori tersebut sesuai sengan ayat Alquran. Dengan kata lain, mereka menafsirkan ayat Alquran berdasarkan teori ilmiah tersebut. Dengan cara itu, selanjutnya mereka  mengira teori mereka mengandung kebenaran yang mutlak.

Kekeliruan mereka timbul apabila mereka beranggapan bahwa ilmu pengetahuan atau sains bertujuan untuk menemukan kebenaran mutlak. Sesungguhnya segala pengetahuan bersifat sementara atau tentatif yang dapat berubah bila ditemukan data baru. Sains tidak dimulai dengan kebenaran mutlak. Sains adalah suatu metode analitis dan mengemukakan penemuannya dengan hati-hati. Tujuan sains yang sebenarnya ialah untuk memahami dunia ini melalui tiga tingkatan intelek (daya akal budi) yaitu melihat, bereksperimen dan berteori.

Teori-teori ilmiah itu senantiasa berubah dengan sejalan perubahan kemajuan masyarakat. Teori-teori tersebut selalu memiliki kekurangan, yang kadang-kadang diliputi oleh ketidakjelasan pada suatu waktu, dan kekeliruan pada waktu yang lain. Begitulah seterusnya sehingga mendekati kebenaran dan sampai pada tingkatan yakin. Hal ini karena teori apa pun pada awalnya berangkat dari asumsi dan hipotesis yang kemudian diadakan riset melalui eksperimen atau observasi, sehingga terbukti kebenarannya atau nyata kepalsuannya dan kekeliruannya. Oleh karena itu, teori-teori tersebut senantiasa mengalami perubahan dan pergantian dari waktu ke waktu.

Dengan demikian, orang-orang yang menafsirkan Alquran berdasarkan data-data yang ditemukan sains, begitu pula orang yang berusaha keras menyimpulkan segala persoalan yang muncul dalam dunia sains berdasarkan Alquran, sebenarnya telah menyalahgunakan Alquran, meskipun mereka sendiri telah mengira berbuat kebaikan. Maka tafsir Alquran berdasarkan tafsiran-tafsiran mereka, boleh jadi mengandung keterangan-keterangan yang kontradiktif manakala kelak muncul pertemuan-pertemuan baru yang menyanggah teori-teori mereka.

Sedangkan Alquran merupakan kitab yang mengandung akidah dan hidayah, yang menyeru hati nurani setiap orang. Untuk menghidupkan faktor-faktor perkembangan dan kemajuan, serta perangsang timbulnya kebaikan. Alquran merupakan wahyu Allah yang kebenarannya mutlak dan abadi. Alquran kita peroleh dari Nabi, bukan dari penggunaan akal seperti ilmu hitung atau dari eksperimen-eksperimen seperti ilmu kealaman. Sedangkan hasil-hasil penemuan ilmiah merupakan perwujudan dari proses pemikiran otak manusia yang kebenarannya relatif. Karena itu kebenaran wahyu tidak dapat diuji dengan kebenaran otak (rasio).

Oleh karena itu, kemukjizatan ilmiah Alquran bukan karena Alquran memuat teori-teori ilmiah sebagai produk penelitian manusia yang selalu baru dan berubah, tetapi kemukjizatannya itu terletak pada dorongannya kepada manusia untuk berpikir dan menggunakan akal, yaitu Alquran mendorong manusia untuk memperhatikan alam raya dan men-taddabburi-nya.

Masalah apapun atau teori bagaimana pun yang terbukti mendekati kebenaran serta bersifat konstan (tetap) seperti 2x 2 = 4, merupakan manifestasi pemikiran valid yang dianjurkan Alquran. Berbagai disiplin ilmu terus bermunculan dengan beragam persoalan saling berganti, tetapi tidak ada satupun yang bertentangan dengan salah satu ayat dari ayat-ayat Alquran, dan inilah bentuk kemukjizatannya. Alquran menjadikan pemikiran yang tetap serta penelitian yang benar sebagai wasilah (sarana) terbesar untuk melahirkan keimanan kepada Allah swt. Alquran mendorong manusia meneliti segala apa yang ada dan apa yang  terjadi, mulai dari alam raya beserta seegala isinya, Allah berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لأُولِي الأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاَ سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. ال عمران : 190-191.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS.Ali Imran:190-191

 

Ayat di atas merupakan perintah untuk semua manusia yang mempergunakan akal fikirannya, termasuk para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu, untuk mendalami dan melakukan penelitian akan tanda-tanda kekuasaan Allah agar memiliki keyakinan dan pengakuan terhadap kemahakuasaan Allah swt.

Demikian pula Alquran telah mendorong manusia untuk memikirkan tentang dirinya dan alam sekitarnya. Allah berfirman:

أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلاَّ  بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنْ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ.  الروم : 8.

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (ujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” QS. Ar-Rum : 8

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَفِي الأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ.  وَفِي أَنفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُونَ. الذاريات :20-21.

“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi   orang-orang yang yakin, dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan ?” QS. Adz Dzariat : 20-21

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

أَفَلاَ يَنْظُرُونَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ. الغاشية : 17-20.

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditingalkan ? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan ? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan ?” QS. Al-Ghasyiah : 17-20

Begitu pula Alquran menganjurkan manusia menjadi ahli fikir, ilmuwan, dan cendikiawan. Di dalam Alquran terdapat lebih kurang 854 ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akal dan tidak bertafakur terhadap Alquran dan alam semesta, di antaranya:

كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ. البقرة : 219.

“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu sepaya kamu berfikir.” QS. Al-Baqarah : 219

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

وَتِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ. الحشر : 21.

“Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk menusia supaya mereka berfikir.” QS. Al-Hasyr : 21.

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ. يونس : 24.

“Demikian Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan kami pada orang-orang yang berfikir.” (QS Yunus : 24)

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

إنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ. الرعد : 3.

“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang  memikirkan.” QS. Ar-Ra’du : 3

Disamping itu Alquran akan mengangkat derajat orang Islam karena memiliki ilmu pengetahuan, Allah berfirman:

يَرْفَعْ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ. المجادلة : 11.

“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. QS.Al-Mujadilah:11

Allah pun menyatakan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu, Allah berfirman:

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الأَلْبَابِ. الزمر : 9.

“Apakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” QS. Az-Zumar : 9

Di dalam Alquran Allah menghimpun isyarat-isyarat ilmiah tiada lain sebagai pendorong agar para saintis takut, tunduk, dan patuh kepada kehendak-Nya. Allah berfirman:

أَلَمْ تَرَى أَنَّ اللهَ أَنْزَلَ مِنْ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنْ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ. وَمِنْ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ. فاطر : 27-28.

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. QS. Fathir:27-28

Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.

Demikian, sesungguhnya kemukjizatan Alquran dalam bentuk ilmu itu terletak pada dorongannya kepada kaum muslimin khususnya untuk berfikir, melakukan penelitian serta menerima penemuan-penemuan baru yang relatif bersifat tetap yang muncul pada hari kemudian. Alquran bukan kitab ilmu falak, kimia, kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang diperoleh melalui penggunaan akal ataupun eksperimen-eksperimen yang kebenarannya relatif.

By Amin Muchtar, sigabah.com

 

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}