Preloader logo

SEORANG SYAHID YANG HIDUP

 

Thalhah bin Ubaidillah bin Usman At-Taimi berasal dari suku Quraisy. Thalhah Ra. tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga yang berasal dari suku Taim, yaitu sebuah suku yang dikenal dengan sikap tegas dan kedermawanannya. Dia adalah anak muda yang tinggal di Mekah, di mana saat itu dipenuhi dengan kemusyrikan, patung-patung berhala, serta kebiasaan buruk di masa Jahiliyah, namun dia membenci kebiasaan-kebiasaan tersebut dan tidak pernah ikut melakukannya.

Thalhah Ra. adalah seorang pengusaha muda yang cerdas. Dia sering  pergi dari satu kota ke kota yang lain untuk melakukan perjalanan bisnisnya. Ketika Thalhah Ra. berdagang ke Bushra, sebuah kota di wilayah Syam,  dia bertemu seorang pendeta yang mengabarkan bahwa telah muncul seorang nabi terakhir bernama Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib di Mekah. Hal ini membuat Thalhah Ra. penasaran sehingga dia segera kembali ke kota Mekah dan menemui keluarganya untuk menanyakan kebenaran informasi tersebut. Keluarganya membenarkan informasi itu dan mengatakan bahwa Abu Bakar Ra. telah mengikuti ajarannya. Abu Bakar Ra. anak dari pamannya sangat dikenal Thalhah Ra., dia orang yang baik hati dan lemah lembut, ahli sejarah Quraisy dan mengetahui silsilah keturunan suku itu. Kemudian Thalhah Ra. menemuinya untuk menanyakan berita kenabian Muhammad. Abu Bakar Ra. Membenarkannya, lalu menceritakan proses turunnya wahyu pertama di Gua Hira, kemudian Thalhah Ra. pun menceritakan tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar Ra. mengajak Thalhah Ra. menemui Muhammad saw. dan mengajaknya masuk Islam. Di sanalah Thalhah Ra. dengan lapang dada menerima Islam. Dia menjadi orang keempat yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ra. setelah Usman bin Affan Ra.

Peristiwa masuk Islamnya Thalhah Ra. ibarat petir di siang bolong bagi keluarganya. Terlebih ibunya, karena ia berharap Thalhah Ra. bisa memimpin sukunya di masa yang akan datang. Keluarga Thalhah Ra. berusaha membujuk agar dia keluar dari Islam. Namun usaha mereka gagal karena kekuatan imanya. Setelah putus asa dengan cara lemah lembut, mereka akhirnya bertindak kasar, siksaan demi siksaan mulai mendera anak muda tersebut. Kisah penyiksaan Thalhah Ra. diceritakan Mas’ud bin Khany, dia berkata: “Ketika saya berjalan di dekat Shafa dan Marwa, saya melihat banyak orang sedang mengikuti seorang pemuda dengan tangan terbelenggu di lehernya. Orang-orang berlari di belakangnya sambil memecut dan memukuli kepalanya. Ternyata pemuda itu adalah Thalhah bin Ubaidillah yang keluar dari agamanya dan masuk Islam. Di kerumunan orang itu ada seorang wanita lanjut usia yang terus berteriak dengan keras menghina dan mencaci maki pemuda tersebut, ternyata dia adalah ibunya bernama Ash-Sha’bah binti Al-Hadrany.” Dalam kisah lain, pada saat kejadian itu seorang laki-laki bernama Naufal bin Khuwailit yang dijuluki Singa Quraisy, menerobos kehadapan Thalhah Ra. sambil menyeret Abu Bakar Ra. Lelaki bengis itu lantas mengikat Abu Bakar Ra. dan Thalhah Ra. menjadi satu dan mereka dipukuli sehingga darah mengalir dari tubuh keduanya. Sejak saat itu, Thalhah Ra. dan Abu Bakar Ra. digelari oleh kaum muslimin dengan “Al-Qaramain” (sepasang sahabat yang terikat). Subhanallaah,  alangkah besar iman Thalhah Ra., dia begitu tegar, kuat, tetap memilih Islam walaupun dihina dan disiksa oleh banyak orang termasuk ibunya sendiri.

Cobaan yang dialami Thalhah Ra. semakin berat, tetapi bakti dan perjuangannya menegakkan Islam dan membela kaum muslimin semakin besar. Sehingga banyak gelar yang didapat, salah satunya “Asy-Syaahidul Hayy” (syahid yang hidup). Julukan ini diperolehnya dalam perang Uhud (tahun 3 H.). Pada perang ini awalnya pasukan Rasulullah saw. mendapat kemenangan, namun ketika pasukan pemanah yang berada di atas bukit melihat pasukan kafir mundur dan meninggalkan harta-hartanya, mereka tergiur untuk mengambil harta rampasan perang (ghanimah), dan turun dari bukit tanpa izin Rasulullah saw. Melihat pasukan pemanah lengah, pasukan kafir menyerang pasukan Rasulullah saw. sehingga kaum muslimin terpecah belah dan kocar kacir. Hanya tersisa sebelas orang Anshar yang berusaha melindungi Rasulullah dari serangan pasukan kafir. Akibat pelanggaran atas instruksi Rasul mengantarkan kesebelas prajurit Anshar tersebut menemui kesyahidan, kemudian datanglah Thalhah dengan penuh keberanian, dia membentengi Rasulullah yang sudah terluka dengan tubuhnya. Thalhah berhasil mengusir dan menewaskan beberapa orang kafir. Tidak lama kemudian Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin Jarrah menemui Rasulullah dan mereka diperintah untuk membantu Thalhah. Ketika ditemukan, Thalhah dalam keadaan pingsan, tidak kurang dari 79 luka bekas tebasan pedang, tusukan lembing, dan lemparan panah memenuhi tubuhnya, badannya berlumuran darah segar, pergelangan tangannya putus sebelah. Mereka mengira Thalhah sudah gugur ternyata masih hidup, sehingga Rasulullah menjuluki Thalhah sebagai seorang syahid yang masih hidup, beliau mengatakan “Barangsiapa ingin melihat seorang syahid yang berjalan diatas bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidilah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dari kemuliaan Thalhah ini, dia termasuk 10 sahabat yang dijamin masuk surga. (HR Muslim).

Para sahabat selalu menjaga (membela) Rasulullah baik fisik maupun ajarannya, seperti yang dilakukan oleh Thalhah. Sementara  pada saat ini Rasul sudah tidak ada, maka yang bisa kita lakukan untuk membela Rasulullah adalah dengan menjalankan sunnah sesuai ajarannya, dengan cara mencari dan mempelajari sunnah Nabi, mengamalkan sunnah Nabi, serta menjauhkan diri dari sesuatu yang diada-adakan dalam agama. Rasulullah mendoakan orang-orang yang menjaga sunnahnya dengan doa: “Semoga Allah memberi kebahagiaan kepada orang yang menerima satu hadis dariku, lalu ia menjalankan, membela, memelihara, melestarikan dan menyampaikannya kepada orang lain.” (HR.At-Tirmidzi).

Keteladanan Thalhah Ra. ini, sudah sepatutnya kita terapkan di masa kini. Kita beriman sebagaimana dia beriman dan kita berjihad sebagaimana dia berjihad. Dengan demikian pastilah agama kita akan terjaga dengan baik.

 

Sumber: Buletin Humaira, Edisi 7, Nopember 2015

Info dan pemesanan Buletin, Hubungi: 0813120261681

 

There is 1 comment
  1. syarif

    sangat menginspiraSi

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}