Preloader logo

AL-QURAN & TANTANGAN ZAMAN (Bagian Ke-2)

Kedudukan Alquran

A. Alquran Nikmat Terbesar

Sejak manusia diciptakan tidak terbilang kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Demikian banyaknya kenikmatan itu sehingga tidak seorang pun yang dapat menghitung berapa banyak kenikmatan yang telah dianugerahkan Allah kepada dirinya. Orang yang miskin pun tentu menyadari limpahan nikmat itu karena hidupnya sendiri hanyalah pemberian Allah.

Udara segar yang kita hirup setiap waktu, cahaya matahari yang menjadi sumber energi, terangnya bulan pada malam hari, gunung-gunung yang menjulang tinggi dengan kekayaan alamnya, air yang selalu mengalir untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia; itu semua adalah sebagian kecil dari nikmat-Nya. Demikian pula denyut jantung yang mengalirkan darah keseluruh tubuh, paru-paru yang selalu mengisap udara segar dan mengeluarkan udara kotor, ginjal yang senantiasa bekerja tanpa mengenal lelah; itu semua adalah anugerah ilahi, yang kesemuanya bekerja di luar pengawasaan kita.

Di samping nikmat hissi (kongkret) yang tak kunjung habis seperti di atas, Allah juga memberikan nikmat maknawi (abstrak), berupa pedoman hidup, ajaran yang memberikan kenikmatan, ketentraman batin dan kepuasan jiwa, yaitu Alquran. Alquran adalah nikmat terbesar di antara sejumlah nikmat yang diberikan Allah kepada manusia.

Qarun yang hartanya melimpah ruah, Fir’aun yang mempunyai kedudukan tinggi dan kekuasaan yang besar sebagai raja, di dalam Alquran dinyatakan sebagai orang yang tidak mendapat kenikmatan, karena mereka tidak memiliki pedoman hidup yang dapat menentramkan.

Orang yang bertambah harta kekayaannya tentu bertambah pula rasa was-wasnya. Bertambah tinggi kedudukan seseorang, maka bertambah pula kecemasan dan kekhawatirannya. Lain halnya dengan di bidang agama. Semakin bertambah kuat seseorang dalam beragama, maka semakin bertambah kuat jiwanya. Akan lebih tabah dalam menghadapi pelbagai problematika kehidupannya.

Sebagai bukti bahwa Alquran merupakan nikmat yang terbesar, kita dapat memperhatikan bagaimana bangsa Arab setelah memeluk Islam. Dalam waktu yang relatif singkat bangsa Arab menjadi bangsa yang maju, yang dapat mengungguli bangsa-bangsa lain yang ada di sekitarnya, yang dikenal sebagai bangsa adidaya pada masa itu.

Setelah bangsa Arab memeluk agama Islam, berubahlah wajah kota Mekah dan Madinah. Semula sering terjadi pertentangan antar suku, terutama Aus dan Khajraj di Madinah. Kini mereka menjadi rukun dan damai. Mereka saling mencintai, bahu-membahu, tolong-menolong, penuh dengan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan.

Bangsa Arab yang sebelumnya pemabuk berat, di mana pemabukan bukan saja dilakukan oleh orang kaya dan kalangan elit melainkan juga oleh orang miskin dan kalangan alit (bawah). Ternyata dengan cahaya Alquran mereka mampu meninggalkan kebiasaan buruknya secara menyeluruh. Sementara bangsa lain belum mampu memberantasnya, padahal mereka menyadari bahwa hal itu merusakkan kesehatan.

Kerajaan Roma dan Persia yang merupakan negara super power pada waktu itu, ternyata dalam waktu yang relatif singkat, keduanya tumbang dengan kekuatan Alquran. Sedangkan bangsa Arab yang semula jauh terbelakang, moralnya bejat, pendidikannya rendah, pemabuk, penuh dengan sengketa dan huru-hara ternyata menjadi bangsa yang maju, bernegara yang aman, berakhlakul karimah, berbudi luhur, penuh dengan kesetiakawanan dan rasa solidaritas yang kuat. Itu semua berkat ajaran dan didikan Alquran. Alquran membangkitkan kesadaran setiap insan. Mengikat dan mempersatukannya dalam satu kesatuan masyarakat. Membangun bangsa menjadi cerdas dan terdidik, sehingga melahirkan suatu peradaban umat manusia yang dilandasi moral yang tinggi seperti yang kemudian dikenal sebagai zaman keemasan Islam.

B. Alquran Sumber Hukum
Setiap aktifitas manusia di dunia ini sudah tercakup dalam “payung” agama, baik aktifitas keagamaan maupun keduniaan. Demikian pula aktifitas yang bersifat individu, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok lainnya.
Di dalam riwayat Muslim disebutkan:
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَائَةَ قَالَ فَقَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِأَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
Dari Salman, ia berkata, “Kaum musyrik berkata kepada kita, ‘Kami (orang-orang musyrik) melihat shahabat kalian (maksudnya adalah Rasulullah saw.) mengajarkan kepada kalian sampai kepada hal-hal yang sangat sepele (remeh)’. Salman menjawab, ‘Benar. Kami dilarang buang air besar atau kecil dengan menghadap ke kiblat, atau beristinjak (membersihkan kotoran dari buang air besar atau kecil) dengan menggunakan tangan kanan atau dilarang beristinjak dengan batu kurang dari tiga, atau beristinjak dengan kotoran binatang atau tulang’.”

Adapun pengklasifikasian hukum syariat menjadi beberapa macam aspek dalam kehidupan manusia, hal itu berdasarkan perbedaan kondisi manusia itu sendiri. Pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama, hukum-hukum yang berkaitan dengan akidah, seperti kewajiban manusia untuk mempercayai Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kiamat. Syariat telah memperinci hukum-hukum akidah, karena hukum ini tidak akan mengalami perubahan disebabkan berubahnya zaman. Hukum akidah itu tetap universal dan tidak mengalami perubahan sekalipun waktu terus berjalan dan lahirnya bermacam-macam jenis manusia serta negara mereka. Hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah disebut al-ahkam al-I’tiqadiyyah. Dan dari hukum-hukum inilah terbentuk ilmu tauhid.

Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan tingkah laku. Yaitu hukum-hukum yang menuntut manusia untuk memelihara sejumlah perangai di dalam kehidupannya, seperti sifat jujur, memenuhi janji, saksi palsu dan lain sebagainya. Hukum-hukum ini disebut al-ahkam al-akhlaqiyyah. Dan dari hukum-hukum inilah terbentuk ilmu akhlak atau adab.

Ketiga, hukum-hukum yang berkaitan dengan perkataan dan perbuatan. Hukum-hukum ini disebut al-ahkam al-‘amaliyyah. Dan dari hukum-hukum inilah terbentuk ilmu fikih. Al-ahkam al-‘amaliyyah terdiri atas dua macam;
a) hukum ibadah. Seperti salat, zakat, saum, haji, dan lain-lain. Hukum ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah.
b) hukum mu’amalah. Hukum ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, baik secara fardiyyah (individu) maupun jamaah (masyarakat). Karena kehidupan dalam masyarakat itu bisa jadi menimbulkan percekcokan atau persengketaan disebabkan benturan berbagai kepentingan. Fenomena kehidupan masyarakat seperti itu menuntut adanya pengaturan hukum.

Fungsi Alquran

A. Petunjuk Bagi Manusia

Manusia, apa pun kedudukannya; rakyat atau pejabat, kaya atau miskin, pasti membutuhkan petunjuk untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Petunjuk mana yang mereka cari, mereka masih meraba-raba, mencoba, menyelidiki dan mencari-cari. Apakah harta yang banyak yang dapat memberikan kepuasaan hidupnya, atau kedudukan yang tinggi ? Ternyata keduanya tidak memberikan jawaban yang pasti.

Banyak orang yang memiliki harta melimpah ruah, kedudukan yang tinggi, tetapi belum merasakan kebahagiaan hidup, belum memperoleh ketentraman batin, masih diselimuti rasa cemas.

Tidak ada ajaran yang pasti dapat memberikan kenikmatan hidup kecuali ajaran dari Yang Maha Pencipta. Sebab, manusia tanpa Alquran bagaikan perahu tanpa haluan atau kendaraan tanpa rambu-rambu lalu-lintas. Kalau rambu-rambu jalan saja mutlak diperlukan, mengapa terhadap rambu-rambu jalan kehidupan manusia tidak memperhatikannya ?

B. Mengangkat Derajat Manusia
Orang buta tentu tidak dapat membedakan sesuatu dengan jelas. Ia tidak tahu jalan yang lurus, tidak dapat memilih sesuatu dengan yakin. Tidak mustahil ia salah pilih dan mudah tertipu.

Manusia tanpa Alquran laksana orang buta. Ia tidak akan tahu halal dan haram; mana jalan yang membawa keselamatan dan kecelakaan. Ia tidak punya pedoman hidup. Pilihannya tidak pasti. Ia hanya dapat menilai sesuatu itu baik atau buruk dengan pertimbangan akal atau nafsu semata. Padahal pilihan akan tidak selamanya tepat dan membawa keselamatan, malahan seringkali petunjuk akal meleset, tidak sampai sasaran.

Demikian juga dengan pertimbangan perasaan, belum tentu pilihannya tepat. Terkadang pilihannya bertentangan dengan akal, seperti penyembah berhala yang ia ukir sendiri. Ia buatkan hidung, tangan dan kakinya, kemudian dipuja dan disembah, bahkan takut celaka karena benda itu. Padahal berhala tidak bisa berbicara dan mendengar. Itulah bukti kerendahan martabat manusia tanpa Alquran.
Alquran dengan ajarannya dapat mengangkat manusia dari lembah kehinaan menuju tempat yang terang, martabat yang mulia.

C. Alquran Penuntun Ke Jalan Keselamatan

Setiap orang mendambakan keselamatan, baik lahir maupun batin. Berbagai upaya ia tempuh. Berbagai jalan ia lalui. Berbagai cara ia coba. Namun sering kali meleset. Dikiranya jalan kebahagiaan, ternyata akhirnya menjadi penderitaan. Tetapi Alquran tidak diragukan lagi, karena datangnya dari Zat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, mustahil akan mencelakakan orang. Alquran justru membimbing manusia untuk mendapat keselamatan dalam hidupnya.

Anjuran Dan Nilai Positif Mempelajari Alquran

A. Menurut Alquran

Allah berfirman :
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلاَّ الظَّالِمُونَ # وَقَالُوا لَوْلاَ أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ # أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.
“Sebenarnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. Dan orang-orang kafir Mekah berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah, ‘Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata’. ‘Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepadamu?’ yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Alquran) terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang yang beriman.” (Q.s. Al-Ankabut [29]: 49-51)

Allah berfirman:
وَإِنْ كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللهِ إِنْ كُنتُمْ صَادِقِينَ.
“Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang (Alquran) yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 23)

Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Alah (Alquran) dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, maka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (Q.s. Fathir [35]:29)

Allah berfirman:
وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا
“Dan apabila kamu membaca Alquran, niscaya Kami akan mengadakan suatu dinding penutup (pemisah) antara kamu dengan orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat.”(Q.s. Al-Isra [17]: 45)

Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Alquran ketika Alquran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Alquran itu adalah kitab yang mulia.” (Q.s. Fushilat [41]:41)

B. Menurut Hadis

Nabi saw. bersabda:
كِتَابُ اللهِ، كِتَابُ اللهِ فِيهِ نَبَأُ مَا قَبْلَكُمْ وَخَبَرُ مَا بَعْدَكُمْ وَحُكْمُ مَا بَيْنَكُمْ هُوَ الْفَصْلُ لَيْسَ بِالْهَزْلِ هُوَ الَّذِي مَنْ تَرَكَهُ مِنْ جَبَّارٍ قَصَمَهُ اللهُ وَمَنِ ابْتَغَى الْهُدَى فِي غَيْرِهِ أَضَلَّهُ اللهُ فَهُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِينُ وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ وَهُوَ الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ وَهُوَ الَّذِي لاَ تَزِيغُ بِهِ الأَهْوَاءُ وَلاَ تَلْتَبِسُ بِهِ الأَلْسِنَةُ وَلاَ يَشْبَعُ مِنْهُ الْعُلَمَاءُ وَلاَ يَخْلَقُ عَنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ وَلاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ وَهُوَ الَّذِي لَمْ يَنْتَهِ الْجِنُّ إِذْ سَمِعَتْهُ أَنْ قَالُوا ( إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا ) هُوَ الَّذِي مَنْ قَالَ بِهِ صَدَقَ وَمَنْ حَكَمَ بِهِ عَدَلَ وَمَنْ عَمِلَ بِهِ أُجِرَ وَمَنْ دَعَا إِلَيْهِ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. رواه الدارمي
“Peganglah Alquran, peganglah Alquran, di dalamnya terdapat berita umat-umat sebelum kamu, dan hukum yang berlaku di antara kamu sekalian. Alquran merupakan pemutus perkara, bukan perkataan yang sia-sia. Orang yang meninggalkan Alquran karena sombong pasti dihancurkan, yang mencari hidayah selain Alquran pasti disesatkan-Nya, Alquranlah tali Allah yang kuat, peringatan yang bijak, itulah jalan yang lurus, dengan Alquran kemauan seseorang tidak akan sesat, lisan tidak akan keliru, ulama akan selalu haus dengannya, Alquran tidak akan lapuk walaupun banyak yang menolak, keajaibannya tidak akan habis, jin tidak akan berhenti mendengarkannya secara berkata, ‘Kami mendengar Alquran yang mengagumkan.’ Itulah Alquran, orang yang berkata dengan berlandaskan Alquran pasti benar, yang menetapkan hukum dengannya pasti adil, yang mengamalkannya pasti diberi pahala, dan yang mengajak (berpedoman) kepada Alquran pasti ditunjukan ke jalan yang lurus.” H.r. Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi II:435

Nabi saw. bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخاري.
“Sebaik-baiknya orang di antara kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya (kepada orang lain).” H.r. Al-Bukhari, Fathul Bari VIII: 692

Nabi saw. bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ…-رواه الترمذي-
“Barang siapa yang membeca satu huruf dari Alquran, maka ia memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan itu sebanding dengan sepuluh … “ H.r. At-Tirmidzi, Tuhfztul Ahwadzi VIII:226

Nabi saw. bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ. رواه الترمذي
“Orang yang membaca Alquran dengan mahir, kelak akan mendapat tempat bersama-sama dengan para rasul yang mulia lagi baik, dan orang yang membaca Alquran, tetapi tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala.”H.r. At-Tirmidzi, Tuhfztul Ahwadzi VIII:226

Nabi saw. bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ فِيْهِ… -رواه البخاري-
“Perumpamaan orang mukmin membaca Alquran dan mengamalkannya, adalah seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mukmin yang tidak suka membaca Alqurandan mengamalkannya, adalah seperti buah kurma, baunya tidak begitu harum dan manis rasanya.”H.r. Al-Bukhari, Manarul Qari Syarh Shahih al-Bukhari, V: 87-88.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}