Preloader logo

MUKTAMAR XV BERSPIRIT MUAKHOT

Sebentar lagi seluruh keluarga besar Persis akan menghadiri perhelatan akbar lima tahunan, yaitu Muktamar ke-15 di Jakarta. Dalam event ini seluruh jamaah menyimpan harapan besar adanya perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan tuntutan zaman, harapan para anggota dan umat pada umumnya. Dalam muktamar ini bukan sekedar event rutinitas lima tahunan, melaporkan aktivitas selama lima tahun ke belakang, merancang program selanjutnya dan juga memilih Ketua Umum dan jajarannya, tetapi ada yang jauh lebih penting dari semua itu, yaitu tentang memaknai hakekat diri kita selama ini berkiprah dalam jamiyyah ini, apakah meyakini dan percaya diri bahwa gerak dan langkah kita selama ini berada dalam ridha-Nya? Karena bukankah berkhidmatnya kita dalam jamiyyah ini semata-mata Lillaahi Rabbil ‘aalamin, sebagaimana yang pernah kita ikrarkan dalam baiat pada saat kita meyakinkan diri menjadi bagian dari Jamiyyah Persatuan Islam, jadi apapun kita, baik sebagai tasykil (pengurus) ataupun sebagai anggota biasa.

Begitu menggugah jiwa, geliat dan gerak jajaran jamiyyah di bawah mulai dari PJ, PC hingga PD dalam menggerakan para anggotanya untuk berpartisipasi mensukseskan Muktamar ke-15 di Jakarta yang hanya tinggal hitungan hari saja. Keikhlasan, ketulusan dan kesusahpayahan para anggota, jajaran PJ, PC dan PD menanggung beban biaya muktamar, sangat mengharukan. Jangan sampai keikhlasan mereka dicederai oleh buruknya pelayanan dalam menjamu mereka nanti di hari H. Terlebih jangan sampai terlukai karena perilaku tak terpuji dengan kesibukan mencari panggung diri di Muktamar dan hanya sibuk membicarakan suksesi semata. Padahal banyak hal yang jauh lebih urgen untuk melangkah menuju masa depan yang lebih baik. Kita perankan diri di muktamar menjadi bagian terpenting untuk suksesnya muktamar bukan mengusahakan kepentingan yang akan menghilangkan arti pentingnya muktamar.

‘Ibroh Muktamar

Jikalau pernah ada friksi di Muktamar lima tahun ke belakang, haruslah menjadi pelajaran untuk kita semuanya, agar jangan mengulang sesuatu yang buruk dan meninggalkan bekas ketidakterpujian. Bahkan harus berikhtiar keras agar bisa jauh lebih baik dalam menata Muktamar ke-15 yang akan datang. Semoga tidak terulang lagi sifat take over all saat selesai pemilihan, termasuk kita berharap menjaga akhlak dalam bermusyawarah, menjaga kesantunan dalam berpendapat dan menyampaikan kritik. Muktamar harus menjadi hajat seluruh anggota Persis, Muktamar menjadi wahana harapan semua anggota, bukan keinginan pribadi atau keinginan sekelompok orang. Harus hadir keteladanan yang dipertontonkan oleh seluruh peserta dan pimpinan dalam prosesi pelaksanaan muktamar, terutama dalam setiap persidangan. Sehingga saat kita pulang membawa kesan dan pesan kebaikan kepada saudara kita, para anggota di daerah yang tidak mengikuti muktamar tentang suasana muktamar ke-15.

Elok rasanya jika Muktamar ke-15 di Jakarta nanti dibangun di atas dasar ukhuwah, saling mempersaudarakan, siapapun Ketua Umumnya kita semuanya dengan kerendahan hati menundukan segala hawa nafsu untuk Sami’naa wa Atho’naa (mendengar dan taat). Kita berharap Ketua Umum terpilih bijak membaca situasi, bahkan terhindar dari pengaruh-pengaruh personal yang tidak positif, yang menanamkan bibit-bibit kebencian di antara sesama. Ketua Umum terpilih berspirit mengishlahkan, mempersaudarakan untuk membangun kekuatan Persatuan Islam di masa depan yang lebih baik.

Spirit Perubahan 

Tantangan dakwah ke depan yang dihadapi oleh Persatuan Islam tidak semakin ringan, tapi justru semakin komplek. Hal yang terpenting adalah berbenah di dalam mempersiapkan segala hal untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi. Maka perubahan mendasar yang diperlukan adalah dengan mengambil hikmah dari spirit surat Al-Hujurat ayat 10-13, yaitu perubahan sikap mental dan mindset dari semua elemen jamiyyah, sebagaimana yang pernah disampaikan oleh KH.Iqbal Santoso, dalam acara Dauroh Duat Persis, 23 Maret 2009 di Bandung, yaitu membangun peran diri kita dalam hidup berjamiyyah sebagai berikut: “kita semua menjadi juru damai dalam sikap berjamiyyah, menghindari sikap saling mengolok-olok dengan sesama, menghindari mencela dirimu sendiri, menghindari panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, menjauhi banyak prasangka (curiga) dengan sesama, menghindari mencari-cari kesalahan, hindari sikap saling menggunjing.”

Spirit perubahan hanya bisa dilakukan ketika sebuah jamiyyah tegak berdiri, para penghuninya memiliki mindset saling menguatkan bukan saling melemahkan. Karena jika saling melemahkan yang kuat sekalipun akan menjadi lemah. Begitu pula sebaliknya, jika saling menguatkan maka yang lemahpun akan menjadi kuat. Membangun mindset kesatuan rasa, cita dan rasio, yang menjadikan kita tetap bersatu dalam perbedaan membangun kesatuan, Persatuan RASA Islam, Persatuan SUARA Islam, Persatuan USAHA Islam dan Persatuan PEMIKIRAN Islam.

Sebagaimana diharapkan oleh KH.M.Isa Anshari, perjuangan Persatuan Islam menjadi sumber kebangkitan dan kesadaran baru, menjadi daya dinamik yang menggerakkan kebangunan umat Islam Indonesia. (Lihat, Manifes Perjuangan Persatuan Islam, 1958). Dalam upaya menuju kepada perubahan itu, Sang Orator ulung ini, memberikan solusi menuju kepada perubahan, yaitu membina dari bawah dan membersihkan dari atas. Membangun secara komprehensif sistem yang akan kita bangun agar ke depan kita bisa lebih baik.
Akhirnya, kita menyimpan sebuah harapan muktamar menjadi arena membangun persaudaraan, saling menguatkan, mendudukan semua elemen dalam kesatuan spirit, Kita adalah PERSIS, Satu Rasa, Satu Suara, Satu Usaha dan Satu Pemikiran. Selamat Bermuktamar. Wallaahu A’lam.

By Dadang A.Fahmi, S.Pd, Wakil Sekretaris PW Persis Jawa Barat

Your email address will not be published. Required fields are marked *

#main-content .dfd-content-wrap {margin: 0px;} #main-content .dfd-content-wrap > article {padding: 0px;}@media only screen and (min-width: 1101px) {#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars {padding: 0 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars > #main-content > .dfd-content-wrap:first-child {border-top: 0px solid transparent; border-bottom: 0px solid transparent;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width #right-sidebar,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width #right-sidebar {padding-top: 0px;padding-bottom: 0px;}#layout.dfd-portfolio-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel,#layout.dfd-gallery-loop > .row.full-width > .blog-section.no-sidebars .sort-panel {margin-left: -0px;margin-right: -0px;}}#layout .dfd-content-wrap.layout-side-image,#layout > .row.full-width .dfd-content-wrap.layout-side-image {margin-left: 0;margin-right: 0;}