Preloader logo

Penyesatan Opini dlm Pemilu 2019

Dahulu di zaman Bung Karno memerintah, terkenal dengan sebutan Orde Lama, Masyumi( Majelis Syuro Indonesia), Partai dengan perolehan 58 Kursi di Konstituante, dikondisikan sebagai musuh negara. Opini yang dibentuk secara bertubi tubi lewat pidato, media massa dan radio, berhasil menciptakan kondisi itu.

Saat itu Partai yang menduduki 4 besar perolehan Kursi Konstituante di NKRI adalah PNI(58 kursi), Masyumi( 58 kursi), disusul Partai NU, dan PKI.

Masyumi berhasil dikondisikan sebagai MUSUH Negara, sebagai Antek Imperialis. Dan, puncaknya, berakhirnya dengan dibubarkannya Partai MASYUMI pimpinan Buya Muhammad Natsir oleh Bung Karno tahun 1960.

Tuduhan Masyumi sebagai antek Imperialis adalah sebuah tuduhan FIKTIF yang sengaja dilontarkan sedemikian rupa, karena Masyumi saat itu lebih memilih berdiri sebagai Partai OPOSISI, dan menolak arah politik Bung Karno yang terkenal dengan sebutan NASAKOM( Nasionalis, Agama, dan Komunis).

Kelompok Nasionalisnya diwakili oleh PNI, sedangkan Kelompok Agamanya diwakili oleh Partai Nahdhotul Ulama(Partai NU), dan Komunisnya diwakili oleh Partai PKI. Dan, untuk mwmuluskan NASAKOM, perlu fitnah untuk menyingkirkan MASYUMI dari panggung politik. Sebuah cara yang keji…

Sayang kemudian Sejarah mencatat PKI yang dipangku pangku Bung Karno itu, kemudian berkhianat. Dan sialnya, korban yang paling banyak dibunuh oleh PKI adalah TNI dan Ulama. Dalam hal itu adalah Ulama Ulama dan Santri NU, Kelompok yang justru berkoalisi dan mendukung NASAKOM bersama PKI sendiri…
Tragis…!

Sekarang, di zaman ini, tepatnya hampir 5 tahun rezim ini berkuasa, opini rakyat kembali digiring mirip dengan zaman Orde Lama. Hanya kambing hitamnya adalah isu KHILAFAH. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan bahaya KHILAFAH. Tapi digambarkan jika salah satu pasangan memenangkan Pilpres maka Kelompok KHILAFAH akan MENANG, dan NKRI akan menjadi seperti Suriah, hancur lebur karena perang saudara.
Padahal pendukung pasangan tertuduh itu adalah Partai Gerindra, PAN, PKS, Demokrat, dan Berkarya. Jelas Platform partai partai itu adalah Nasionalis Relijius yang ber-Pancasila, bukan momok menakutkan.

Isu gila itu nampaknya sengaja dihembuskan oleh sekelompok orang yang takut akan kekalahan satu pasangan lainnya di Pilres nanti. Padahal Isu ini sangat berbahaya dan rancu. Apalagi di Media Sosial, Pasangan yang dikhawatirkan pro KHILAFAH itu, dihembuskan sebagai sosok yang keislamannya diragukan. Dituduh tidak pernah sholat Jum’at dll. tuduhan yang justru bertolak belakang dengan perilaku kelompok KHILAFAH yang mereka maksudkan itu.

Apakah hanya karena ada kelompok yang berdiri sebagai OPOSISI mendukung pasangan selain penguasa, lantas isu kelompok ekstrim-radikal, anti Pancasila layak dihembuskan…?

Bagi kita kaum muslimin mestilah waspada terhadap kelompok anti Islam yang sangat ketakutan saat di NKRI umat Islam bangkit dan memimpin negeri ini. Ketakutan yang sudah puluhan tahun menghantui mereka.

Siapakah mereka…?

Jawabnya PASTI. Kelompok Komunis, Atheis, Liberalis, dan Sekuleris. Mereka meskipun di KTP nya dituliskan beragama Islam, tapi perilakunya sangat jauh dari aturan Islam dan sangat tidak ingin adanya Undang Undang yang menjiwai Islam ada di negeri ini….

Rapatkan barisanmu hai kaum Muslimin dan Muslimat….! Sudah saat nya Umat Islam bangkit dari tidur panjang selama ini.
Allahu Akbar.

* Catatan: Masyumi berdiri tgl 7 November 1945 pada Kongres Umat Islam I di Yogyakarta. Diplopori oleh Yai Hasyim Asy’ari, yang juga pendiri Ormasy NU tahun 1926.

Jakarta, 14 Februari, 2019
Hamba Allah,

Tengku Zulkarnain

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}