Preloader logo

PERSPEKTIF TENTANG DILAN

Hari ini klo kita punya cara pandang karena mendengar berita maka tak cukup hanya membaca satu berita. Bahkan saya membiasakan minimal mencari berita pembanding 5 buah berita terutama yang mainstream dan 3 berita dalam bentuk video yg bersifat pernyataan langsung.

Contoh misalnya terkait masalah Taman Dilan yang disampaikan Guberrnur Jabar, disamping saya membaca novelnya Dilan 1, 2 dan Milea saya juga nonton filmnya (ada kebutuhan pendidikan di sana buat saya krn sy pendidik, untuk menjelaskan pada remaja, dari sisi budaya bangsa dan etika dalam dunia pendidikan dengan sosok dilan yang saat ini digandrungi).

Kemudian saya juga mengikuti apresiasi kang emil trhadap karya Fidi Baiq ini hingga tercetus dua hal dalam framing berpikirnya yaitu, membuat taman dilan dan mencetuskn hari dilan bahkan hingga nonton bareng.

Sebagai sebuah karya tulis novel no problem, masing2 punya pandangannya(resensi), sesuai kemampuan analisisnya dan pisau analisisnya. Pasti sll ada pro kontra, bagi saya hal biasa saja. Saya juga mengapreasi dari sisi motivasi berliterasi untuk anak muda walaupun syarat etik dan religiusitasnya di novel ini trlalu kering. Krn mngkin bukan novel religius tetapi lebih mengangkat fenomena remaja masa kini. It’s fine fine aj buat ku mah….

Tetapi ketika sudah masuk di ranah publik yang itu diapreasisi oleh pejabat negara, menjadi lain ceritanya, orang bilang “kang emil terlalu lebay dan alay”, untuk mengangkat ke ranah publik dijadikan sebagai ikon daerah atau sebuah kota karena melepaskan etika publik dan kesejarahan untuk menjadikan seseorang sebagai ikon kota.

Disini aja siih masalahnya kang emil..idenya okay tapi tak cukup ide saja tetapi akar budaya dan kesejarahan juga perlu dipertimbangkan termasuk valuenya juga harus sangat diperhatikan.

Apa value nya mengangkat sosok dilan ini??
Apa value kesejarahan menjadikan dilan sebagai ikon??
Apa value akar budayanya dengan apreasiasi kang emil terhadap sosok dilan ini??

Pertanyaan ini menjadi penting karena masalahnya sudah menjadi ranah publik Jabar yang memiliki akar kesejarahan budaya santun dan religius dan bandingkan dengan isi, alur dan deskripsi sosok dilan di novelnya dan filmnya??. Apakah mumtaz untuk dijadikan ikon di wilayah Jabar wa bil khusus di Bandung??

Goresan ini muncul pada saat saya sudah baca hak jawab kang emil.

Setiap orang punya perspektif, dan ini adalah kekayaan yang berharga. Sikap kritis tak perlu ditakuti, tapi hindari menghujat, mencaci dan memaki.

Jika kritik membuat pedas di hati itu tanda anda kang emil masih menyimpan naluri manusiawi.

Salam
Wallahu’alam

Sumber : akun Fb Ghuru DeVisva

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}