Preloader logo

PENGHAYATAN MAKNA: “DITUTUP PINTU NERAKA”

Informasi pintu neraka ditutup pada bulan Ramadhan kita peroleh dari beberapa hadis dengan beragam redaksi sebagai berikut:

Pertama, dengan kalimat Gulliqat Abwaab an-Naar

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan’.” HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Malik, al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, Ath-Thabrani. [1]

Dalam riwayat ad-Darimi dengan redaksi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبُوابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” [2]

Ad-Darimi meriwayatkan pula dengan kalimat: Gulliqat Abwaab an-Niiraan

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبُوابُ النِّيْرِانِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.”[3]

Kedua, dengan kalimat “Gulliqat abwaab Jahannam

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Apabila  datang bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka , pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu’.” HR. Muslim, Ahmad, An-Nasai, Abdurrazaq, Abd bin Humaid. [4]

Hadis di atas diriwayakan pula dengan sedikit perbedaan redaksi, sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ

Dari Ibnu Syihab, ia berkata, “Ibnu Abu Anas mawla at-Taymiyyiin telah mengabarkan kepada saya, bahwa bapaknya menceritakan kepadanya bahwa dia mendengar Abu Hurairah Ra. berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ‘Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” HR. Al-Bukhari[5] dan Abu ‘Awanah, dengan redaksi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu.” [6]

Semua riwayat di atas, dengan ragam variasi teksnya, menggunakan kata kerja yang menunjukkan telah berlangsung (fi’il maadhi), yaitu ghulliqat (غُلِّقَتْ). Namun, dalam riwayat Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Abd bin Humaid, Ishaq bin Rahawaih, digunakan kata kerja yang menunjukkan sedang berlangsung (fi’il mudhaari’), yaitu yughlaqu (يُغْلَقُ) sebagai berikut:

وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ

“Pada bulan itu dan pintu-pintu neraka sedang ditutup rapat.” [7]

Selain menggunakan fi’il mudhaari’ (kata kerja yang menunjukkan sedang berlangsung), pada riwayat ini digunakan pula kalimat “abwaab al-Jahiim”, menggantikan kata jahannam.

Penjelasan Makna “Ditutup Pintu Neraka”

Dalam memahami makna “Ditutup Pintu neraka” para ulama berbeda kecenderungan, sebagaimana dalam memahami makna “Dibuka pintu surga”, sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Dalam hal ini terbagi menjadi dua pandapat:

Pertama, sebagian ulama cenderung memaknai kalimat itu secara hakiki, sesuai dengan zhahir hadis. Menurut pendapat ini, hadis itu menunjukkan bahwa ketika bulan Ramadhan pintu-pintu neraka itu ditutup dalam makna yang sebenarnya.

فَقَالَ الْقَاضِي عِيَاض – رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى – : يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَلَى ظَاهِرِهِ وَحَقِيْقَتِهِ وَأَنَّ تَفْتِيْحَ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَتَغْلِيْقَ أَبْوَابِ جَهَنَّمَ وَتَصْفِيدَ الشَّيَاطِيْنِ عَلَامَةٌ لِدُخُولِ الشَّهْرِ وَتَعْظِيمٌ لِحُرْمَتِهِ وَيَكُوْنُ التَّصْفِيْدُ لِيَمْتَنِعُوْا مِنْ إِيذَاءِ الْمُؤْمِنِينَ وَالتَّهْوِيْشِ عَلَيْهِمْ

Maka al-Qadhi Iyadh berkata, “Hadis itu mengandung makna sesuai dengan zhahir dan hakikatnya, dan sungguh dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu adalah tanda masuk bulan Ramadhan dan mengagungkan kehormatannya, dan dibelenggu menunjukkan bahwa mereka (setan) terhalang untuk menyakiti orang-orang mukmin dan mengganggu mereka.” [8]

Kata Dr. Hamzah Muhammad Qasim, “Ditutup pintu-pintu jahannam secara hakiki dari orang-orang yang melaksanakan shaum, yaitu siapa yang meninggal di antara mereka di bulan Ramadhan, maka ia termasuk di antara orang-orang yang dibebaskan dari api neraka pada bulan Ramadhan.” Dan dalam perkataan ‘ditutup pintu-pintu neraka’ terdapat kabar besar yang menggembirakan bagi orang Islam yang meninggal di bulan Ramadhan dalam keadaan menunaikan hak-hak Allah dan berbagai kewajiban yang dibebankan kepadanya.” [9]

Kedua, sebagian ulama cenderung memaknai kalimat itu secara majazi (kiasan).

Imam al-Baji berkata:

وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ بِمَعْنَى كَثْرَةِ الْغُفْرَانِ وَالتَّجَاوُزِ عَنْ الذُّنُوبِ

“Perkataan ’dan ditutup pintu-pintu neraka’ bermakna banyak pengampunan dan pemaafan dari berbagai dosa.” [10]

Kata Syekh Abdurra’uf al-Munawi:

قَوْلُهُ (وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ) كِنَايَةٌ عَنْ تَنَزُّهِ أَنْفُسِ الصَّوَّامِ عَنْ رِجْسِ الآثَامِ وَكَبَائِرِ الذُّنُوْبِ الْعِظَامِ وَتَكُوْنُ صَغَائِرُهُ مُكَفَّرَةً بِبَرَكَةِ الصِّيَامِ

 “Perkataan: ‘Ditutup pintu-pintu jahannam’ adalah makna kiasan dari  kesucian jiwa orang-orang yang shaum dari kotoran dosa kecil dan dosa besar. Dan dosa-dosanya yang kecil dihapus oleh berkah shaum.” [11]

(وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ) حَقِيْقَةٌ أَوْ كِنَايَةٌ عَنْ تَنَزُّهِ أَنْفُسِ الصَّوَّامِ عَنْ رِجْسِ الْفَوَاحِشِ وَالتَّخَلُّصِ مِنَ الْبَوَاعِثِ عَلَى الْمَعَاصِيْ بِقَمْعِ الشَّهَوَاتِ

 “Perkataan: ‘Ditutup pintu-pintu jahannam’ adalah makna hakiki atau makna kiasan dari  kesucian jiwa orang-orang yang shaum dari perbuatan jelek dan selamat dari faktor-faktor pendorong maksiat dengan mengekang syahwat.” [12]

Al-‘Aini berkata:

قَوْلُهُ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ لِأَنَّ الصَّوْمَ جُنَّةٌ فَتُغْلَقُ أَبْوَابُهَا بِمَا قَطَعَ عَنْهُمْ مِنَ الْمَعَاصِي وَتَرْكِ الأَعْمَالِ السَّيِّئَةِ الْمُسْتَوْجِبِةِ لِلنَّارِ وَلِقِلَّةِ مَا يُؤَاخِذُ اللهُ الْعِبَادَ بِأَعْمَالِهِمْ السَّيِّئَةِ لِيَسْتَنْقِذَ مِنْهَا بِبَرَكَةِ الشَّهْرِ وَيَهِبُ الْمُسِيْءِ لِلْمُحْسِنِ وَيُجَاوَزُ عَنِ السَّيِّئَاتِ وَهذَا مَعْنَى الْإِغْلاَقِ

“Perkataan: ‘Ditutup pintu-pintu jahannam’ karena shaum itu perisai, maka pintu-pintunya ditutup dengan sesuatu yang dapat memutuskan perbuatan maksiat dari mereka dan meninggalkan perbuatan jelek yang menyebabkan masuk neraka. Selain itu, karena Allah sangat sedikit dalam menyiksa hamba-hamba-Nya sebab perbuatan-perbuatan jelek mereka untuk menyelamatkannya dengan berkah bulan Ramadhan, serta memberikan (kesempatan) kepada orang yang berbuat jelek untuk menjadi orang yang berbuat baik dan mengampuni dari berbagai kesalahan, dan inilah makna ighlaaq (ditutup).” [13]

By Amin Muchtar, sigabah.com/beta

 

[1] Lihat, HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, III:67, No. 682; An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:126, No. 2097; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, I:526, No. 1642; Malik, al-Muwatha, I:311, No. 684; al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubra, IV:304, No. 8284; Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, II:42, No. 1775;  Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:222, No. 3435; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, III:188, No. 1882; Al-Hakim, al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahihain, I:582, No. 1532; Ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, XVII:133, No. 326, Al-Mu’jam al-Awsath, II:157, No. 1563.

[2] Lihat, Sunan ad-Darimi, II:12, No. 1829

[3] Lihat, Sunan ad-Darimi, II:41, No. 1775

[4] Lihat, HR. Muslim, Shahih Muslim, II:758, No. 1079; Ahmad, Musnad Ahmad, II:281, No. 7767, II:401, No. 9193; An-Nasai, as-Sunan al-Kubra, II:65, No. 2409, II:66, No. 2413, Sunan an-Nasai, IV:127, No. 2100; Abdurrazaq, al-Mushannaf, IV:176, No. 7384; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:420, No. 1439.

[5] Lihat, Shahih Al-Bukhari, II:672, No. 1800.

[6] Lihat, Musnad Abu ‘Awanah, IV:7, No. 2172.

[7] Lihat, HR. Ahmad, Musnad Ahmad, II:425, No. 9493; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, II:270, No. 8867; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:418, No. 1429; Ishaq bin Rahawaih, Musnad Ishaq bin Rahawaih, I:73, No. 1.

[8] Lihat, Tanwir al-Hawalik Syarh ‘ala Muwatha’ Malik, I:295.

[9] Lihat, Manar al-Qari fii Syarh Mukhtashar Shahih al-Bukhari, III:205-206.

[10] Lihat, Al-Muntaqa Syarh al-Muwatha, II:211.

[11] Lihat, Faid al-Qadier Syarh al-Jami’ as-Shagier, I:340.

[12] Lihat, Irsyad asy-Syari Syarh Shahih al-Bukhari, V:294.

[13] Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, XVI:265.

There are 2 comments
  1. Hamzah Hamsah

    Bismillah..
    Ust saya mau nanya, saya baca sebuah hadits bukhari yang berbunyi “Sungguh, benar-benar akan ada satu kaum dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik”
    Pertanyaan saya tentang alat musiknya/ keharaman dari emat perkara itu; kenapa kebanyakan umat muslim/ madzhab di indonesia membolehkan untuk bermusik jikalau itu diharamkan? Sedangkan 4 madzhab seperti imam abu hanifah, syafi’i dll.. Mengharamkannya. Mohon penjelasannya..
    Jazaakallah Khairon Jazaa

    • Sigabah Interaksi

      Perihal musik, bisa dilihat dalam artikel yang sudah diposting. Terima kasih atas komentarnya.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}