Preloader logo

SAINS ISLAM (1): EXPANDING UNIVERSE

Newton, seperti juga pemikir besar dan filsuf pada abad pertengahan, percaya bahwa jagat raya adalah statis, tak mempunyai batas dan kekal. Tetapi kegundahan besar muncul: hukum Newton, karya besar ciptaanya sendiri, menunjukan adanya kesenjangan. Bagaimana mungkin benda-benda besar dan berumur tak terhingga bisa menolak gaya tarik menarik antara mereka sendiri dan tidak runtuh menjadi kesatuan.

Alexander Friedman, seorang ahli fisika Rusia di awal abad 20, yang menggunakan hukum relativitas Einstein sebagai dasar penilitiannya menyimpulkan bahwa alam semesta mestinya memang berkembang. Baru kemudian teori Lemaitre tentang Big Bang ikut menguatkan kesimpulan ini. Teori ini sangat spektakuler, bukan saja karena baru pertama kali diucapkan oleh pemikir tapi teori ini juga menjawab pertanyaan kenapa tidak terjadinya tabrakan antar benda langit karena gravitasi.

Di benua lain, Hubble, pakar astronomi Amerika melakukan penelitian tidak menggunakan teori tapi memanfaatkan teleskop supercanggih mengamati pergerakan benda-benda langit di angkasa. Dia menggunakan prinsip teori Doppler: benda yang saling menjauh akan mempunyai panjang gelombang yang bergeser ke merah, sedangkan benda yang saling mendekat panjang gelombangnya bergeser ke biru. Hasil penelitiannya mendukung teori Friedman dan Lemaitre bahwa jarak antar galaksi ternyata semakin lama bertambah jauh. Kesimpulan ke dua lebih menakjubkan lagi: semakin jauh jarak antar galaksi itu maka semakin cepat mereka menjauh (percepatannya berbanding lurus dengan jarak). Di tahun 1950 dibangun lagi teleskop yang jauh lebih canggih di Mount Palomar dan kesimpulannya menguatkan hasil observasi Hubble, sekaligus menyimpulkan bahwa Big Bang terjadi sekitar 13 Milyar tahun yang lalu.

Bagaimana pun menakjubkannya teori mereka, ternyata ada yang jauh lebih menakjubkan. Coba kita lihat firman Allah Swt. yang diproklamasikan oleh Muhammad saw sekitar 1400 tahun yang lalu:

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.” QS Dz-Dzariyat (51) : 47

Sudah jelas bahwa Muhammad tidak mempunyai kapasitas untuk mengeluarkan teori mumpuni seperti mereka dan juga tidak memiliki kapabilitas untuk meluncurkan teleskop. Semua informasi dia dapatkan langsung dari Pencipta alam semesta itu sendiri.

Hikmah apa yang bisa kita ambil ? Allah selalu menjelaskan kepada mahluknya dengan bahasa yang sangat sederhana dan mudah dimengerti. Berbeda dengan para pemikir dan filsuf yang selalu menggunakan bahasa ilmu pengetahuan yang berbelit-beli dan susah dimengerti. (lihat juga diskusi tentang Big Bang)

Tetapi banyak manusia yang tidak mudah percaya (biasanya ada dua kutub ekstrim di sini: mereka yang merasa ilmu pengetahuannya sudah sangat tinggi atau mereka yang justru tidak punya ilmu pengetahuan sama sekali). Seandainya Aristoteles, Newton, Galileo dan pemikir besar lainnya hidup di zaman Rasul mereka pun akan menafikan kata-kata Muhammad manusia tanpa bekal ilmu yang muncul dari kehidupan gurun pasir.

Hikmah kedua, Allah selalu menunjukan mukjizatnya pada waktu yang sudah ditentukan-Nya, padahal banyak orang menuntut untuk ditunjukan mukjizatnya pada saat itu juga. Einstein sangat menentang hasil penelitian Friedman dan Lemaitre, padahal mereka berdua menggunakan teori relativitas ciptaannya sebagai dasar penelitian. Einstein sampai mengucapkan bahwa Lemaitre bukanlah ahli relativitas sehingga hasil penelitiannya patut dipertanyakan. Hanya setelah Allah Swt. menunjukan mukjizatnya melalui teleskop Hubble baru Einstein bisa mengalahkan egonya. Einstein sangat menyesal dengan mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan besar yang dia buat dalam hidupnya.

Jangan-jangan rumor yang mengatakan Einstein adalah seorang muslim benar adanya, dan itu terjadi setelah ia menyesali pendapatnya yang salah. Wallahu a’lam bil shawwab.

By M. Arief Hidajat, Penggagas Ahlu Bayt, Cipete-Jaksel

 

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}