Preloader logo

STATUS HUKUM SENI RUPA (Bagian ke-2)

Setelah disajikan pengertian seni dalam ragam jenis dan istilahnya, kita akan menganalisa dalil-dalil & argumentasi dari lima kelompok ulama yang berbeda pendapat mengenai hukum melukis dan membuat patung menurut Islam, untuk selanjutnya dianalisa dan dipilih yang arjah (lebih kuat).

 

Pendapat Para Ulama

 

Kelompok Pertama berpendapat bahwa segala macam shurah hukumnya haram, baik dalam bentuk arca, patung maupun gambar, meskipun sudah dipotong badan atau kepalanya. Kelompok ini berhujjah dengan hadis-hadis sebagai berikut:

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا تَصَاوِيرُ.

1.1. Artinya: Malaikat tidak akan masuk pada satu rumah yang terdapat anjing atau shurah-shurah. H.r. al-Bukhari.

إِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي فِيهِ الصُّوَرُ لَا تَدْخُلُهُ الْمَلَائِكَةُ.

1.2. Artinya: Sesungguhnya rumah yang ada padanya shurah, tidak dimasuki oleh malaikat. H.r. al-Bukhari

قَالَتْ عَائِشَةُ‏:‏ ‏أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِي بَيْتِهِ شَيْئًا فِيْهِ تَصَالِيْبُ إِلاَّ نَقَضَهُ‏‏‏. رواه البخاري.

1.3. Artinya: Aisyah berkata, “Sesungguhnya Nabi saw. tidak pernah rnembiarkan di rumahnya ada suatu barang yang ada padanya palang-palang salib, melainkan ia hapuskan dia.” H.r. al-Bukhari

أَيُّكُمْ يَنْطَلِقُ إِلَى المَدِيْنَةِ فَلاَ يَدَعُ بِهَا وَثَنًا إِلاَّ كَسَرَهُ وَلاَ صُوْرَةً إِلاَّ لَطَخَهَا… مَنْ عَادَ اِلَى صَنْعَةِ شَيْئٍ مِنْ هَذَا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ. رواه أحمد.

1.4. Artinya: Siapakah di antara kamu yang mau pergi ke Madinah, dan hancurkan setiap berhala dan hapuskan setiap shurah? Barangsiapa kembali membuat sesuatu dari itu, se­sungguhnya kufurlah ia kepada (perintah) yang diturunkan atas Muhammad. H.r. Ahmad

‏قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏: قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي فَلْيَخْلُقُوا حَبَّةً وَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً. رواه البخاري.

1.5. Artinya: Rasulullah saw. Bersabda, “Allah ta’ala berfirman, ‘Bukankah tidak ada orang yang lebih zhalim daripada orang yang hendak membuat (sesuatu) seperti ciptaanKu ! Cobalah mereka buat sebiji (gandum) ! Cobalah mereka buat seekor semut!’.”  H.r. al-Bukhari

اَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ الْمُصَوِّرُونَ . رواه البخاري.

1.6. Artinya : Orang yang paling berat siksanya di sisi Allah ialah para pembuat shurah. H.r. al-Bukhari

إِنَّ الَّذِينَ يَصْنَعُونَ هَذِهِ الصُّوَرَ يُعَذَّبُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ‏ ‏‏. رواه البخاري.

1.7. Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membuat shurah ini akan diadzab pada hari Qiamat. Dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah apa yang kamu buat’. H.r. al-Bukhari

قَالَ أَنَسٌ ‏:‏ ‏كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ قَدْ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏:‏ أَمِيْطِي عَنِّي فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيْرُهُ تَعْرِضُ لِي فِي صَلاَتِي. رواه البخاري.

1.8. Artinya: Anas berkata, “Aisyah mempunyai tabir yang digunakan sebagai penutup sebagian rumahnya, maka Rasul bersabda, ‘Singkirkanlah ia dariku, karena gambar-gambarnya itu terus mengganggu aku dalam salatku’.” H.r. al-Bukhari

 

Kelompok Kedua berpendapat bahwa semua jenis shurah itu haram kecuali gambar di atas kain dan sejenisnya. Kelompok ini berhujjah dengan hadis sebagai berikut:

رَوَى بُسْرُ بْنُ سَعِيْدٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ أَبِي طَلْحَةَ صَاحِبِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ المَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيْهِ صُوْرَةٌ. قَالَ بُسْرٌ: ثُمَّ اشْتَكَى زَيْدٌ فَعُدْنَاهُ فَإِذَا عَلَى بَابِهِ سِتْرٌ فِيْهِ صُوْرَةٌ فَقُلْتُ لِعُبَيْدِ اللهِ الخَوْلاَنِي رَبِيْبِ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم: أَلَمْ يُخْبِرْنَا زَيْدٌ عَنِ الصُّوَرِ يَوْمَ الأَوَّلِ؟ فَقَالَ عُبَيْدُ اللهِ اَلَمْ تَسْمَعْهُ حِيْنَ قَالَ: إِلاَّ رَقْمًا فِي ثَوْبٍ. رواه البخاري.

Artinya: Telah diriwayatkan oleh Busr bin Sa’id dari Zaid bin Khalid, dari Abu Thalhah, seorang shahabat Rasul s.a.w. ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, ‘Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk pada satu rumah yang ada padanya shurah’. Kata Busr, “Sesudah itu Zaid sakit, maka kami pergi melawatnya. Ternyata di pintu rumahnya ada satu tabir yang bergambar, maka saya berkata kepada Ubaidillah Al­Khaulani, anak angkatnya Maimunah isteri Nabi saw., “Kemarin, bukankah Zaid mengaabarkan kepada kita tentang shurah?’ kata Ubaidillah, “Tidakkah anda mendengar ia berkata: “Kecuali tulisan di kain?”  H.r. al-Bukhari.

 

Kelompok Ketiga berpendapat bahwa ­gambar dan patung yang dijadikan hiasan hukumnya haram. Adapun dan yang tidak dijadikan hiasan, yakni yang di­injak, diduduki atau disandari hukumnya tidak haram. Kelompok ini berhujjah dengan hadis-hadis sebagai berikut:

قَالَتْ عَائِشَةُ‏:‏ كَانَ لِي ثَوْبٌ فِيْهِ تَصَاوِيْرُ مَمْدُودٌ اِلَى سَهْوَةٍ فَكَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى اِلَيْهِ فَقَالَ : اَخِّرِيْهِ عَنِّي. فَأَخَّرْتُهُ فَجَعَلْتُهُ وَسَائِدَ . رواه مسلم.

3.1. Artinya: Aisyah berkata, “Saya mempunyai kain bergambar yang tersangkut di satu rak, padahal Nabi saw, salat menghadapnya. Maka Nabi bersabda, ‘Jauhkanlah ia dari hadapanku’. Lalu saya menjauhkannya dan saya jadikan beberapa bantal. H.r. Muslim

قَالَتْ عَائِشَةُ‏:‏ دَخَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَيَّ وَقَدْ سَتَرْتُ نَمَطًا فِيْهِ تَصَاوِيْرُ فَنَحَّاهُ فَاتَّخَذْتُ مِنْهُ وِسَادَتَيْنِ. رواه مسلم.

3.2. Artinya: Aisyah berkata, “Rasulullah saw. datang kepada saya, ketika saya memakai satu tabir yang bergambar, lalu beliau menyingkirkannya, maka saya jadikan dua bantal. H.r. Muslim

قَالَتْ عَائِشَةُ‏:‏ ‏إِنِّي نَصَبْتُ سِتْرًا فِيْهِ تَصَاوِيْرُ فَدَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَنَزَعَهُ فَقَطَعْتُهُ وِسَادَتَيْنِ فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَرْتَفِقُ عَلَيْهِمَا‏. رواه مسلم.

3.3. Artinya: Aisyah berkata, “Sesungguhnya saya pernah menggunakan satu tabir bergambar, lalu Rasulullah saw. masuk dan menurunkannya, maka saya jadikan dua bantal, yang biasa digunakan oleh Rasulullah untuk bersandar”. H.r. Muslim

قَالَتْ عَائِشَةُ:‏ ‏قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ سَفَرٍ وَقَدْ سَتَرْتُ بِقِرَامٍ لِي عَلَى سَهْوَةٍ فِيْهَا تَمَاثِيْلُ فَلَمَّا رَآهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم. هَتَكَهُ وَقَالَ : أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ اَلَّذِيْنَ يُضَاهُوْنَ بِخَلْقِ اللهِ‏. قَالَتْ عَائِشَةُ فَجَعَلْنَاهُ وِسَادَةً اَوْ وِسَادَتَيْنِ. رواه البخاري.

3.4. Artinya: Aisyah berkata, “Rasulullah pernah kembali dari satu perjalanan, ketika saya menggunakan tutup rak dengan kain bergambar. Rasulullah saw. mencabutnya seraya berkata, ‘Orang yang paling pedih diazab pada hari Qiamat itu adalah orang yang menyerupai ciptaan Allah’. Maka kata Aisyah, “Lalu kami jadikan satu bantal atau dua bantal.” H.r. al-Bukhari

قَالَتْ عَائِشَةُ: اِشْتَرَيْتُ نَمْرُقَةً فِيْهَا تَصَاوِيْرُ فَقَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِالْبَابِ فَلَمْ يَدْخُلْ فَقُلْتُ: اَتُوبُ اِلَى اللهِ مِمَّا اَذْنَبْتُ. فَقَالَ: مَاهَذِهِ النَّمْرُقَةُ؟ لِنَجْلِسَ عَلَيْهَا وَنَتَوَسَّدَهَا. قَالَ: اِنِّ اَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يُعَذََّبُوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ اَحْيُوا مَاخَلَقْتُمْ. رواه البخاري.

3.5. Artinya: Aisyah berkata, “Saya pernah membeli satu bantal bergambar, maka Rasulullah saw. tidak mau masuk, hanya berdiri di pintu. Maka saya berkata kepadanya, ‘Saya bertobat kepada Allah dari dosa yang telah saya kerjakan’. Sabda Rasul, ‘Buat apa bantal ini?’ Saya jawab, ‘Buat duduk dan bersandar Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa pada hari Qiamat, dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah apa yang kamu telah buat’.” H.r. al-Bukhari

قَالَتْ عَائِشَةُ:‏ خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِى غَزَاةٍ فَأَخَذْتُ نَمَطًا فَسَتَرْتُهُ عَلَى الْبَابِ فَلَمَّا قَدِمَ فَرَاَى النَّمَطَ عُرِفَتِ الكَرَاهِيَةُ فِي وَجْهِهِ فَجَذَبَهُ حَتَّى هَتَكَهُ وَقَالَ : إِنَّ اللهَ لَمْ يَأْمُرْنَا اَنْ نَكْسُوَ الحِجَارَةَ وَالطِّيْنَ. فَقَطَعْنَا مِنْهُ الوِسَادَتَيْنِ وَخَشَوْتُهُمَا لِيْفًا فَلَمْ يَعِبْ ذَلِكَ عَلَيَّ. رواه مسلم.

3.6. Artinya: Aisyah berkata, “Rasulullah saw. pergi menghadapi suatu peperangan. Maka saya ambil satu hamparan (bergambar), lalu saya gantungkan pada pintu. Setelah Rasulullah kembali dan melihat hamparan itu, kelihatan di wajahnya tanda tidak suka, lalu beliau menariknya hingga lepas, lalu beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak memerintah kami untuk memakaikan pakaian bagi batu dan tanah’. Lalu kami jadikan dua bantal dan saya penuhi dengan sabut kurma. Rasulullah tidak mencela perbuatan saya itu.” H.r. Muslim

 

Kelompok Keempat berpendapat bahwa gambar dan patung yang sempurna atau lengkap sifatnya adalah haram, sedangkan yang tidak sempurna sifatnya tidak haram, seperti gambar sepotong dan gambar pohon, rumah, gunung dan sebagainya. Kelompok ini berhujjah dengan hadis sebagai berikut:

مَنْ صَوَّرَ صُوْرَةً فِى الدُّنْيَا كُلِّفَ يَوْمَ القِيَامَةِ اَنْ يَنْفُخَ فِيْهَا الرُّوْحَ وَلَيْسَ بِنَافِخٍ. رواه البخاري.

4.1. Artinya: “Barangsiapa membuat satu shurah di dunia, dia akan dipaksa memberi ruh kepadanya pada hari Qiamat, padahal ia tidak dapat melakukan itu.” H.r. al-Bukhari

‏قَالَ سَعِيْدُ بْنُ أَبِى الحَسَنِ :جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ : إِنِّي رَجُلٌ أُصَوِّرُ هَذِهِ الصُّوَرَ فَأَفْتِنِي فِيْهَا فَقَالَ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ‏:‏ كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ يُجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ وَقَالَ: إِنْ كُنْتَ لاَ بُدَّ فَاعِلاً فَاصْنَعِ الشَّجَرَ وَمَا لاَ نَفْسَ لَهُ‏” ‏‏. رواه مسلم.

4.2. Artinya: Sa’id bin Abi Hasan berkata, “Seseorang datang kepada Ibnu Abbas, lalu berkata, ‘Saya pembuat shurah. Saya berharap mendapatkan fatwa tentang itu’. Maka Ibnu Abbas berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Setiap pembuat shurah (tempatnya) di neraka. Bagi setiap shurah yang dibuatnya itu, Allah membuat satu tubuh yang menyiksanya di jahannam”. Dan kata Ibnu ‘Abbas, “Kalau engkau terpaksa melakukannya, buatlah shurah pohon dan benda-benda tidak bernyawa.” H.r. Muslim

 

Dari hadis-hadis itu mereka beristibath (menetapkan) hukum bahwa jika seseorang membuat satu gambar yang tidak sempurna sifatnya atau gambar benda tidak bernyawa, maka ia tidak akan dipaksa untuk memberinya ruh di hari Qiamat. Tidak akan dipaksa itu bermakna ia tidak akan disiksa.  Sedangkan orang yang tidak akan disiksa menunjukkan ia tidak berdosa.

 

Kelompok Kelima berpendapat bahwa yang haram itu hanya gambar dan patung yang dikhawatirkan jadi sesembahan/pemujaan atau mendorong kepada kemaksiatan. Kelompok ini berhujjah dengan hadis sebagai berikut:

قَالَتْ عَائِشَةُ: إِنَّ اُمَّ حَبِيْبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا لِرَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَنِيْسَةً رَأَتَاهَا بِالحَبَشَةِ فِيْهَا تَصَاوِيْرُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ اُولَئِيكَ إِذَا كَانَ فِيْهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيْهِ تِلْكَ الصُّوَرَ اُولئكَ شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ القِيَامَةِ. رواه مسلم.

5.1. Artinya: Aisyah berkata, “Sesungguhnya Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah saw. satu gereja yang mereka lihat di negeri Habasyah, di dalamnya terdapat shurah-shurah. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya apabila ada orang shaleh di kalangan mereka meninggal, maka mereka membuat tempat sembahyang di atas kuburannya, dan mereka membuat shurah di atasnya. Mereka itu adalah orang-orang yang jahat dalam pandangan Allah di hari Qiamat.” H.r. Muslim

قَالَتْ عَائِشَةُ: كُنْتُ أَلْعَبُ بِالبَنَاتِ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم. رواه البخاري.

5.2. Artinya: Aisyah berkata, ”Saya biasa memainkan boneka di hadapan Nabi saw.” H.r. al-Bukhari

 

Analisa terhadap berbagai pendapat di atas akan disajikan pada edisi berikutnya.

 

By Amin Muchtar, sigabah.com

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}